Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Wawancara Eksklusif Menlu Retno: Cerita di Balik Evakuasi WNI dari Afghanistan
21 Agustus 2021 19:40 WIB
·
waktu baca 16 menitADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menceritakan soal bagaimana evakuasi 26 WNI dari Afghanistan .
ADVERTISEMENT
Negara di kawasan Asia Tengah tersebut bergejolak usai dikuasai Taliban. Peristiwa perebutan kekuasaan terjadi pada Minggu (15/8/2021).
Usai kejadian itu berlangsung, sejumlah negara termasuk Indonesia berlomba untuk membawa keluar warganya keluar dari Afghanistan.
Indonesia termasuk satu negara yang beruntung. Sebab, WNI bisa dibawa keluar tak lama saat kondisi mulai panas. Menurut Retno Marsudi, upaya evakuasi tidak mudah karena situasi Afghanistan yang dinamis.
Dalam wawancara eksklusif dengan kumparan, Menlu juga bercerita mengenai diplomasi RI agar evakuasi sukses dan bagaimana negara meminta bantuan Indonesia. Berikut wawancara eksklusif kumparan mengenai evakuasi 26 WNI di Afghanistan:
Pertanyaan (P): Sebetulnya pemerintah ini sudah mulai melihat Afghanistan secara intens kapan?
Jawaban (J): Jadi dari dulu kita memang ada kedekatan khusus dengan Afghanistan tapi kita mulai terlibat lebih banyak pada, saya lupa tahunnya, pada saat Presiden (Afghanistan Ashraf) Ghani ke Indonesia. Nah pada saat presiden Ghani ke Indonesia, beliau di depan Presiden (Jokowi) mengatakan, kalau nggak salah 2017 atau 2016, beliau mengatakan ingin meminta batuan Indonesia untuk terlibat lebih banyak dalam mengupayakan perdamaian di Afghanistan. Immediately, waktu itu Presiden (Jokowi) mengatakan ya, kita akan berusaha keras untuk ikut membantu. Sejak titik itu, kalau teman-teman lihat ada akselerasi atau intensifikasi komunikasi kita dengan pihak Afghanistan termasuk kunjungan Presiden (ke Afghanistan). Kemudian Kunjungan Pak Wapres pada saat itu Pak JK, terus teman-teman juga mengetahui bahwa kita terlibat di dalam proses perdamaian sendiri. Kita satu dari supporting countries istilahnya negara-negara support proses perdamaian itu sendiri. Tapi khusus untuk Indonesia, kita tahu bahwa proses perdamaian itu sendiri adalah sangat complicated (rumit) dan kita tahu pasti yang ingin berperan banyak itu negara-negara kunci dan negara-negara di sekitarnya, itu adalah sebuah kenormalan kalau terjadi suatu di negara pasti yang memiliki kepentingan besar adalah negara-negara sekitarnya.
Oleh karena itu dari sejak awal kita mengatakan di samping proses perdamaian perdamaian itu sendiri, yang tentunya kita ikut mendukung , kita membangun dua buah building block. Satu building blocks untuk pertemuan ulama. Jadi intinya bagaimana ulama Indonesia, ulama Afghanistan, dan pada saat itu ulama Pakistan duduk bersama kemudian membahas dukungan terhadap proses perdamaian itu sendiri.
ADVERTISEMENT
kita seperti mengadakan trilateral ulemas conferences di Bogor yang message nya kalau tidak salah dukungan ulama untuk dihentikannya kekerasan, penggunaan kekerasan. Kita sekarang sebenarnya sedang mencoba membuat pertemuan ulama kedua yang akan dipakai untuk mensupport itu sendiri yang terus diupayakan, tapi karena dinamikanya tinggi, maka sampe sekarang belum bisa dilakukan.
Building block ke dua masalah perempuan. Kita sangat aktif di-issue perempuan di dunia, dalam konteks women, peace, security. Dalam konteks ini kita lebih maju lagi. Kita sudah membentuk jaringan indo-Afghan women network. Melalui network ini kita memberikan bantuan untuk capacity building dan sebagai-bagainnya dan sudah ada dua kali, kalau tidak salah, pertemuan. Pertama adalah perempuan-perempuan Afghanistan datang ke Indonesia ketemu dengan prominence leaders, bukan formal ya, dari masyarakat, dari NGO termasuk ada Yenny Wahid juga. Kedua, saya dan beberapa perempuan Indonesia pergi ke Afghanistan untuk bertemu dengan mereka dan kita ketemu first lady, karena first lady sangat aktif pada issue pemberdayaan perempuan. Kita lihat Perempuan Afghanistan punya potensi banyak dan dalam 20 tahun ke belakang mereka diberi ruang. Tidak heran dalam politik anggota parlemennya juga banyak perempuan.
