Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Melindungi marwah dan kehormatan keluarga. Itulah alasan eks Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo —menurut pengacaranya—menghabisi Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, salah satu ajudannya.
Motif Sambo itu, menurut Arman Hanis, sangat kuat. Seorang sumber mengatakan, Sambo sempat mengeluhkan “pelecehan” terhadap istrinya kepada beberapa kawannya di parlemen. Ia mengaku merasa tertekan karena kehormatannya sebagai lelaki hilang direnggut.
Sambo—yang berasal dari Sulawesi Selatan—kepada rekannya menyebut peristiwa yang menimpa istrinya itu sebagai siri’, yang dalam bahasa Bugis berarti “malu”. Siri’ ialah falsafah hidup dan nilai budaya masyarakat Sulsel.
Salah satu jenis siri’ berhubungan dengan harga diri pribadi sekaligus harkat dan martabat keluarga yang pantang dilanggar. Jika dilanggar, taruhannya adalah nyawa. Semisal, pada masa lalu, pelaku kawin lari akan dibunuh karena membuat malu keluarga.
Dalam Lipsus edisi 18 Juli, “Kematian Brigadir Yosua Bukan Baku Tembak Biasa”, kumparan telah menyebut informasi dari seorang sumber tentang kecurigaan Sambo terhadap kedekatan istrinya, Putri Candrawathi, dan Yosua.
Menurutnya, Yosua kerap bertugas menyopiri Putri. Ia juga sering menemani Putri pergi ke berbagai tempat hiburan, baik untuk arisan atau sekadar kongko. Oleh sebab itulah rumor mengenai hubungan keduanya tak terelakkan.
“Setiap dibawa ke tempat-tempat itu dan bertemu teman-teman Ibu, J selalu dianggap pacar Ibu,” ujarnya.
Hal itulah, menurut sumber tersebut, yang akhirnya membuat Sambo dongkol. Sumber lain menyebut bahwa Sambo dua kali mendapatkan bukti perselingkuhan antara Putri dan Yosua.
Pada akhirnya, ia memberi perintah tertentu kepada Bharada E alias Richard Eliezer Pudihang Lumiu. Perintah itu pun tak bisa ditolak Richard.
Pengacara keluarga Yosua, Kamaruddin Simanjuntak, tak mau menanggapi isu hubungan khusus antara Yosua dan Putri. Menurutnya, Yosua memang dikenal dekat dengan Putri maupun Sambo sehingga membuat iri sebagian rekannya.
“Ada sesama ajudan saling iri karena almarhum ini sangat disayang oleh Bapak dan Ibu. Ia dianggap anak sendiri. Ini membuat yang lain cemburu sehingga timbul gesekan dan pengaduan yang tidak benar,” kata Kamaruddin.
Kalaupun Yosua dituding melecehkan Putri, menurut Kamaruddin, mestinya ia justru dibiarkan hidup untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
“Jangan dibunuh, dong. Bawa ke kantor polisi. Kalau tidak lagi suka dia kerja di rumah [Sambo], kan tinggal mutasi. Pindahkan ke kota asalnya, misal. Gampang. Kenapa harus dibunuh? Kenapa main hakim sendiri di rumah Kadiv Propam?” ujar Kamaruddin, Selasa (9/8).
Lebih lanjut, ia menduga ada sesuatu tak semestinya yang diketahui Yosua. “Bisnis gelap, yang haram-haram, juga unsur wanita.”
Namun Kamaruddin tak menjelaskan secara gamblang bisnis haram apa yang ia maksud.
Pengacara Richard, Deolipa Yumara, menyatakan bahwa kliennya tak tahu ada aksi pelecehan seksual oleh Yosua terhadap Putri.
“Dia betul-betul tidak tahu. Tidak ada yang begitu-begitu,” kata Deolipa.
Lebih lanjut, ia menyebut hubungan apapun antarindividu adalah privasi mereka.
Kesaksian Richard bahwa ia tak melihat adanya pelecehan juga dibenarkan Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik.
“Makanya kami belum bisa meyakini apakah terjadi pelecehan seksual atau tidak,” ujar Taufan.
