Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Macan ompong. Ya, frasa idiomatik ini nampaknya cukup mewakili kondisi Isuzu Panther sekarang.
Sang pionir MPV diesel yang sukses di awal kemunculannya, kini terpinggir. Entah karena seleksi alam, atau karena pilihan pelik sang pemegang saham.
Peminatnya menurun tajam. Tanpa pembaruan signifikan, revisi tampilannya pun tampak seolah berlawanan dengan tren zaman. Dan akhirnya tak sanggup bertahan.
Memang, Panther bukan satu-satunya dan mobil pertama yang disuntik mati di Indonesia. Masih ada banyak yang lainnya. Tapi khusus yang satu ini, ya terasa istimewa saja.
Dimulai darinya, tren baru lahir. Bahkah warisannya bertahan sampai sekarang, dan jadi pilihan utama di segmennya. Mobil penumpang MPV bermesin diesel.
"Iya, jadi pada 1992 itu belum ada mobil penumpang MPV yang pakai mesin diesel. Dan dari situ juga muncul slogan Isuzu rajanya diesel," ucap Patar Hutahuruk kepada kumparan.
Nah buat yang belum tahu, Patar adalah salah satu saksi hidup lahirnya Isuzu Panther, sampai sang raja hilang taji dan tutup usia. Dan cuma dia yang bisa diajak berbincang soal ini.
Patar mengawali karirnya di Daihatsu pada 1978, akhirnya ditransfer ke Isuzu, dan masuk menjadi tim pengembangan Panther.
Sudah berusia 80 tahun, kisah Panther seolah masih melekat betul di ingatannya. Suaranya lantang bersemangat, saat ceritakan sang pionir MPV diesel lahir dan jaya di pasar.
Hanya saja, seketika suaranya lirih, saat disinggung soal Panther yang sudah tutup usia. “Begitulah bisnis,” katanya.
Pionir MPV Diesel di Indonesia
Lahir pada 1991, ide menelurkan Isuzu Panther sebenarnya tak lepas dari tren mobil minibus atau penumpang, yang sedang menanjak saat itu.
Berbincang dengan dedengkot industri otomotif di Indonesia, yang juga sebagai Presiden Komisaris PT Indomobil Sukses International, Soebronto Laras, kala itu pemerintah membebaskan pajak untuk minibus berbasis mobil niaga yang dirakit lokal.
Ini tentu saja membuat harganya menjadi murah. Sementara sedan, yang rata-rata impor, atau hanya CKD minus, harganya bisa tiga kali lipat. Jadi pilihannya bila ingin mobil penumpang ya minibus.
“Jadi karena sedan mahal, semua beli minibus, hingga minibus itu menguasai pasar. Semua bikin minibus akhirnya,” tuturnya kepada kumparan.
Nah masuk di segmen medium dengan mesin diesel 2.200 cc saat itu. Panther langsung bersinggungan dengan Toyota Kijang .
Di tahun pertama penjualannya cukup moncer, berhasil terjual sampai 11.501 unit, dan terus naik sampai di angka tertinggi 43.682 unit pada 1997.
Posisi ini menempel Toyota Kijang yang sudah masuk generasi keempat. Ya mengerikan memang, Panther tinggal beberapa langkah lagi menerkam Kijang!
“Toyota Kijang itu sampai sakit kepala. Harga dipepet tidak jauh-jauh, klepek-klepek dia,” Patar berseloroh.
Bahkan Toyota juga akhirnya tertarik buat cari makan di ladang Panther, yang bermain sendirian. Lahirlah seperti Kijang Kapsul diesel tahun 1997, dan berselang 2 tahun, ada Mitsubishi Kuda.
“Iya itu dimanfaatkan oleh Toyota dengan mengeluarkan Kijang diesel, buat mengimbangi Panther. Jadi ibaratnya kaya orang Toyota bilang, gue juga punya diesel,” ucapnya.
