Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Nama Nissan Livina seperti tak pernah terdengar lagi gaungnya, penjualan LMPV yang mengambil basis dari Mitsubishi Xpander itu terlihat semakin runyam.
ADVERTISEMENT
Padahal sejak awal kemunculannya pada tahun 2019 silam, Livina digadang membawa angin segar bagi penjualan Nissan di Indonesia. Hal itu memang terlihat pada awal tahun yang sama, Livina berhasil terjual secara wholesales sebanyak 8.609 unit.
Bahkan pada tahun keduanya, total penjualan selama 2020 justru meningkat dengan angka 9.082 unit. Selama awal dua tahun tersebut, Livina juga beberapa kali tercatat menuaikan hasil positif.
Misalnya dengan menjadi tulang punggung penjualan di GIIAS 2019 dan merajai wholesales LMPV di bulan Agustus 2020. Namun, iklim penjualan mobil yang juga dirakit di pabrik Mitsubishi itu mulai memburuk tatkala memasuki tahun 2021.
Ya, Nissan Livina pada sepanjang tahun itu hanya mampu membukukan penjualan wholesales dengan total 2.015 unit saja, empat bulan awal pada tahun yang sama bahkan tidak ada tanda-tanda pengiriman dari pabrik ke diler alias nihil.
ADVERTISEMENT
Tahun 2022 ini saja, penjualan Livina sampai dengan bulan September baru tercatat sebanyak 894 unit. Kontras dengan kembarannya yang hampir selalu menorehkan angka penjualan yang moncer. Lantas, bagaimana nasib Livina ke depannya?
Menjawab hal itu, Head of Retailer Indomobil Group, Susilo Darmawan mengatakan, masa depan Livina diserahkan sepenuhnya kepada agen pemegang merek (APM) bersangkutan.
“APM dari Indomobil yang di bawah prinsipal dari Thailand dan Jepang, belum ada gambaran (kelanjutan Livina). Kelanjutannya kita serahkan ke APM-nya apa yang mereka inginkan terhadap itu,” buka Susilo ketika ditemui di BSD, Tangerang belum lama ini.
Susilo menambahkan, dari pihaknya berusaha mempertahankan eksistensi Livina dengan menyediakan varian yang sudah disesuaikan oleh diler masing-masing daerah. Menurutnya, ubahan besar untuk Livina harus dilakukan langsung dari APM.
ADVERTISEMENT
“Misalnya Livina VE kita tambahkan menjadi varian Signature, karena tumbuh dari APM lambat kita minta izin dari mereka,” jelasnya.
Dirinya menyebut, setidaknya ada beberapa faktor yang membuat performa penjualan Livina tidak berkembang beberapa waktu belakangan.
“Satu, karena diluncurkan sejak tahun 2019, tidak pernah sekalipun mengalami perubahan. Lalu, kita menerima unit yang rebadge dari Mitsubishi, mereka berkembang dan perbedaan tidak signifikan. Konsumen mulai belajar, mulai ke value,” kata Susilo.
Ya, tidak seperti saudaranya Xpander yang sudah mengalami beberapa kali improvement dari dua kali penyegaran atau facelift, Livina yang dipasarkan hingga saat ini wujudnya masih persis saat mobil tersebut debut pertama kali tahun 2019 lalu.
Adapun, ketika disinggung soal peluang hadirnya Nissan Livina baru, Susilo memberi sinyal belum ada rencana soal itu. Saat ini, keputusan mengenai hal tersebut bergantung dari APM Indomobil dan prinsipal Nissan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
“Belum ada (rencana), kalau kita selalu kejar (peluang hadirnya Livina baru), salah satunya kita kalau kejar dan mereka tidak jawab, kita ajukan untuk ganti ini itu mereka terima ya kita jalankan,” pungkasnya.
***