Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Pertahanan Wahyu Sakti Trenggono menegaskan bahwa pendidikan militer mahasiswa yang tengah digodok bersama Kemendikbud bukanlah pendidikan militer pada umumnya. Menurut dia, pendidikan yang dimaksud adalah bela negara bagi mahasiswa.
ADVERTISEMENT
“Saya mau koreksi dikit ya, itu bukan pendidikan militer. Itu bela negara. Bela negara itu bukan militer. Kalau militer itu kan kesannya militerisasi. Tapi kalau bela negara kan berbeda itu,” kata Wahyu Sakti Trenggono dalam talk show radio El Shinta, Rabu (19/8).
Kemudian, Trenggono menjelaskan bagaimana awalnya ide pendidikan jenis ini bisa muncul. Saat itu, Kemhan dan Kemendikbud tengah berdiskusi soal Merdeka Belajar.
Kemudian, tercetuslah wacana bahwa mahasiswa bisa mengambil satu mata kuliah yang berkaitan dengan bela negara.
"Terkait program mahasiswa, memang kita pernah diskusi dengan Menteri Pendidikan, di sana itu ada program namanya Merdeka Belajar. Nah, ketika diskusi soal Merdeka Belajar, apa boleh juga mahasiswa itu ngambil satu kegiatan untuk belajar tentang bela negara. Nah itu, sangat bagus," ujar Trenggono.
ADVERTISEMENT
Kemudian Trenggono merinci soal konsep bela negara untuk mahasiswa. Menurut dia, formatnya akan jauh berbeda dengan pendidikan militer pada umumnya. Mahasiswa hanya diajarkan hal-hal yang berkaitan dengan bela negara.
Tak akan ada pelatihan fisik ala militer yang diberikan kepada para mahasiswa layaknya pelatihan terhadap calon perwira.
"Bukan militer tapi latihan bela negara. Tapi seolah mirip militer, tapi bukan. Itu latihan disiplin ketangkasan dan sebagainya itu," ungkap Trenggono.
Selain bukan pendidikan militer, Trenggono juga meluruskan bahwa bela negara tak bisa diidentifikasi sebagai latihan militer. Sebab, masih ada yang mengasosiasikan bela negara sebagai latihan militer.
"Ini juga jangan sampai disalahartikan ya. Karena mungkin ada orang-orang tertentu, masyarakat yang betul-betul awam, bela negara itu identik dengan pendidikan militer. Padahal tidak," beber dia.
ADVERTISEMENT
Lagipula, Trenggono memastikan program pendidikan ini tak bersifat wajib bagi semua mahasiswa di lingkungan kampus. Program ini bersifat sukarela.
Mahasiswa bebas untuk mengikutinya jika memang memiliki ketertarikan, namun diberi kebebasan jika menolak ikut.
"Dan itu bukan sesuatu yang harus, artinya masih ada pilihan. Kalau mahasiwa pengin, ya ingin belajar, juga pengin belajar disiplin itu kan bisa. Tapi buat mereka yang tidak berminat ya tidak apa-apa juga. Jadi bukan sesuatu yang harus," kata Trenggono.
"Sifatnya adalah sukarela. Dan itu adalah satu diskusi yang kami bicarakan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," pungkasnya.