Hanya saja di awal-awal, Patar mengungkapkan respons pasar terhadap Toyota Kijang Diesel landai. Alasannya, karena teknologi dieselnya yang rumit.
Nah pada saat itulah Isuzu Panther, sebagai pembuka jalan dan pionir di MPV diesel, mulai menumpulkan kuku dan tajinya, buat menerkam sang Kijang.
Gelar karpet merah buat Toyota Kijang diesel
Kembali lagi berbicara data, setelah tahun 1997. Ya penjualan sang raja diesel sudah tak lebih-lebih dari 26.000 unit. Bahkan dari sini terus menurun sampai akhirnya pensiun 2021.
Ini seolah satu arah dengan penuturan Patar. Padahal saat berbincang, kami hanya mengalir saja, tanpa membuka catatan data.
“Mulai dari situ terganggu si Panther. Dan kelihatannya sejak itu—muncul Kijang Diesel—Isuzu tidak mau gencar di passenger vehicle, karena memang mereka mau fokus di light truck,” katanya.
Sejak booming pasca generasi kedua lahir, mesin baru 2.500 cc dan body sudah versi cetak bukan lagi ketok-ketok karoseri, Isuzu Panther tak lagi mendapat pembaruan signifikan.
Ya cuma punya 4 generasi buat melintasi zaman, di mana hanya dua kali mendapat ubahan besar. Tentu sulit buat bertahan. Beda dengan Toyota Kijang , yang terus bertransformasi maksimal.
“Nggak pernah, dan spesifikasinya di bawah Innova. Jadi ya sudahlah jangan recokin Toyota, Toyota sudah bagus pasarnya, yaudah Panther yaudah," kata Patar.
Selain mempersilakan lewat Toyota Kijang Innova Diesel, dari sisi modal juga tampaknya agak berat bagi Isuzu Indonesia, yang berada di bawah Grup Astra bersama Toyota.
Maklum untuk melakukan major change, perlu investasi besar. Ya dilema para pemegang saham. Akhirnya harus memutuskan mana yang lebih realistis dan feasible.
"Itu mereka—Toyota—itu kan bilang, eh jangan gangguin pasar gue kalau digangguin dicekek, nah itu level atas lah. Lagipula Toyota kalau investasi besar-besaran. Jadi supaya tak terganggu juga pasar Kijang," ucapnya.
Kini, di segmennya hanya tinggal Toyota Kijang Innova saja yang bertahan. Sebagai penerus takhta Raja medium MPV diesel , dengan model terlarisnya varian mesin diesel.
Tumbal Isuzu Indonesia
Sebelum Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) memutuskan menghentikan produksi Panther, lebih dahulu Mitsubishi Kuda yang menyerah, di tahun 2005.
Usia eksistensinya lebih pendek ketimbang sang pionir, atau hanya 7 tahun saja. Bagaimana tidak, pada saat itu pasar medium MPV sudah benar-benar dikuasai Kijang Innova, yang mengalami pembaruan total di 2004.
Produk tersebut bisa dikatakan sebagai generasi pertama Innova atau generasi kelima dari Kijang awal.
“Jangan dimatikan bahasanya. Diberhentikan, supaya lebih fokus di komersialnya. Kalau dimatiin kok rasanya tega," tutur Patar.
Namun ada yang menarik. Pada saat Isuzu mulai perlahan mengendurkan Panther supaya tak mengganggu Innova, Toyota juga membuka jalan Isuzu untuk mengembangkan pasar komersialnya.
Toyota lantas mengurangi aktivitasnya di Toyota Dyna, sehingga ada celah untuk Isuzu Traga bisa mengembangkan pasar.
"Iya kalau memang begitu ya terus ambil saja (segmen medium MPV), tapi jangan ganggu komersial light truck. Nah karena itu Isuzu Traga sekarang bagus, dia sekarang mengganggu Mitsubishi L300, dan Panther dikubur," ungkapnya.