Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hal yang dibanggakan oleh APM Benelli di Indonesia adalah soal harga jual yang kompetitif. PT Benelli Motor Indonesia (BMI) menawarkan motor dengan selisih harga yang cukup lumayan jika bandingkan dengan motor Jepang.
Kendati demikian, beberapa penjual motor bekas khususnya kubikasi di atas 250 cc tak mau menjual produk Benelli. Alasan utamanya karena motor ini disebut tak memiliki pasar.
Randy Syafutra, pemilik RnJ Motosport mengatakan dari pertama berjualan motor bekas dirinya tak pernah menjual produk Benelli karena pertimbangan beberapa alasan.
"Enggak pernah (jual). Marketnya belum terlalu terdengar jadi terlalu ambil risiko jika jual," kata Randi kepada kumparan, Rabu (4/11).
Menyoal harga jual bekasnya, perkiraan Randi kemungkinan akan mengalami penyusutan yang cukup parah. Itu tak terlepas dari sisi trust (kepercayaan konsumen) terhadap produk.
ADVERTISEMENT
"Analisa turun parah mungkin, susutnya lebih. Jualnya kembali juga akan lama dan pasarnya sedikit belum jelas," imbuh dia.
Sementara penjual motor sport lainnya, Angga Jonathan owner dari RND Motosport mengaku selama 5 tahun berjualan motor bekas tak pernah menerima konsumen yang menawarkan motor Benelli.
"Belum pernah saya, dari pertama buka. Ada sih beberapa yang nawarin cuma saya enggak pernah ambil," kata Jonathan lewat sambungan telepon.
Angga bilang terlalu sulit untuk menjual motor Benelli dalam kondisi bekas. Dia menjelaskan secara produk berbeda dengan motor sport Jepang.
"Harganya tidak jelas beda sama motor Jepang lainnya. Jadi kalaupun ambil saya belum tahu jualnya akan bagus atau enggak. Selama ini permintaan untuk Benelli juga jarang banget ada," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Respons APM Benelli Indonesia
Menanggapi hal ini, Direktur PT BMI, Steven Kentjana buka suara. Dia mengatakan jika harga jual kembali motor Benelli masih dikategorikan cukup baik.
"Menurut saya masih bagus, seperti contohnya Patagonian Eagle untuk pemakaian 2 tahun dengan kondisi masih mulus depresiasi harganya tidak hancur. Orang khawatirnya bisa turun sampai 50 persen, itu tidak," kata Steven kepada kumparan belum lama ini.
Apalagi, lanjut Steven, untuk produk Benelli yang sudah stop produksi. Harganya bisa jauh lebih mahal dari harga baru saat meluncur.
"Seperti contohnya di Benelli TNT 250 itu dicari sama orang karena suaranya. Ada juga BN600 yang 4 silinder itu ada jual Rp 125 juta harga barunya tidak segitu padahal," sambung dia.
Maka dari itu, strategi yang ingin digembleng oleh Steven sebagai APM adalah memperkuat layanan purna jual. Dia tak menampik alasan aftersales yang belum maksimal bisa mempengaruhi harga jual kembali di pasar motor bekas.
ADVERTISEMENT
"Saya melihat efek dan impact dari layanan purna jual yang tidak maksimal pasti ada. Tapi saya bersyukur untuk persentase harga motor bekas Benelli tidak signifikan (turunnya)," pungkasnya.