Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pengamat Soal Kasus Penganiayaan Pemotor hingga Kejang, Pentingnya Kontrol Emosi
22 April 2023 14:22 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 15 Mei 2023 7:41 WIB
ADVERTISEMENT
Kasus penganiayaan yang melibatkan pemotor di jalan raya di Cimahi, Jawa Barat belum lama ini jadi sorotan. Sebab, pelaku melakukan pemukulan terhadap korban hingga mengalami kejang.
ADVERTISEMENT
Pelaku yang teridentifikasi sebagai Wawa (46) ditangkap di Cianjur itu mengakui melakukan penganiayaan terhadap korban.
"Alhamdulilah, ini gak sampai 24 jam, sudah kita ungkap, kita tangkap di wilayah Cianjur," kata Kapolres Cimahi AKBP, Aldi Subartono di Mapolres Cimahi pada Kamis (20/4).
Senggolan di jalan raya menjadi musababnya, Wawa disebut kadung emosi meski korban sudah berulang meminta maaf kepadanya.
“Motif awal adalah sempat senggolan sepeda motor. Setelah senggolan pelaku mendahului menghentikan korban. Saat itu korban sempat minta maaf kepada pelaku, namun pelaku sempat emosi melakukan penganiayaan, memukul korban sehingga korban terjatuh ke trotoar,” jelas Aldi.
Menanggapi hal tersebut, pengamat keselamatan Director Training Safety Defensive Consultant (SDCI) Sony Susmana menilai, potensi terjadinya keributan di jalan raya memang tidak bisa dihindarkan.
ADVERTISEMENT
“Kita tidak bisa menghindari masalah, namanya di jalan ada potensi kena senggol, hampir kecelakaan, itu semua bisa jadi karena perilaku berkendara kita yang kurang baik,” kata Sony ketika dihubungi kumparan (21/4).
Sony menyayangkan aksi penganiayaan itu, menurutnya bila seseorang sudah melakukan permintaan maaf sebaiknya diterima dengan rendah hati.
“Meski kesalahan dia ke kita itu tidak mengenakkan, tapi tetap saja ada cara penyelesaiannya yang lebih baik untuk dilakukan,” imbuhnya.
Makanya, bagi Sony penting untuk setiap pengguna jalan agar dapat mengontrol emosi mereka masing-masing. Katanya lagi, pelaku pada kasus tersebut jelas memiliki masalah pada dirinya sendiri.
“Saya merasa pada kasus tersebut si pelaku punya masalah yang tidak atau belum bisa diselesaikan, sehingga permohonan maaf dari korban tidak bisa dia terima. Perlu digali sebenarnya ada masalah apa sama orang tersebut, mungkin masalahnya berat sehingga harus dilampiaskan ke orang lain,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dirinya tak menampik, soal kontrol emosi yang tidak mudah untuk setiap orang. Maka, perlu dilakukan pendidikan dan manajemen emosi sejak dini.
“Itu agak susah (kontrol emosi), harusnya yang seperti itu sudah ada dikurikulum saat mengajukan pembuatan SIM. Ternyata kan tidak ada, kemudian adalah soal penegakkan hukum bila tidak dilakukan dengan tegas maka orang-orang akan menyepelekan,” pungkas Sony.
Terakhir, Sony menyarankan untuk tidak berkendara atau ke jalan raya ketika merasa dalam keadaan emosi tidak stabil. Maraknya kasus penganiayaan atau keributan di jalan raya dikhawatirkannya menjadi kebiasaan dan karakter orang Indonesia.
***