Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
WNI Korban Penembakan di AS 15 Tahun Terakhir: 3 Tewas, 3 Terluka
10 Oktober 2022 15:15 WIB
·
waktu baca 6 menitADVERTISEMENT
Kabar duka kembali berembus dari luar negeri menuju tanah air. Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) bernama Novita Kurnia Putri tewas dalam penembakan di rumahnya di Kota San Antonio, Negara Bagian Texas, Amerika Serikat (AS) pada Selasa (4/10).
ADVERTISEMENT
Otoritas setempat menduga, Novita adalah korban penembakan salah sasaran. Dia tewas usai lebih dari seratus peluru menghujani rumahnya. Kedua pelaku serangan itu telah ditangkap dan didakwa.
Namun, proses hukum tersebut tidak menjamin kejadian serupa tidak terulang kembali. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mencatat 45.222 kematian terkait senjata api di AS pada 2020.
Artinya, 124 orang tewas karena cedera terkait senjata api setiap harinya. Lebih dari empat dari setiap sepuluh kasus tersebut adalah pembunuhan menggunakan senjata api.
Everytown Research menggarisbawahi, AS bukan satu-satunya negara yang bergelut dengan penyakit mental, kekerasan dalam rumah tangga, maupun ideologi yang berakar dari kebencian.
Tetapi, tingkat pembunuhan terkait senjatanya 26 kali lebih tinggi daripada negara berpenghasilan tinggi lainnya. Perbedaannya ada pada kemudahan akses senjata. Selama bertahun-tahun, keadaan ini menelan banyak korban, termasuk dari komunitas diaspora Indonesia.
ADVERTISEMENT
Setelah kumparan telusuri dari 2007 hingga 2022, berikut adalah kasus-kasus penembakan di AS yang memakan korban WNI:
Virginia Tech, 2007
Salah satu pembantaian paling mengerikan dalam sejarah Washington melanda Institut Politeknik dan Universitas Negeri Virginia (Virginia Tech) di Kota Blacksburg, Negara Bagian Virginia, AS. Penembakan liar itu terjadi pada 16 April 2007.
Saat itu, ada 16 WNI bersekolah di Virginia Tech. Dari 32 orang korban jiwa, salah satunya adalah WNI.
Korban adalah pria asal Kota Medan, Partahi Mamora Halomoan Lumbatoruan. Sebelum nyawanya direnggut, Partahi sudah menimba ilmu selama 2,5 tahun dalam program S3 jurusan Teknik Sipil.
Pembantaian itu berlangsung dalam dua serangan. Serangan pertama menewaskan dua orang di sebuah asrama, Ambler Johnston Hall. Tetapi, mayoritas korban jiwa adalah mahasiswa yang mengikuti kuliah di gedung kelas sains dan Teknik, Norris Hall.
ADVERTISEMENT
Jasad para korban ditemukan berlumuran di berbagai lokasi di sekitar gedung. Setelah melancarkan aksinya, pelaku menembak dirinya sendiri hingga tewas. Hingga 17 orang lainnya pun harus menjalani perawatan akibat luka tembak dalam serangan tersebut.
Pelaku adalah mahasiswa berkewarganegaraan AS yang berasal dari Korea Selatan, Cho Seung-hui. Otoritas setempat mengatakan, Cho sempat menjalani perawatan medis usai didiagnosis depresi.
"Universitas ini dilanda tragedi yang kami anggap memiliki proporsi yang monumental," kata rektor universitas, Charles Steger, dikutip dari The New York Times, Senin (10/10).
Bioskop Century 16, 2012
Salah satu penembakan massal terburuk lainnya terjadi di bioskop Century 16 di Kota Aurora, Negara Bagian Colorado, AS. Para penggemar tokoh fiksi Batman duduk di bioskop untuk menonton tayangan tengah malam 'The Dark Knight Rises' pada 20 Juli 2012.
ADVERTISEMENT
Penonton yang memenuhi auditorium hingga penuh sesak tidak mengetahui nasib yang akan mereka temui. Selang 30 menit memasuki film, seorang pria memasuki auditorium dengan mengenakan helm balistik dan rompi anti peluru.
Dia kemudian meledakkan bom asap. Pengunjung awalnya mengira bahwa suara tembakan dan asap adalah bagian dari pertunjukkan. Dengan empat senjata dan ribuan butir amunisi, pelaku lalu menembaki para penonton tanpa pandang bulu.
"Anda mencium bau asap dan Anda terus mendengarnya, Anda hanya mendengar bam bam bam, tanpa henti," ungkap seorang saksi mata, dikutip dari ABC News.
