Indonesia Punya Banyak Sumber Potensi Hidrogen, Kotoran Hewan Salah Satunya

15 April 2025 17:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wujud pengembangan Toyota Hiace hidrogen. Foto: dok. Drive
zoom-in-whitePerbesar
Wujud pengembangan Toyota Hiace hidrogen. Foto: dok. Drive
ADVERTISEMENT
Salah satu diversifikasi teknologi elektrifikasi di Indonesia yang tengah mendapat sorotan adalah pemanfaatan hidrogen untuk sektor transportasi. Penggunaan gas alternatif ini dianggap lebih signifikan dalam transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.
ADVERTISEMENT
Peneliti Teknik Elektrokimia Institut Teknologi Bandung (ITB) Hary Devianto, yang juga tergabung ke dalam asosiasi Indonesia Fuelcell and Hydrogen Energy (IFHE) bilang, pemanfaatan hidrogen dimulai dari produksi hingga penggunaan end user, bisa memacu dekarbonisasi lebih cepat.
"Seandainya konsisten mengejar NZE 2060 dan hanya mengandalkan energi terbarukan seperti biofuel itu tidak cukup, sehingga hidrogen salah satu jalurnya, termasuk nuklir dilibatkan untuk kejar NZE," katanya di Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Karawang Plant, Senin (14/4).
Wujud pengembangan Toyota Hiace hidrogen. Foto: dok. Drive
Produksi hidrogen bisa dilakukan melalui berbagai sektor industri. Misalnya mengonversi gas alam atau termasuk kategori hidrogen biru, yang pada prosesnya akan menghasilkan karbondioksida (CO2). Dari situ ada mekanisme Carbon Capture Storage (CCS) yang efektif mencegah karbondioksida terlepas ke atmosfer.
ADVERTISEMENT
"Potensi terbesar saat ini dengan konsep low carbon hydrogen sebenarnya blue term, karena secara teknologi proven. Harganya murah, tapi PR-nya adalah bagaimana capture CO2-nya, dan capex untuk carbon capture masih tinggi," terangnya.
Potensi lainnya adalah hidrogen hijau melalui proses elektrolisis air menggunakan energi terbarukan misalnya tenaga surya, angin, atau panas bumi. Kemudian potensi lain yang bisa dikembangkan dari biomassa atau limbah organik.
Sebab katanya Indonesia sebagai negara kepulauan punya sumber hidrogen yang melimpah. Artinya tidak harus tersentralisasi pada satu teknologi atau wilayah tertentu, karena ujung-ujungnya biaya distribusi yang justru mengerek harga hidrogen.
"Potensi kedua adalah memanfaatkan sirkulasi karbon karena Indonesia negara yang memiliki biodiversity terbesar. Aspek pangannya banyak dan bisa diprioritaskan misalnya dari limbah dan belum lagi bio massanya," lanjut pria yang juga perumus kebijakan percepatan kendaraan listrik di Indonesia ini.
Prototipe Toyota Hilux Hidrogen. Foto: dok. Toyota
"Sehingga harpannya fuel cell masuk ke program percepatan, tanpa percepatan relatif lambat, tapi mau tidak mau ekosistem hidrogen akan terbentuk karena dunia seolah sudah memaksa," imbuhnya.
ADVERTISEMENT

Kotoran ayam salah satu yang bisa dikembangkan

Menyambung pendapat Hary, Engineering Management Division PT TMMIN Indra Chandra Setiawan mengatakan, Toyota sejatinya telah membuktikan pemanfaatan hidrogen yang sumbernya dari limbah organik.
Bila ingat pada 2023 lalu, Toyota pernah memamerkan truk FCEV di Thailand yang hidrogennya diproduksi dari kotoran ayam dan sampah organik sisa makanan. Kemudian diolah menjadi biogas oleh mitra swasta untuk selanjutnya diproses menjadi hidrogen hijau.
Truk hidrogen Toyota. dok. kumparan
Menurut Chandra ini bisa dimaksimalkan di Indonesia, sejalan dengan konsumsi hewani yang tinggi dan biodiversity wilayah yang berbeda-beda.
"Karena itu limbah kalau tidak diolah akan menimbulkan dampak negatif. Di setiap peternakan diwajibkan olah limbah jadi biogas. Kalau ini bisa diutilisasi dengan teknologi carbon capture, itu pasti harganya murah hitungan saya kotoran ayam kurang dari 2 USD produksinya," katanya.
ADVERTISEMENT
Showcase truk hidrogen tersebut bertujuan bahwa pemanfaatan hidrogen lebih adaptif pada aktivitas distribusi hingga heavy duty point to point, yang setiap titiknya punya stasiun hidrogen, ketimbang truk listrik yang bahkan seperempat berat kotornya merupakan baterai.
***
kumparan New Energy Vehicle Summit 2025 akan digelar pada Selasa, 6 Mei 2025, di MGP Space, SCBD Park.
Forum diskusi ini menghadirkan para pemangku kepentingan, termasuk pemimpin industri, profesional, dan perwakilan pemerintah, untuk berdiskusi serta berbagi wawasan mengenai masa depan industri otomotif berkelanjutan.
Daftar sekarang di: kum.pr/nev2025.