Kita tetap ingin di-building block pemberdayaan perempuan ini terus dilanjutkan lagi. Sebenarnya di tahun ini kita lakukan lagi capacity building kita harus lihat dulu perkembangan seperti apa.
ADVERTISEMENT
P: Sisi kedekatan Indonesia dengan Afghanistan seperti apa?
J: Mungkin enggak bisa dielakkan bahwa kedekatan sebagai sesama negara Muslim. The way Afghan melihat Indonesia dari segi geografis kita tidak dekat sekali. Kalau Pakistan, China, kemudian negara-negara Tajikistan itu secara geografis ada kedekatan tapi kita adalah negara yang secara geografis tak dekat tapi Afghanistan melihat Indonesia sebagai negara Muslim terbesar dan Afghanistan juga melihat sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar, Indonesia bisa mengembangkan demokrasi dan pemberdayaan perempuan dengan baik dan lesson learned in ingin di-tag Afghanistan dari Indonesia.
Itu yang disampaikan oleh Presiden Ghani, kemudian ada kunjungan lagi first lady (ibu negara). Untuk perempuan ini dan kalau dunia internasional, they talk about women empowerment mereka melihat Indonesia, karena kebetulan Menlunya perempuan dan kita sudah membangun betul network perempuan Indonesia dan Afghanistan. Jadi mereka sangat mengharapkan issue perempuan itu Indonesia bisa melanjutkannya. Di proses perdamaian itu dan terakhir saya bicara dengan Menlunya Qatar saya bicara masalah perempuan ini karena saya kira penting sekali untuk terus diperjuangkan hak-haknya.
P: Kapan terakhir kali membahas Afghanistan?
ADVERTISEMENT
J: Dengan Afghanistan saya terakhir berkunjung ke sana, awal tahun ini atau 2020 aku lupa. Dengan mereka kita berhubungan terakhir dalam artian saya kunjungan ke sana kalau enggak salah awal 2020 tapi bukan berarti kita tidak berkomunikasi, setelah itu kita berkomunikasi dengan mereka.
P: Apakah Taliban ini memang mau pengalihan kekuasaan pada awal 2020 sebelum ada pembicaraan tersebut?
J: Sebenarnya bahwa Taliban ada dan menguasai cukup banyak signifikan portion dari sisi wilayah. Itu kan memang dilihat semua pihak ya. Nah waktu di awal-awal kita ingin mengajak mereka duduk dengan pemerintah yang ada untuk membahas masa depan politik mereka karena kita tau bahwa rakyat Afghanistan sudah rindu dengan apa yang dinamakan perdamaian dan stabilitas. Kalau kita liat dari sejarahnya meraka selalu dalam kondisi tidak baik. Afghan let Afghan own proccess.
ADVERTISEMENT
kalau toh ada negara lain yang ingin berperan sifatnya akan mendukung tapi yang penting adalah komitmen dari masing-masing pihak yang ada di Afghanistan untuk duduk dan untuk mendesain political future bagi Afghanistan sebagai suatu bangsa dan negara. Jadi di dalam semua pembicaraan tentunya tidak bisa dihilangkan ada elemen Taliban di dalamnya.
P: Sampai terjadi kemarin Taliban menguasai ibu kota, dari pemerintah kita lebih intensif melihat hal ini berapa hari sebelumnya?