Penembakan tersebut menewaskan 12 orang dan melukai 70 lainnya. Sebuah keluarga asal Indonesia termasuk dalam korban terluka. Mereka adalah ayah, ibu, dan anak yang merupakan penduduk Aurora.
ADVERTISEMENT
Korban pertama adalah Anggiat M Situmeang. Pria berusia 45 tahun tersebut menderita luka memar pada mata sebelah kiri akibat serpihan tembok. Istrinya, Rita Paulina Silalahi, terluka di lengan dan kakinya. Wanita berusia 45 tahun itu sempat dilarikan ke rumah sakit.
Korban ketiga adalah anak mereka, Prodeo Et Patria Situmeang. Remaja berusia 15 tahun tersebut menderita luka tembak pada punggung bawah. Anggiat adalah warga asal Jakarta yang berpindah ke AS setelah menikahi Rita.
Pejabat penegak hukum mengidentifikasi pelaku sebagai warga AS berusia 24 tahun, James Holmes. Dia mengunjungi Colorado untuk mendaftar di program ilmu saraf di Universitas Colorado Denver/Anschutz Medical Campus. Tetapi, dia gagal melanjutkan studinya.
Sunny Side of The Street, 2016
Seorang WNI yang tewas dalam penembakan lainnya di AS adalah pria berusia 33 tahun, Adrianus Michael Kusuma. Dia ditembak mati oleh dua perampok di rumahnya pada 18 September 2016.
ADVERTISEMENT
Saudaranya, Sebastian Kusuma, juga berada di lokasi kejadian. Tetapi, dia selamat dari penembakan. Polisi menduga, penembakan itu berhubungan dengan bisnis restoran milik Adrianus, Sunny Side of The Street. Restoran tersebut terletak di Texas.
Otoritas menjelaskan, pelaku mungkin menargetkan korban karena berharap dapat mencuri uang tunai hasil penjualan di restorannya. Para perampok kemudian melarikan diri dengan mengantongi sejumlah uang kecil menggunakan mobil putih.
"Dia mengelola restoran dan orang-orang tahu bahwa setiap hari, tidak semua orang langsung masuk ke bank," ujar kerabatnya, Danny Oswald, dikutip dari Houston Chronicle.
San Antonio, 2022
Kabar duka lainnya datang dari Kota San Antonio, Texas, AS. Kasus penembakan terbaru ini menewaskan Novita Kurnia Putri.
Perempuan berusia 25 tahun yang juga dikenal sebagai Vita Brazil itu berasal dari Kota Semarang, Jawa Tengah. Novita tinggal bersama suaminya selama tiga tahun, Robin Brazil-Smith, di Texas.
ADVERTISEMENT
Novita sedang menggunakan komputer di kamar tidurnya ketika dua penyerang menembaki rumahnya. Dia lantas tertembak beberapa kali pada bagian wajah. Serangan itu juga mencederai seorang wanita berusia 41 tahun yang menginap sebagai seorang tamu Airbnb.
Polisi kemudian mengejar dan menangkap kedua pelaku dengan bantuan helikopter. Para pelaku adalah remaja berusia 14 tahun dan 15 tahun. Walau didakwa dengan pembunuhan dan penyerangan dengan senjata mematikan, mereka tidak menunjukkan rasa bersalah.
Texas menjatuhi hukuman penjara seumur hidup atau hukuman mati bagi pelaku pembunuhan tingkat pertama. Otoritas belum membeberkan motif para pelaku hingga kini. Tetapi, pihaknya menduga, mereka sebenarnya menargetkan rumah tetangga Novita.
Pasalnya, tiga remaja keluar dari rumah itu untuk membalas tembakan setelah pelaku menyerang rumah Novita. Polisi telah menahan ketiganya pula. Mereka adalah anak berusia 14 tahun dan 15 tahun, serta remaja berusia 17 tahun bernama Johnny Bermea.
ADVERTISEMENT
Otoritas belum mengungkap identitas keempat anak lainnya selain Bermea. Konsulat Jenderal RI Houston kini sedang berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk memulangkan jenazah Novita.
"Vita adalah seorang wanita cantik berusia 25 tahun. Dia adalah orang paling manis yang pernah Anda temui. Dia baik, tidak mementingkan diri sendiri, lucu, penyayang, suka berpetualang, dan memiliki hati emas," tulis laman penggalangan dana yang dibuat kerabat Novita di GoFundMe.