Sumber lain menyatakan, insiden yang melibatkan Yosua dan Putri—yang memantik kemarahan Sambo, sebetulnya bukan terjadi di rumah dinas Sambo sesaat sebelum Yosua tewas pada 8 Juli 2022, melainkan di Magelang sehari sebelumnya pada 7Juli.
Meski demikian, ia tak menyebut spesifik jenis insiden yang melibatkan Yosua dan Putri itu.
Sambo dan Putri berada Magelang sejak Senin, 4 Juli, untuk mengantar anak mereka yang bersekolah di Taruna Nusantara. Yosua adalah salah satu ajudan yang mengawal mereka.
Pada Rabu, 6 Juli, Sambo dan Putri juga merayakan ulang tahun pernikahan di Magelang. Seorang sumber menyebut bahwa keluarga Sambo memiliki rumah kontrakan di kota itu.
Wedding anniversary ini disinggung Komnas HAM dalam rangkaian pemeriksaan mereka.
“Di situ (Magelang), ada anniversary yang menggambarkan [keadaan] masih baik-baik saja. Tidak ada masalah,” kata Taufan, Kamis (4/8).
Namun, situasi baik-baik saja itu hanyalah yang tampak di permukaan. Sesungguhnya, menurut kesaksian Richard seperti diceritakan pengacaranya, M. Boeharnuddin, Putri menangis-nangis di Magelang, seperti menyimpan masalah dengan Sambo.
Richard tak tahu sama sekali masalah apa yang mendera Putri ketika itu. Namun, ia menduga ada pertengkaran antara Putri dan Sambo.
Menurut Deolipa, pasti terjadi sesuatu di Magelang. “Yang membuat dendam atau kemarahan memuncak, dan itu menimbulkan kecelakaan. Emosi meletup-letup sampai enggak bisa berpikir rasional lagi.”
Keesokannya, Kamis, 7 Juli, Sambo kembali ke Jakarta mendahului Putri. Sambo terbang pagi-pagi dari Yogya dengan pesawat pukul 07.00 didampingi salah satu ajudannya, Briptu Daden. Sementara Putri baru keesokan harinya, Jumat, 8 Juli, bermobil ke Jakarta bersama tiga ajudan lain—Bharada Richard, Brigadir Yosua, dan Bripka Ricky Rizal.
“Sambo berangkat ke Jakarta, ke Mabes [kerja]. Dengan satu ajudan, Daden,” ujar Taufan.
Jumat jelang siang, pukul 11.00, iring-iringan mobil rombongan Putri berangkat dari Magelang. Mobil Putri yang disopiri Richard berada di bagian belakang, sedangkan mobil patwal yang ditumpangi Yosua berada di depan.
Dalam Lipsus edisi 25 Juli, kumparan telah menceritakan gerak-gerik rombongan Putri yang tertangkap kamera CCTV di rest area jalan tol. Di tempat itu, sekitar pukul 14.00, Putri dan para ajudan Sambo, termasuk Yosua, turun dari mobil untuk rehat sejenak.
Yosua juga masih terlihat dalam rekaman CCTV di rumah pribadi Sambo di Jalan Saguling, Duren Tiga, pada sore hari setibanya rombongan Putri di Jakarta.
Sekitar pukul 15.40–15.50, ia terlihat hilir mudik di garasi rumah pribadi Sambo untuk menurunkan barang-barang.
Itu kali terakhir sosok Yosua tertangkap kamera CCTV. Namun, ia masih berada di sekitar kediaman pribadi Sambo di Jl. Saguling sampai satu jam kemudian. Pukul 17.00, Yosua bersenda gurau dan tertawa-tawa bersama para ajudan lain. Inilah tawa terakhir Yosua.
Pukul 17.05, saat Putri keluar dari rumah untuk menuju rumah dinas Sambo di Kompleks Polri yang berjarak 500 meter dari situ, Yosua turut serta bersama Richard dan Ricky. Saat menuju rumah dinasnya, Putri masih mengenakan pakaian yang sama seperti ketika tiba dari Magelang.
Pukul 17.10, Sambo menyusul keluar dari rumah pribadi menuju rumah dinas.