J: Kita memang sudah melihat gejala ini beberapa waktu terakhir ya. Nah tentunya kalau kita dalam perhitungan kita selalu menghitung kemungkinan yang buruk seperti apa agar kita siap terutama langkah awal pasti dan kita yang teman-teman lihat semua langkah awal yang dilakukan semua negara pada saat terjadi situasi yang abnormal, emergency adalah bagaimana menyelamatkan warga negara. Ini yang kita lakukan. Dalam artinya kita tinggal berapa di sana, bagaimana kita bisa menyelamatkan mereka dan kita terus, untungnya kita sudah mulai menyusun roadmap. Kita biasanya sudah tahu suatu negara akan terjadi sesuatu, kita sudah memulai mendesain plannya. Sampai mungkin katakanlah melalui udara bagaimana, jalan darat bagaimana keluarnya dari mana , dan sebagainya. Itu kita desain bersama sehingga pada kejadian terjadi yang ada adalah adalah proses pematangan karena perkembangan sangat cepat dan perkembangan baru selalu ada sehingga desain dasar itu perlu terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan yang ada.
ADVERTISEMENT
Semua negara di detik ini prioritasnya adalah menyelamatkan warga negaranya masing-masing dan teman-teman lihat di airport bandara Hamid Karzai di Kabul, upaya untuk evakuasi warga negara, terutama negara NATO sangat intensif terjadi sejak masuknya Taliban di kabul mulai hari Minggu yang lalu.
P:Roadmap ini disusun kapan?
J: Sudah lama, tapi kita tidak mungkin dalam waktu yang cepat. Ini mengembangkan road map exit kalau tidak ada basic design yang kita kembangkan contingency plan yang kita miliki sejak awal. Memang untungnya Kemlu memiliki satu direktorat khusus direktorat yang dinamakan Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia dan untungnya juga Kemlu bekerja sangat dinamis, tentu sekat unit itu ada, struktur ya, tapi pada saat ada 1 emergency situation kita kerja keroyokan. Misalnya selain Direktorat Perlindungan WNI itu di back-up Dirjen Aspasaf, Dirjen IDP, Direktur Asia Selatan dan Tengah, kemudian dari sisi saya ikut di dalamnya dan saya ikut membantu teman-teman terlibat dengan teman-teman dalam mendesain semua upaya exit ini.
ADVERTISEMENT
P: Apakah sudah lama mengidentifikasi WNI di sana? Apakah hanya 26?
J: Ada beberapa yang sudah kembali sebelum krisis ini terjadi sebelum situasi terkahir ini terjadi. Beberapa sudah kembali jadi jumlah yang ada ini adalah jumlah yang ada di kita per saat evakuasi yang dapat kita ambil karena situasinya memang sangat tidak mudah, bisa saya katakan bahwa kita memiliki beberapa pengalaman evakuasi ini mungkin salah satu yang paling complicated.
P: Evakuasi Complicated seperti apa?
J: Macam-macam. satu adalah dari sisi situasi lapangan yang dinamis dan encer. Kita pantau terus perkembangannya deg-degan terus apakah ada situasi luar biasa lagi yang akan terjadi dan sebagainya. Satu hal yang terjadi pada saat sebenarnya kita ini sudah mendapatkan slot untuk pendaratan pesawat tinggal 19 Agustus pukul 04:10. Jadi kita sudah mendapatkan slot itu tapi begitu mereka mengatakan oke, ini approval-nya, kemudian 30 menit approval itu diminta untuk di-hold dulu karena ada situasi yang sangat tidak kondusif yang ada di lapangan.
ADVERTISEMENT
Jadi sekali lagi dinamika lapangan ini membuat hitungan kita harus kita pantau dari waktu ke waktu jadi dari sisi situasi encer, dinamika, plus tentunya keamanan untuk warga negara kita, plus yang tidak kalah seru nya, memperoleh izin dan memperoleh izin over flight permit karena ada pergantian pesawat dan paling memerlukan waktu adalah izin landing-nya di Kabul. Karena bahwa bandara pengelolaannya di bawah NATO, di bawah Amerika, jadi di situ saya harus komunikasi. Tim saya untuk beberapa malam, Dubes kita di Brussels, Washington, Dubes kita di Ankara, di Islamabad, di Jakarta, itu maju semua layer untuk mendapatkan izin landing. Saya harus melakukan komunikasi langsung dengan beberapa Menlu untuk meminta bantuan agar izin landing dapat diberikan.
