Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Bicara eksistensi BMW E30 di Indonesia, belum lengkap kalau tidak menyertakan Gerry Nasution, pebalap nasional dari tim balap BMW Team Astra, yang juga dikenal sebagai dedengkot BMW di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pria murah senyum ini mengakui saat ini memiliki tiga unit BMW E30, satu model standar, dan duanya lagi dijadikan sebagai mobil balap yang terjun dalam sejumlah kejuaraan.
Kedua mobil balapnya itu ia juluki Bull dan si Boy. Bull punya kelir biru Estoril, sementara Boy, berseragam biru Laguna Seca yang diakuinya punya nilai yang tak terbayar dengan nominal uang.
Yap, Gerry bahkan sampai harus menolak tawaran senilai Rp 700-an juta untuk si Boy kesayangannya.
Cerita bermula setelah BMW Team Astra terbentuk pada tahun 2007 silam, Gerry memutuskan untuk memburu E30 sebagai mobil balapnya.
Bukannya tanpa alasan, sebab pada tahun yang sama, seri Indonesia Sentul Series of Motorsport (ISSOM) mendapat tambahan seri baru, Indonesia Retro Race.
ADVERTISEMENT
Tentu untuk ikut ke dalam kontestasi, haruslah mobil bergaya retro yang masuk line-up. Dari pencariannya itu, terpilihlah BMW E30 316e lansiran 1985, yang ia beli tak lebih dari Rp 10 juta.
"Belinya aja kurang dari Rp 10 juta, enggak pakai cash, pakai tuker-tukeran barang haha," ungkapnya saat berbincang dengan kumparan, Rabu (29/5).
Cerita Gerry, ternyata bukan perkara mudah membangun sebuah E30 lawas jadi mobil balap yang punya settingan pas. Apalagi saat itu belum ada tim balap yang betul-betul niat membangun sebuah model BMW.
"Paling sulit itu risetnya, soalnya pertama kali BMW E30 buat balap ya dia, pertama kali di kelas retro tahun 2009, enggak ada yang pakai, kita duluan yang kembangin, bagaimana setel kakinya, ngulik mesinnya, bahkan sampai gabungin part punya E39 sama E90," jelasnya.
Perjuangan Gerry Nasution membangun mobil balap berbasis BMW E30 pun berbuah manis. Tak kurang dari 150 piala ia sabet pada berbagai seri kejuaran di musim balap tahun 2009 hingga 2014.
ADVERTISEMENT
Termasuk selalu naik podium di kejuaraan Retro Touring Car, Indonesia Super Touring Car, European Touring Car Championship (ETCC), Indonesia Retro Race, dan Super Touring Car.
"Jadi cerita itu di tahun 2014 kisahnya, dia pas lima tahun balapan pada saat itu, dalam lima tahun, sudah mengumpulkan 150 piala, dari 2009 sampai 2014, ini mobil built up, segenerasi masuknya dengan BMW Si Boy (mobil BMW E30 dalam film Catatan si Boy tahun 1987)," timpalnya.
Belum lagi dari capaiannya itu, racikan BMW E30 tim balapnya kini jadi model acuan bagi pebalap muda yang ingin menggunakan E30 sebagai teman balapnya.
Berkat dedikasi dan prestasinya itu, Gerry dilirik markas besar BMW, yang pada saat bersamaan hendak merayakan 40 tahun eksistensi BMW Seri 3 di dunia.
ADVERTISEMENT
Gerry juga dianggap sebagai loyalis BMW dan juga membawa pengaruh terhadap perkembangan mobil balap BMW di Indonesia. Sosoknya pun terpampang pada video yang dipersembahkan BMW.
Lewat ketenarannya tersebut, tak berapa lama, Gerry dihubungi seseorang asal Inggris yang ingin memboyong E30 si Boy miliknya. Bahkan ia berani melegonya dengan banderol yang tinggi. Cukup tinggi bahkan untuk model mobil yang jumlahnya tidak terlalu langka.
Usut punya usut, si penawar kesengsem dengan performanya. Apalagi nantinya juga akan jadi mobil balap di sana.
"Setelah terpilih itu buat diceritain, sempat ditawar sama orang dari Inggris, kalau enggak salah dia tawar itu 40.000 poundsterling (Rp 721 juta) itu di luar biaya ongkos kirim dan lain lain katanya dia yang tanggung," ceritanya.
Gerry mengakui, tidak ada kata deal dalam tawaran yang dilayangkan kepadanya. Ujarnya, besaran uang tidak tergantikan dengan jerih payahnya membangun si Boy.
ADVERTISEMENT
"Saya pikir-pikir ya bukan masalah uangnya, tapi berdarah-darahnya lima tahun kita ngebangun ini pasti lebih mahal dari itu sih. Cerita yang ada di situ lebih mahal, jadi jangan deh, saya menolak dengan berbagai alasan, ya akhirnya tidak jadi," kenang Gerry sambil tersenyum.
Ia menambahkan, si Boy sedang 'rawat inap' di bengkel, guna menjalani persiapan salah satu seri balapan bergengsi dalam waktu dekat.
Obat ganteng pada masanya
Memasuki ujung perbincangan kala bercerita dengan kumparan, Gerry juga masih ingat betul memoar indahnya mengemudikan E30 lain miliknya yang bukan versi balap.
Momen yang paling dia ingat, adalah ketika wara-wiri keliling Jakarta saat usianya muda.
"Wah zaman dulu tahun 89-90an gitu kita kalau sudah naik E30, zamannya masih bioskop 21 Kartika Chandra (saat ini Hollywood XXI), Ratu Plaza, kalau ngider malam minggu ngerasa paling ganteng se-Jakarta beh..., berhenti parkir, ibarat ke hotel sekarang naik Ferrari tuh, parkir paling depan lobi, pada zamannya E30 gayanya minta ampun sih," serunya.
Biar lebih berkelas dengan mobil yang dimiliki Boy --dalam film Catatan si Boy--, Gerry juga menambahkan dua buah akesesori wajib, sajadah yang diletakkan pada jok baris belakang, serta tasbih yang disematkan pada spion tengahnya.
ADVERTISEMENT
"Gantengnya minta ampun, mobil itu dijual dengan harga Rp 68 juta dulu, komparasinya pada saat itu Accord Rp 59 juta, kita bisa lebih gaya daripada Accord, waktu itu angkuhnya luar biasa sih kastanya sama si Boy, wajib ada tasbih sama sajadah di belakang hahaha," tawa Gerry menutup perbincangan siang itu.
---
Baca artikel lainnya seputar BMW E30 dengan mengikuti topik Darah Muda BMW Tua .