Pukul 17.23, Putri datang lagi ke rumah pribadinya. Pada momen ini, Yosua telah tewas ditembak.
Saat Putri kembali dari rumah dinas ke rumah pribadinya tersebut, ia mengenakan pakaian yang berbeda. Bukan lagi sweter dan celana hitam panjang seperti saat baru tiba dari Magelang, melainkan piama hijau pendek. Artinya, ia sudah sempat berganti baju di rumah dinas sebelum tragedi terjadi.
Usai konferensi pers penetapan Sambo sebagai tersangka oleh jajaran petinggi Polri, Kabareskrim Komjen Agus Andrianto mengindikasikan minimnya peluang pelecehan seksual dari Yosua kepada Putri.
“Kalau Pasal 340 diterapkan, kecil kemungkinannya [ada pelecehan],” ujarnya, Selasa (9/8).
Pasal 340 sub Pasal 338 sub Pasal 56 KUHP tentang pembunuhan berencana dikenakan terhadap mereka yang terlibat dalam penembakan Yosua, termasuk Sambo sebagai dalang yang memberi perintah. Ia kini terancam hukuman mati atau penjara seumur hidup.
Saat ini, semua orang yang antara pukul 17.12 sampai 17.20 pada Jumat, 8 Juli 2022, berada di tempat kejadian perkara, yakni rumah dinas Sambo, telah menjadi tersangka kecuali istri Sambo, Putri Candrawathi.
Total ada 6 orang di TKP saat itu: Richard Eliezer, Ricky Rizal, Kuat Ma’ruf (asisten rumah tangga), Putri, Sambo, dan terakhir Yosua yang jadi korban.
Kabareskrim memaparkan, Richard berperan menembak Yosua, Ricky dan Kuat turut membantu serta menyaksikan penembakan, dan Sambo memberi perintah menembak dan menyusun skenario seolah terjadi tembak-menembak di rumah dinasnya.
Dari semua orang yang berada di rumah dinas Sambo saat penembakan berlangsung, hanya Putri yang masih bungkam hingga kini. Padahal ia merupakan saksi kunci—selain Sambo—yang benar-benar mengetahui motif penembakan tersebut.
Meski Putri telah diperiksa beberapa kali oleh Tim Khusus usai Yosua tewas, termasuk enam jam di Bareskrim pada Jumat (5/8) dan Senin malam (8/8) di Mako Brimob, Polri belum memastikan motif Sambo memerintahkan Yosua ditembak mati.
“Pemicu penembakan tersebut saat ini sedang diperiksa dan didalami terhadap saksi-saksi, termasuk Ibu PC (Putri Candrawathi),” kata Kapolri.
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban yang mendatangi Putri dua kali untuk mengasesmen permohonan perlindungan yang diajukan Putri pada 14 Juli sebagai korban pelecehan Yosua, juga tak berhasil mendapatkan keterangan memadai darinya.
Ketua LPSK Hasto Atmojo menilai Putri tidak kooperatif sehingga lembaganya menimbang untuk membatalkan permohonan Putri. Terlebih, Putri sudah didampingi psikolog untuk membantu pemulihan psikisnya.
“Asesmen psikologis LPSK itu dimaksudkan untuk keperluan investigasi. Jadi kami perlu menggali penyebab traumanya, apakah karena pelecehan seksual atau yang lain… Karena tidak ada tindak lanjut yang bisa kami lakukan terhadap yang bersangkutan, kami sampai pada kesimpulan: Bu Putri mungkin sebenarnya tidak memerlukan perlindungan LPSK,” ujar Hasto.
Sementara itu, Komnas HAM berencana untuk memeriksa Putri pada Jumat (12/8), terkait dua hal, yakni peristiwa penembakan terhadap Yosua maupun dugaan pelecehan oleh Yosua.
Menko Polhukam Mahfud MD menyebut motif pembunuhan Yosua amat sensitif dan tak layak dikonsumsi oleh semua usia.
“Yang penting sekarang telurnya sudah pecah… Soal bukti, biar dikonstruksi [secara] hukum karena itu sensitif dan hanya boleh didengar orang dewasa,” tutup Mahfud.