ADVERTISEMENT
Misalnya Reuters per 19 Agustus maka negara-negara yang sudah mengevakuasi itu baru negara NATO, USA, UK , Jerman, Prancis, Spanyol, Belanda, Denmark, Polandia, Ceko, ada Jepang, ada Australia, Turki, memang negara NATO yang sudah, jadi kita mungkin satu di antara sedikit non-NATO yang akhirnya bisa diberikan izin mendarat dan melakukan evakuasi. Tanggal 20 (Agustus) yang kita boleh masuk betul-betul buat kita deg-degan tapi kita berhubungan baik dengan semua negara ini yang sering saya sebut inilah aset diplomasi kita yang setiap saat bisa kita hidupkan untuk dalam hal kayak gini itu betul-betul sangat membantu. Bisa dibayangkan kalau kita tidak memiliki aset diplomat yang kuat kita pasti memiliki masalah yang banyak.
P: Kata kunci approval evakuasi?
ADVERTISEMENT
J: Tentu evakuasi itu perlu sekali. Kebetulan dalam rombongan itu ada dua diplomat saya yang dalam kondisi kesehatannya tidak bagus. Ini yang saya hitung dengan cermat ada anak di situ, ada 1 orang yang sakit dan membutuhkan dukungan oksigen terus maka kalau di tv lihat begitu yang turun pertama itu diplomat saya, dia Kuasa Usaha Sementara, dia turun kemudian dia pakai kursi roda dan ada oksigen. Jadi saya sampaikan selain secara general saya segera memerlukan evakuasi tapi ada satu diplomat saya yang dalam kondisi kesehatan yang memerlukan pengaman segera.
ADVERTISEMENT
P: 26 warga kita ada di Kabul apa di luar Kabul?
J: Ada di kabul ada yang sebenernya less than itu tapi ada enam orang tiba-tiba datang, saya gak dapat informasi beliau-beliau dari mana terus ada expat kita yang kerja, di bandara, dan sebagai yang akhirnya memang harus berkumpul di KBRI karena KBRI itu premises yang punya kedaulatan yang lebih mudah bagi kita untuk menjamin keamanan sehingga semua itu berkumpul di KBRI sambil nunggu detik-detik kapan izin landing diberikan.
P: Mereka kumpul di KBRI kapan?
ADVERTISEMENT
J: Pokoknya mereka 19 Agustus yang kita akan landing itu mereka sudah siap semua. Jadi kita sudah rancang kapan mereka harus bergerak kita harus hitung walaupun dari sisi jarak, KBRI ke bandara itu gak begitu jauh 7-10 km kalau dalam kondisi normal 20-25 menit bisa mencapai tujuan tapi banyak check-point sehinga kita harus menghitung dalam skenario terburuk, katakanlah kita harus melewati beberapa check-point kalau ada kerumunan jadi semua hal ikut kita hitung di dalamnya dalam skenario terburuk kita gimana karena ini ada dua tim bersama yang gerak satu yang dari Islamabad, yang jemput dan dijemput, ini kita sudah exercise sekali.
Bahkan teman dari TNI pada titik, jadi mereka sudah exercise bagaimana dalam waktu cepat karena rencananya pesawat mendarat hanya 30 menit dalam kondisi engine on.
ADVERTISEMENT
Sehingga teman-teman TNI exercise bagaimana untuk cepat mengambil, plus dengan perhitungan tak ada service ground handling. Semua kemungkinan terburuk sudah kita hitung dan begitu ada delay izin kita sambil coba untuk dapat izin baru, di tanggal 19 jam 11 pagi waktu Jakarta kita melakukan koordinasi lagi dari Jakarta, Islamabad, Kabul untuk exercise lagi dan kapten pesawat lagi bagaimana dalam waktu 20-30 menit bisa mengangkut semuanya. Jadi ini betul-betul exercise lumayan lah.
P:(Ketibaan) molor dari 30 menit jadi 2 jam, kenapa?
J: Security clearance untuk evakuasi kita belum selesai. Perjalanan di jalan itu, security di luar bandara dipegang Taliban, masuk kompleks dikelola sementara NATO dan ada lagi gate untuk masuk ke wilayah NATO. Kita sempat ketahan di situ dan di situ kita harus komunikasi telepon terus bahwa evacuate kita sudah di depan gate tolong berikan akses masuk. Pasti ada proses yang harus dilalui pemeriksaan keamanan sehingga saat pesawat mendarat yang semula langsung diangkut ternyata security clearance belum sepenuhnya selesai yang menyebabkan pesawat tertinggal lebih lama.
