Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Daimler Siap Jual dan Produksi Bus Listrik di Indonesia 2023
16 Desember 2021 18:48 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
PT Daimler Commercial Vehicle Indonesia (DCVI) selaku agen pemegang merek truk dan bus Mercedes-Benz di Indonesia membeberkan rencananya yang akan menjual dan memproduksi bus listrik di Indonesia pada 2023.
ADVERTISEMENT
Demikian seperti yang disampaikan oleh President Director DCVI, Jung-Woo Park dalam acara media gathering DCVI beberapa waktu lalu.
“Tentu kami sudah ada rencana ke arah sana. Kalau tidak ada perubahan kami akan mulai menjual dan memproduksi bus listrik di Indonesia pada semester kedua 2023,” kata Park.
Bawa versi prototipe di akhir 2022
Sebelum merealisasikan hal itu, Park mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan uji coba dan riset terlebih dahulu. Utamanya untuk mengetahui kesiapan infrastruktur serta adaptasi produk bus listrik Daimler dengan kondisi jalan dan cuaca di Indonesia.
Ini berguna untuk mendapatkan masukan terhadap spesifikasi yang cocok untuk bus listrik di Indonesia.
“Makanya kami rencananya akan masukan dulu prototipenya di akhir 2022. Mungkin nanti kami akan lakukan uji coba dahulu sampai pertengahan 2023. Karena seperti yang kita tahu, kondisi jalan dan cuaca di Indonesia berbeda dengan di Eropa,” terang Park.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, Park belum mau membeberkan apakah nantinya calon bus listrik itu juga akan diproduksi di fasilitas perakitan Mercedes-Benz di Wanaherang, Bogor atau tidak. Pun dengan besaran investasi yang akan ditanamkan Daimler di Tanah Air.
Bus dalam kota jadi yang paling potensial
Tidak hanya itu, Daimler Indonesia juga masih tutup mulut terkait jenis dan spesifikasi dari calon bus listrik tersebut. Namun berdasarkan penuturan Head of Products PT DCVI, Faustina, bus kota seperti Transjakarta memang jadi model yang paling potensial untuk dijadikan bus listrik.
“Intercity dulu pasti ya, karena dari segi jarak tempuh dan kesiapan infrastruktur ini yang paling memungkinkan,” terang Faustina.
Tantangan jual bus listrik di Indonesia
Lebih lanjut, kata Faustina, untuk menjual bus listrik di Indonesia, tentu bukan hal yang mudah. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi Daimler untuk memasukkan mobil listrik ke Tanah Air.
ADVERTISEMENT
“Listrik itu sangat sensitif, infrastrukturnya bagaimana, karena charging-nya pasti lebih besar kapasitasnya. Terus kita ini kan negara tropis, otomatis AC pasti akan menyala terus. Bahkan salah satu permintaan Transjakarta saja suhu AC-nya harus dijaga minimal 25 derajat,” terang Faustina.
Belum lagi, permasalahan tonase yang dibatasi oleh pemerintah juga jadi tantangan besar bagi Daimler untuk menjual dan memproduksi bus listrik di Indonesia. Untuk saat ini, pemerintah masih membatasi batasan tonase bus dalam kota seberat 16 ton.
Padahal, bus listrik sendiri sudah menggendong beban yang cukup berat dalam hal baterai yang lebih besar. Sehingga mau tak mau, Daimler pun harus putar otak untuk membuat bodi bus tersebut jadi lebih ringan.
“Masalahnya adalah ketika orang sudah beli bus listrik, harga lebih mahal, kapasitasnya nggak mungkin kan dikurangi dari 50 orang jadi 30 orang. Jadi ini memang yang menjadi tantangan terbesar bagi kami,” tutup Faustina.
ADVERTISEMENT
***