Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Bus Sumatera Mulai Tanggalkan Jaring Pelindung Kaca Depan, Ini Alasannya
19 November 2023 6:24 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut pemilik generasi ketiga PO NPM Angga Vircansa Chairul mengatakan, fungsi pelindung berbahan besi itu dimaksudkan untuk keselamatan penumpang di dalamnya.
“Adanya jaring pada kaca depan bus itu karena dulu sering ditemui bajing loncat atau kapak merah, ya. Diancam lempar pakai batu, kalau tidak nurut nanti dipecahkan kaca depannya, terus pengemudi pasti susah lihat jalan dan bus oleng, pada saat itu bus dijarah istilahnya," ujar Angga ditemui kumparan di Bekasi belum lama ini.
Namun perlahan, penggunaan jaring pelindung tersebut mulai ditinggalkan, khususnya bagi PO NPM. Sejak dua tahun lalu, Angga memerintahkan untuk melepas perangkat tersebut dari seluruh armadanya.
“Tujuan utamanya kan untuk safety sebenarnya, cuma ada keluhan dari pengemudi. Setelah lama dipakai, pengemudi mengeluhkan adanya bayang jaring di kaca itu bahkan waktu pejamkan mata. Soalnya bisa berjam-jam di depan mata, jaring besinya itu," terangnya.
ADVERTISEMENT
Menurut salah satu pengakuan pengemudi bus NPM, jaring tersebut juga menyulitkan pandangan ketika bus melewati hujan lebat. Adanya komponen itu juga membuat mata mereka cepat lelah.
“Saya khawatirkan kesehatan pengemudi malah terganggu, malah jadi tidak efisien dan tidak aman juga mengemudi seperti itu, kan. Selain faktor tadi, secara estetika kan kurang bagus ya terkesan seperti bus anti huru hara begitu, lah," papar Angga.
Namun, Angga tidak menampik, komponen pelindung tersebut memiliki kontribusi besar dalam menyelamatkan aset busnya. Utamanya adalah kerugian materil kaca depan yang kerap pecah dilempari batu.
“Tapi jaring itu sudah menyelamatkan banyak kaca bus kita istilahnya, ya. Setahun itu ada kita pernah ganti kaca depan sebanyak 35 pieces dengan harga Rp 4,5 juta sekali pasang," tandasnya.
ADVERTISEMENT
“Modus lempar benda seperti itu sudah jarang ditemui, ya. Kalau ada pun kebanyakan hanya iseng lempar-lempar batu ke kaca depan, biasanya anak kecil. Misalnya sudah pernah diringkus sama polisi bikin surat pernyataan, tapi ya besok-besok ada aja lagi," tutup Angga.
***