ADVERTISEMENT
Saya harus bersyukur dengan aset diplomasi, kebayang enggak, telepon tolong akses dibuka. Jadi alhamdulillah, begitu teman kita mendarat itu ya Allah saya leganya gak karuan deh.
P: Evakuasi WNI, apa pesan Presiden?
J: Dalam kondisi yang memerlukan perhatian Presiden ada kondisi khusus adalah setiap hari saya sampaikan foreign policy briefing notes ke Presiden pada situasi seperti ini, ini yang sudah kita lakukan ini next-nya apa tantangannya apa, paling tidak sudah beberapa hari foreign policy briefing note berturut.
Saya perlu bertemu dengan Presiden jadi di tanggal 18 itu, saya diprogram presiden saya yang pertama bertemu dengan Bapak Presiden melaporkan semua, ada beberapa isu sih, tapi porsi paling besar Afghanistan dan Presiden sudah memberikan blessing beliau terutama mengenai keselamatan WNI. Jadi beliau tekankan upayakan mereka bisa dievakuasi dengan lancar dan dengan selamat.
ADVERTISEMENT
Pada saat terjadi delay karena yang 19 itu kita tidak bisa masuk dan kemudian kita upayakan dan 20 sudah dapat, saya kemudian melakuan pembicara telepon dengan presiden memberikan laporan mengenai situasi yang paling terkahir seperti apa. Jadi Pak Presiden terus memberikan arahan dan beliau dalam situasi selalu update dengan perkembangan lapangan.
P: Komandan lapangan siapa dalam proses evakuasi siapa?
J: Desain semua kalau dilihat dari sisi koordinasi ya tentu ada tiga unsur utama ada TNI, BIN, dan ada Kemlu. Ditingkat working level mereka berkoordinasi secara penuh terus menerus karena exercise ini tidak mungkin sendiri. Saya percaya pada saat kita dapat bekerja sama, tantangan seberat apa pun bisa kita lakukan. Dan dalam beberapa evakuasi ini berjalan dengan baik. Saya bersyukur kita dengan teman-teman TNI dan BIN berjalan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Pada saat exit living terakhir di bandara saya hadir, saya di 04:50, 18 Agustus saya ada di situ saya berikan arahan terakhir seperti apa dan di titik 19 rapat saya juga yang pimpin. Saya lebih cenderung mengatakan ini adalah gawe bareng tapi di sana sini saya masuk untuk memimpin koordinasi. Saya selalu dengan pak Panglima, setiap ada perubahan, terutama yang sangat signifikan saya cepat telepon pak Panglima dan kita lapor Pak Presiden dan tanggal 19 sore saya memberikan briefing jg ke Menkopolhukam, Panglima, ada Wakabin, pak Moeldoko, ada Kapolri.
P: Berapa kali ibu evakuasi (selama ibu menjabat Menlu)?
J: Paling tidak yang saya ingat satu Yaman, Nepal, Nepal karena bencana alam, kemudian Wuhan karena penyakit. Situasi itu masing-masing punya karakteristik berbeda, ini, Afghanistan jadi lumayan lah makanya tadi pagi begitu sudah selesai kita ada grup tim evakuasi Afghan saya sampaikan teman-teman saya terima kasih atas kerjasamanya, ini teman-teman di Kemlu, saya katakan we learn a lot from this process, walaupun saya diplomat karier 35 tahun tapi setiap peristiwa ada pelajaran yang sangat luar biasa yang saya ambil dan saya bersyukur karena tim kemlu solid dan koordinasi kita dengan TNI dan BIN solid sehingga tantangan besar ini kita lalui
ADVERTISEMENT
P: (Evakuasi di dari Kabul apakah) ini paling sulit?
J: Jelimet dan deg-degan setengah mati. Memang Yaman memerlukan waktu yang lama juga karena evakuasi tak satu titik tapi ada berapa titik. Ada dari selatan melalui kapal dan kapal dikirim negara lain yang sudah merapat di pelabuhan, kemudian menunggu kok WNI gak datang karena kemudian ada perkembangan, akhirnya mereka meminta keputusan apakah kapal ditarik atau tidak kan komando dari saya, itu saya bilang tarik balik dulu. Ada 1 lagi titik perbatasan Saudi yang kita kecegat,kemudian baju anti peluru kita diambil, saya sampaikan kasih apa yang mereka mau tapi selama tidak ada yang cedera tak ada nyawa yang melayang buat saya itu sudah hal yang luar biasa. Tantangannya masing-masing tapi ketegangannya luar biasa.
