Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Maraknya korban penipuan bermodus lowongan kerja di Kamboja kian meresahkan. Setiap tahunnya, peristiwa serupa kerap terulang dan jumlah korban semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Para korban alias calon pekerja yang tergiur pun diberangkatkan ke Kamboja oleh penipu tersebut. Namun ketika sampai, alih-alih ditempatkan di perusahaan yang sesuai dengan apa yang dilamar, para korban justru disekap di dalam gedung, terisolir dari dunia luar.
Mereka dieksploitasi dan dipaksa untuk menipu korban lain di dunia maya (cyber scam). Modus yang digunakan pun beragam, mulai dari menawarkan investasi bodong di crypto currency hingga endorsement online shop.
Para korban kerap menerima kekerasan dari perekrutnya, mereka dipukuli bahkan diancam akan dijual ke sindikat lain dengan harga jual hingga belasan ribu dolar. Ingin melarikan diri pun sulit, sebab para penjaga bersenjata mengawasi gerak-gerik mereka.
ADVERTISEMENT
Kriteria Target Penipuan Pelamar Pekerja di Kamboja
Sekretaris Pertama Fungsi Perlindungan WNI KBRI Phnom Penh, Teguh Adhi Primasanto, menginformasikan hal-hal apa saja yang biasanya menjadi kriteria target penipuan calon pekerja di Kamboja.
"Kriteria usia 19-35 tahun, pemilik paspor baru/belum punya paspor, aktif di media sosial, kebanyakan dari Batam, Pontianak, Bali, Medan," ungkap Prima saat dihubungi kumparan, pada Sabtu (30/7/2022).
Berbicara soal ke-60 Warga Negara Indonesia (WNI) yang baru-baru ini menjadi korban penipuan calon pekerja dan disekap oleh sindikat kriminal, mereka diketahui saat ini berada di Kota Sihanoukville, Kamboja.
Kota ini sudah terkenal sebagai pusat di mana perusahaan-perusahaan China ilegal melakukan aktivitas kriminal seperti cyber scam selama bertahun-tahun tanpa pengawasan.
ADVERTISEMENT
"Di Sihanoukville banyak investor asal Tiongkok yang ternyata sindikat kriminal yang menjalankan bisnis penipuan," imbuhnya.
Prima menjelaskan, penipuan berkedok investasi palsu ini sudah merajalela sejak lima tahun lalu, saat investasi Tiongkok sedang ramai-ramainya menjadi tren di masyarakat.
Perusahaan-perusahaan investasi bodong tersebut tidak hanya menargetkan orang-orang China saja. Namun orang-orang yang berada di Eropa, Singapura, hingga Indonesia dapat dimanipulasi untuk ikut bergabung dalam bisnis investasi palsu mereka.
Modus Penipuan Perusahaan Investasi Palsu China
Para pelamar pekerja yang ditipu tersebut dipaksa perekrutnya untuk menggunakan beragam skenario palsu demi menggaet mangsanya. Jika tidak dituruti, para perekrut dan petugas bersenjata tidak akan segan-segan untuk menggunakan kekerasan agar mereka patuh.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan Prima, para penipu biasanya mengawali aksinya dengan membangun koneksi dengan calon korban lewat dunia maya.
"Modus-modus yang biasanya scammer (penipu) akan (lakukan yaitu) ajak kenalan lewat Facebook, kebanyakan sebagai perempuan Asia Timur," kata Prima.
Jika penipu itu berhasil meraih kepercayaan calon korban, maka pihaknya akan mulai menawarkan bisnis investasi yang menghasilkan keuntungan (profit) besar dan minim modal.
"Mereka akan ngobrol-ngobrol seperti biasa tanya pekerjaan, latar belakang pendidikan, jenis kendaraan yang dipakai, daerah rumah. Lalu setelah 1-2 minggu kenalan, mereka akan diperkenalkan dengan sebuah investasi di mana si scammer juga berinvestasi dan sukses meraup keuntungan," terang Prima.
Para penipu, sambung Prima, akan mengajak calon korban untuk berinvestasi dengan nilai kecil terlebih dahulu untuk bisa merasakan keuntungan dan mempercayakan keaslian bisnis investasi itu.
ADVERTISEMENT
Namun seiring berjalannya waktu, korban akan diminta untuk meningkatkan jumlah investasinya hingga kemudian uang itu tidak lagi bisa diambil dan akhirnya dibawa pergi oleh si penipu.
Lebih lanjut, modus penipuan lainnya juga dapat melibatkan bisnis online shop dan promosi endorsement.
"Atau bisa juga scammer berpura-pura jadi pemilik lapak jualan online kayak di Shopee atau Lazada, lalu scammer ajak kita kerja sama dengan cara kita pura-pura beli barang di toko dia dan kita diminta kasih review yang bagus," terang Prima.
"Sebagai imbalannya, kita ditransfer balik uang kita dan profit, biasanya percobaan pertama, kedua, ketiga selalu berhasil dan uang kita selalu kembali dan profit," sambung dia.
"Tapi harga yang kita pura-pura beli semakin mahal dan sampai di titik tiba-tiba si scammer-nya menghilang dan uang kita gak kembali," tutup Prima.
ADVERTISEMENT