Belajar dari Kecelakaan Syabda, Hindari Berkendara Jauh Malam Hari

21 Maret 2023 18:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kecelakaan yang melibatkan atlet badminton Syabda Perkasa di Tol Pemalang. Foto: Dok. Polres Pemalang
zoom-in-whitePerbesar
Kecelakaan yang melibatkan atlet badminton Syabda Perkasa di Tol Pemalang. Foto: Dok. Polres Pemalang
ADVERTISEMENT
Pendiri sekaligus Instruktur Senior Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menyoroti kasus kecelakaan yang terjadi di jalan tol. Salah satunya yang menimpa atlet bulutangkis Syabda Perkasa Belawa (21) di Tol Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Peristiwa yang terjadi pada dini hari itu melibatkan mobil korban dengan sebuah truk. Kapolres Pemalang AKBP Yovan Fatika Handhiska Aprilaya mengatakan, kecelakaan tersebut diduga akibat sopir mengantuk.
“Pengemudi (ayah Syabda) saat ini sadar. Masih syok, luka ringan. Menurut pengakuan sementara, karena kondisi masih syok, yang bersangkutan memang mengantuk. Kami masih dalami saksi dan bukti-bukti yang ada," kata Yovan, Senin (20/3).
Sementara itu, menurut Jusri, berkendara pada malam hari terutama melakoni perjalanan jarak jauh sangat tidak direkomendasikan. Terlebih melintasi jalan yang lengang, sepi, dan cenderung monoton seperti jalan tol.
Kendaraan yang didominasi pemudik melaju satu arah (One Way) di Jalan Tol Trans Jawa Semarang-Solo Km 426 B, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (8/6) malam. Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan
“Mengemudi pada malam hari sangat-sangat berbahaya, khususnya untuk perjalanan yang panjang. Perlu diingat, berkendara pada malam hari tak bedanya ketika berkendara pada siang hari,” kata Jusri ketika dihubungi kumparan (21/3).
ADVERTISEMENT
Sebab, mengemudi termasuk ke dalam kegiatan multitasking, artinya banyak hal yang perlu dilakukan seperti fokus berkendara, kemampuan untuk waspada, dan sebagainya.
“Mengemudi pada malam hari dengan alasan karena sepi, maka yang terjadi adalah situasi yang monoton. Situasi ini memicu orang jadi mudah mengantuk, hingga mengalami microsleep, sampai auto behavior syndrome atau ABS,” imbuh Jusri.
Faktor lainnya adalah menyangkut kebugaran atau kondisi tubuh pengemudi. Jusri menambahkan, pada malam hari merupakan waktu untuk tubuh beristirahat sesuai dengan jam biologis tubuh.
Uji malam hari Tol Bawen-Salatiga Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc/17.
“Pada malam hari itu kadar oksigen menurun, organ-organ tubuh kita pada jam-jam malam hari diciptakan untuk istirahat, dalam arti ini adalah tidur,” tambahnya.
“Dalam siklus atau ritme sirkadian atau jam biologis tubuh, malam hari itu ya waktunya istirahat. Fakta lainnya visibilitas kita semakin menurun, namanya visibilitas samping mata kita itu sudah tidak terbaca, kita jadi hanya fokus target di depan saja, sisi kanan-kiri tidak terlihat karena sinar lampu mengecil,” pungkas Jusri.
ADVERTISEMENT
Alhasil, kondisi tubuh yang sudah sangat tidak bugar, belum lagi pada waktu pagi hingga sore hari sudah melakukan aktivitas, membuat fokus dan konsentrasi pengemudi menjadi kurang.
“Antisipasinya bagaimana? Atur jam mengemudi kita, begitu ada tanda-tanda keletihan langsung cari tempat berhenti, yang aman tentunya, dengan segala kekurangan, night driving tadi ya sebaiknya jangan berkendara pada malam hari,” jelas Jusri.
***