Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
kumparan Test Ride: Sensasi Dijambak Moto Guzzi V100 Mandello di Jalan Tol
16 Juli 2023 12:00 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Di atas kertas tenaga mesin Moto Guzzi V100 Mandello bukan yang terbuas. Namun performanya ketika langsung dicoba di atas aspal, rasanya cocok buat Anda penyuka moge bertenaga badak.
ADVERTISEMENT
Bicara angka, output yang dikeluarkan dari mesin V-twin transversal berkubikasi 1.024 cc-nya itu menjanjikan tenaga 115 dk di 8.700 rpm dan torsi 109 Nm pada putaran 6.750 rpm.
Hanya saja Moto Guzzi mengeklaim bahwa sekitar 82 persen dari torsi maksimum itu sudah bisa diraih di 3.500 rpm. Benarkah?
Menjawab ini, kumparan berkesempatan test ride menempuh jarak 120 kilometer melintasi jalur perkotaan, tol, hingga naik turun perbukitan di Genting Highlands, Malaysia beberapa waktu lalu.
Moge yang proper buat orang Indonesia
Kita awali dulu dari posisi berkendaranya. Tinggi joknya sekitar 815 mm, kira-kira sama seperti Yamaha R15. Joknya dibuat melebar untuk bisa menopang bokong sempurna.
Tinggi saya 171 cm, tidak sulit untuk bisa membuat motor tegak setelah merilis standar sampingnya. Namun kedua kaki tidak dapat menapak sempurna, beruntung tidak jinjit balet asal pakai sepatu riding yang ideal, dalam artian masih acceptable buat orang Indonesia.
ADVERTISEMENT
Oh iya karena Moto Guzzi V100 Mandello dibangun menjadi sebuah roadster-touring, setang dibuat melebar, alhasil posisi tangan ikut membuka dan badan sedikit condong ke depan. Singkatnya, masih terasa rileks.
Etape pertama, saya diarahkan untuk mengaktifkan mode Road. Ini karena jalur yang dilalui melintas perkotaan hingga jalan tol yang ramai lancar. Pada titik ini, kami bisa menggebernya hingga 120 km/jam.
Mode ini bisa dibilang akselerasi normal, di mana jambakan akselerasinya masih bisa dikatakan predictable sesuai bukaan gas. Untuk cruising santai akan cocok.
Etape dua, saatnya mengaktifkan mode Tour yang akan cocok untuk perjalanan dan waktu tempuh jauh, dengan kondisi jalanan lengang. Penilaian saya, khusus Tour sedikit lebih kalem ketimbang Road.
Akselerasi terasa linear dan lagi-lagi bisa diprediksi keluaran tenaganya. Mode ini juga cocok untuk jalur menaiki perbukitan, mesin Moto Guzzi V100 Mandello tidak ngos-ngosan, setelah melahap tikungan dan langsung geber lagi tenaganya tetap mengisi, padat pada tiap putaran mesin.
'Beast' mode on
Setelah sampai di Genting Highlands dan melepas lelah, perjalanan berlanjut menuju Moto Plex di Petailing Jaya. Saat jalan menurun ini, mode Rain yang dipilih meskipun tidak hujan.
ADVERTISEMENT
Musabab jalan menurun, kontrol traksi harus dibatasi, supaya ketika memuntir gas tidak langsung menjambak. Nah saat mode ini aktif, maka sayap adaptive aerodynamics-nya bekerja.
Klaim pabrikan kerja sayap ini mengurangi terpaan angin ke badan hingga 22 persen, karena angin langsung dibuang ke samping. Namun jujur, untuk hal ini sulit membedakan rasanya karena jaket yang dikenakan sudah lumayan windbreaker.
Apalagi saat menurun, kecepatan juga tidak lebih dari 60 km/jam. Mungkin saat kondisi hujan, klaim pabrikan bisa lebih terbukti?
Singkat cerita, tibalah di jalan tol kembali sebelum masuk kota. Beruntung lalu lintasnya lebih sepi, instruktur menyarankan saya mengaktifkan mode Sport di jalan tol di Malaysia. Pemilihan mode berkendara bisa dipilih saat motor tengah berjalan.
ADVERTISEMENT
Ketika diputar gasnya, sesaat saya merasakan jambakan yang luar biasa responsif, seperti tak ada jeda. Motor langsung mengajak saya lari sekencang-kencangnya. Hingga tak terasa sudah menyentuh 190 km/jam.
Gas pun saya putar lagi hingga mentok, kecepatan semakin naik dan mencapai 202 km/jam. Sebuah pengalaman luar biasa, di mana adrenalin, rasa penasaran, kagum, dan was-was bercampur aduk.
Usut punya usut, ruas highway Lebuhraya-Gua Musang ini merupakan favorit para penunggang kuda besi untuk memacunya hingga kecepatan puncak. Tak heran, kami juga berpapasan dengan pengguna Ducati Panigale V4 yang juga memanfaatkan momen serupa.
Plus minus Moto Guzzi V100 Mandello
ADVERTISEMENT
Tiba di kesimpulan yang saya rumuskan menjadi plus minus Moto Guzzi V100 Mandello. Poin plus pertama adalah posisi berkendara yang enjoyable tidak terlalu membungkuk. Segitiga ergonomi khas roadster terasa kental, asyik diajak meliuk.
ADVERTISEMENT
Kedua adalah adanya mode berkendara yang memanjakan pengendara, sehingga bisa menyesuaikan kebutuhan di kondisi yang beragam. Ya mau kebut tinggal pilih Sport, mode rileks atau santai tinggal aktifkan Tour.
Ketiga, adanya windscreen yang bisa diatur secara elektrik. Komponen ini mengurangi terpaan angin ke wilayah muka saat diatur paling tinggi.
Lanjut ke poin minus. Setelah menjajal mode Sport, kami masuk ke area perkotaan yang padat merayap. Ketika inilah hawa panas dari mesin langsung terasa di area dengkul ke bawah. Bisa jadi karena mesin masih panas setelah dibejek pada putaran mesin tinggi.
Kemudian quick shifter yang kurang halus perpindahan giginya. Ini terasa ketika menaikkan gigi. Ada guncangan dan hentakan saat prosesinya, namun beda cerita saat gear down, terasa smooth.
ADVERTISEMENT
Terakhir adalah tombol windscreen. Ini juga bisa jadi masukan bagi pabrikan, untuk bisa memisah tombol windscreen. Sebab untuk mengatur naik dan turunnya, harus terlebih dulu memilih di menu yang ada di panel meter.
Harga Moto Guzzi V100 Mandello di Malaysia sekitar Rp 379 jutaan. Masuk Indonesia jadi berapa pantasnya?