Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Virus Flu Babi Penyebab Bronkopneumonia Pasien Suspect Corona di Semarang
27 Februari 2020 14:40 WIB
ADVERTISEMENT
Hasil laboratorium Puslitbangkes Kemenkes RI dari pasien suspect virus corona atau COVID-19 yang meninggal di RS dr Kariadi, Semarang, sudah keluar. Hasilnya, pasien tersebut positif influenza tipe A atau virus H1N1 atau flu babi.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUP dr Kariadi, dr Nurdopo Baskoro, mengatakan informasi terbaru itu diterimanya pada Rabu (26/2) malam.
"Hasil dari laboratorium pasien yang meninggal pada hari Minggu (23/2) adalah disebabkan oleh karena virus H1N1 atau kita sebut influenza tipe A," ungkap Baskoro saat konferensi pers di RSUP dr Kariadi Semarang , Kamis (27/2).
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) RSUP dr Kariadi, dr Fathur Nur Kholis, menambahkan virus H1N1 ini menjadi faktor pemicu pasien mengalami bronkopneumonia yang menyebabkan kerusakan di paru-paru dan kegagalan multiorgan hingga meninggal dunia.
"Kematiannya bukan karena flu babinya, tetapi karena bronkopneumonia-nya yang berat. Memang pemicunya adalah dari H1N1, tetapi kondisi dan daya tahan tubuhnya pasien tidak baik sehingga menyebabkan ada infeksi dan kerusakan organ lain yang mengikuti," jelas Fathur.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, kata Fathur, dengan informasi terbaru ini masyarakat tidak perlu khawatir dan takut. Pasalnya, masa pandemi atau sebaran dari virus flu babi ini sudah berakhir.
"Sekali lagi ini adalah virus yang masa pandeminya sudah lewat, sehingga tidak perlu terlalu paranoid atau takut karena itu merupakan flu yang biasa terjadi pada beberapa di antara kita," tegasnya.
Menurut Fathur, flu babi bisa terjadi dan menyerang siapa saja. Kondisinya, bisa diperparah bila seseorang tidak dalam daya tahan tubuh yang prima.
"Siapa pun bisa terkena, tapi jangan takut atau paranoid bahwasanya kalau flu itu mematikan, belum tentu, tergantung dari daya tahan tubuh," kata Fathur.
Diperlakukan dengan Kewaspadaan Tinggi
Sementara itu, Ketua Tim Penyakit Infeksi New Emerging dan Re-emerging (PINERE) DR dr. Muchlis Achsan Udji Sofro, Sp.PD, KPTI, FINASIM, menjelaskan alasan penanganan pasien yang diperlakukan dengan kewaspadaan tinggi seolah positif corona.
ADVERTISEMENT
"Ketika kita melabel dengan pengawasan COVID-19, maka kita harus memperlakukan bahwa saat ini pasien kita anggap sebagai COVID-19, otomatis petugas yang merawat harus dibatasi, universal precaution harus dijaga," katanya.
Universal precaution, kata Muchlis, juga meliputi keluarga yang sempat melakukan kontak erat dengan pasien. Pasalnya, saat itu belum ada hasil yang menyatakan positif atau negatif COVID-19.
Hal ini, lanjut Muchlis, termasuk ketika pasien dinyatakan meninggal dunia. Sebab, prosedur kehati-hatian harus dilakukan bila belum muncul penyebab meninggalnya pasien.
"Mohon maaf sampai dengan pasien dikebumikan kami belum mendapatkan (hasilnya), jadi harus memberikan kewaspadaan yang tertinggi. Masyarakat bisa membayangkan seandainya kami tidak hati-hati terus hasilnya ternyata positif, itu (alasan) kita harus lebih hati-hati," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, pasien yang memiliki riwayat perjalanan ke Spanyol transit di Dubai tersebut meninggal dunia pada 23 Februari. Pasien dimakamkan dengan dibungkus plastik.
Pada tanggal 24 Februari hasil tes dari Litbangkes di Jakarta keluar, hasilnya pasien negatif corona.