ADVERTISEMENT
P: KBRI (di Kabul) bagaimana?
J: KBRI masih ada masih berfungsi. Kita masih ada local staf di sana. Tapi untuk sementara saya tak bisa sementara itu berapa lama. Di titik itu kita tidak bisa mengatakan berapa lama.
Kita melakukan monitoring dari Islamabad kenapa dari Islamabad karena itu titik terdekat yang mencapai Kabul dengan penerbangan 45-50 menit ada opsi kalau kita mau via darat kita bisa melakukan perjalanan via darat itu bisa jadi dari situ kita monitoring perkembangan. Jadi di situ misi kita tidak disatukan dengan misi di Islamabad, ada misi terpisah dan kita memberikan notifikasi kepada pemerintah Pakistan. Intinya misi kita tidak ditutup.
P: Evakuasi dua warga Afghanistan ke Indonesia kenapa dilakukan?
ADVERTISEMENT
J: 1 karena dia suami WNI, jadi family reuinion tak bisa dipisahkan. Ini bukan yang pertama kali kita membawa WNA yang bertautan dengan WN kita. Ingat waktu di Wuhan ada 1 satu WNA yang merupakan suami dari WNI kita, sangat tidak manusiawi kita pisahkan keluarga dalam kondisi ini. Satu lagi lokal staf dan dia perempuan.
P: Evakuasi 27 WNI itu siapa yang aktif? apakah KBRI yang mencari WNI untuk dievakuasi atau 27 WNI yang meminta bantuan evakuasi?
J: Kita yang aktif. sebenarnya WN kita itu sudah sangat paham, jika terjadi sesuatu maka hal utama yang harus mereka lakukan kontak KBRI, kalau memang diperlukan lari ke sana di situlah rumahmu. Di situ lah kamu akan merasa aman. insting itu sudah ada di WNI kita. 6 orang itu, kalau yang expat kita memang punya kontak tiap waktu Begitu situasi seperti ini mereka kita kontak dan pertanyaannya selalu pak ikutkan kami dalam evakuasi .
P: Atas dasar apa evakuasi WNA Filipina dilakukan?
ADVERTISEMENT
J: Tak hanya Filipina, diawal-awal singapura minta bantuan. Ada dua konteks, satu konteks kemanusiaan itu sendiri dan bukan sekali ini kita membawa WN asing, waktu kita evakuasi dari Yaman kita juga bawa WNA, gak elok kita menyelematkan nyawa kemudian kita liat kamu siapa? WN kita yang utama tapi WNA juga perlu dibantu.
kedua di ASEAN ada kesepakatan kekonsuleran di mana dalam situasi krisis masing-masing negara anggota ASEAN saling membantu WN lainnya. Dalam konteks ini maka WN Filipina ikut dengan kita, dia sudah ada di kita sejak beberapa hari dan kita sudah mendapat permintaan dari Singapore tapi ada evakuasi dari negara lain yang mungkin lebih cepat sehingga mereka ikut yang ini ya, monggo silakan.
ADVERTISEMENT
Tapi prinsipnya demi kemanusiaan dan kebetulan kedua memang ada perjanjian kekonsuleran di ASEAN. Kita senang dapat membantu dan pada saat detik-detik kita jadi tak ada representasi kita di situ harapan kita negara lain juga akan membantu. Itu sudah ditawarkan berapa kali pada saat kita belum ada window penuh bahwa kita bisa mengangkut, waktu itu ada tawaran terutama untuk yang sakit mengatakan Retno apakah bisa yang sakit itu kita ambil dulu pake ikut pesawat kita, jadi yang menyenangkan kita dalam situasi tough ada sisi lembut kemanusiaan yang muncul dan tawarkan untuk kerja sama.
P: Setelah 27 WNI kembali ke Indonesia, apakah sudah tidak ada lagi WNI di Afghanistan?
ADVERTISEMENT
J: Dipastikan gak bisa, gak dipastikan karena kan kadang banyak WNI kita yang tidak melapor dam sebagainya jadi untuk mengatakan tak pasti tidak bisa disampaikan.