Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kona, bisa jadi alternatif atas Mitsubishi Outlander Sport, Nissan Juke, Mazda CX-3, atau Honda HR-V 1.8L.
Setelah puas menjajalnya selama kurang lebih empat hari, berikut ini catatan kami soal impresi dan rasa berkendara Hyundai Kona. Anda bisa pilih membaca story ini atau melihat video review kami.
Mewarisi DNA Santa Fe terbaru
Kalau Anda baru melihatnya pertama kali, maka jangan heran kalau tampang Kona hampir serupa dengan Hyundai Santa Fe. Lihat saja penataan lampunya yang terbagi atas dua cluster.
Paling atas yang sejajar dengan kap mesin bertindak sebagai lampu daytime running light (DRL) dan sein. Saat lampu sein menyala, maka DRL akan mati sehingga pancaran lampu sein lebih jelas.
Di bawahnya yang segaris dengan bumper adalah lampu utamanya. Lampunya kombinasi proyektor LED dan halogen biasa. Namun mobil ini sedikit berkelas berkat pengaturan ketinggian lampu.
Lanjut ke samping, ini punya bubuhan over fender yang cukup tebal. terlihat unik memang, membuat kesan crossover-nya makin kental apalagi ditambah roof rail di atapnya.
Kemudian soal buritan, tampilannya makin unik saat over fender hitamnya itu memanjang ke belakang membuat bingkai lampu sein, mundur dan lampu kabut. Sementara lampu remnya ada di atasnya yang punya pendaran cantik dan terlihat tiga dimensi.
Posisi berkendara gado-gado hatchback dan small SUV
Tak cuma dari luar, nuansa sporty mobil juga terasa di dalam. Seluruh kabin didominasi warna hitam ditambah ornamen warna eksterior di sejumlah bagian, seperti dashboard, list kisi-kisi AC, dan sabuk keselamatan. Tak lupa, desain dashboard minimalis, juga bentuk kursi semi bucket seat.
Nah bicara joknya, kami suka karena mampu menopang tubuh dengan baik. Dalam artian badan tidak mudah bergeser. Terlebih sudah lengkap dengan enam pengaturan arah kursi sehingga memudahkan penyesuaian posisi berkendara.
Belum cukup di situ, jangan lewatkan pengaturan setir yang sudah tilt dan jarak teleskopik yang cukup panjang. Rasanya pengemudi dengan postur 165 cm bisa dengan mudah menyetel posisi genggaman dan duduk yang pas.
Soal visibilitas, dahsboard maupun pilar A Kona tidak mengintimidasi. Pandangan ke depan jelas, hanya saja landaian kap mesin tidak terlihat sehingga menyerupai pandangan ke depan saat mengendarai sebuah hatchback.
Mesin 2.000 cc yang hampir ramah kantong
Performa mesin 2.000 cc-nya sebenarnya mirip dengan mobil sejenisnya. Hentakan saat menginjak pedal gas dalam-dalam juga tidak begitu terasa.
Tapi itu untuk modus berkendara Normal dan Eco. Saat melaju di kecepatan rata-rata 60 km/jam, putaran mesin konstan di bawah 1.600 rpm.
Begitu mencoba mode Sport pada kecepatan yang sama, putaran mesin sedikit lebih naik, sehingga ketika ingin menambah kecepatan, akselerasinya bisa cepat.
Pada kondisi ini raungan mesin masih belum masuk ke dalam kabin. Namun saat takometer menunjukkan angka 4.000 rpm, barulah suara mesin berangsur-angsur terdengar.
Penilaian kami, tenaga 147 dk dan torsi 180 Nm Hyundai Kona sudah mumpuni untuk dipakai di dalam kota. Saran kami, aktifkan mode Eco ataupun Normal saat berkendara santai. Jikalau hendak menyalip di tol, baru hidupkan mode Sport.
Berdasarkan tampilan multi information display (MID), saat mode Eco aktif dan lalu lintas dalam kota (termasuk macet) konsumsi bahan bakarnya menyentuh 8,9 km/liter. Sedangkan saat dibawa masuk jalan tol (ditambah cruise control) dengan kecepatan 85 sampai 95 km/jam, efisiensi bahan bakarnya bisa 14,3 km per liter.
Suspensi antara keras dan empuk
Oke soal bantingan suspensi dan handling, kalau bisa dijabarkan rasanya antara empuk dan keras, tapi mengarah ke empuk. Saat melibas speed bump, ayunan suspensinya terasa walaupun tidak besar.
Makanya dengan racikan suspensinya ini membuat handling Kona rigid. Membawanya menikung dengan kecepatan sedikit tinggi pun tidak membuat limbung, gejala body roll juga bisa diminimalisir.
Plus-minus
Tenaga yang digelontorkan mesin 2.000 cc-nya sudah cukup buas sebenarnya. Namun rasa pengendaraan kurang asyik karena minus paddle shift. Jadinya saat dipindah ke mode manual, tangan harus tetap pindah ke tuas transmisi.
Selanjutnya suara kolong dan ban rasanya masih sayup-sayup terdengar masuk ke kabin. Tapi hal tersebut bisa diatasi dengan memutar musik favorit melalui head unit-nya, ya meskipun kualitas audionya bukan yang terbaik.
Sayangnya Kona juga tidak dilengkapi dengan panoramic sunroof, membuat pengendaraan khususnya di malam atau di bawah guyuran hujan sedikit kurang berkesan.
Tapi dengan kekurangannya itu, Kona dibekali sejumlah fitur keselamatan dan keamanan yang lengkap. Sebut saja rem ABS, Emergency Stop Signal, Hill Start Assist ditambah Downhill Brake Control, Speed Controller, keyless, sensor parkir empat titik ditambah kamera belakang yang resolusinya baik.
Kemudian ada satu lagi tire pressure monitoring system, atau pendeteksi tekanan ban. Jadi apabila ada salah satu ban kekuragan angin, maka indikator akan menyala.
Kesimpulan
Well, dengan banderol Rp 363,9 juta, rasanya Kona harus dimasukkan daftar pertimbangan saat memilih Honda HR-V ataupun Mitsubishi Outlander Sport.
Tapi dengan unsur kebaruan yang ada, cocoklah bila Hyundai Kona langsung diboyong dari diler, utamanya bila Anda baru berkeluarga atau eksekutif muda yang baru merintis karir.