Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kejadian truk rem blong kembali terulang dan kali ini terjadi di Exit Tol Bawen , Kabupaten Bawen, Jawa Tengah, Sabtu (23/9) malam.
ADVERTISEMENT
Rem truk tak bisa menahan laju kendaraan dengan kontur jalan menurun, hingga akhirnya menabrak beberapa kendaraan di depannya yang tengah berhenti di persimpangan.
Seorang saksi mata mengatakan truk yang melaju dari arah Semarang menuju Kota Salatiga sudah membunyikan klakson berjarak 500 meter dari lokasi kejadian. Namun kendaraan yang berhenti tidak menyadarinya.
Temuan KNKT penyebab truk rem blong
Perlu diketahui, sistem pengereman kendaraan besar seperti truk beda dengan mobil penumpang, lantaran bobotnya yang lebih berat maka butuh kerja rem yang lebih kuat.
Maka dari itu pengemudi maupun awak truk dituntut untuk dapat memahami cara kerja, berikut perawatan dan cara penanggulangannya ketika tidak bekerja optimal.
Mekanisme rem utama (service brake) pada truk bisa berupa full air brake yang menggunakan tekanan udara (tabung angin), kemudian air over hydraulic kombinasi rem hidrolik dan rem angin, serta rem hidrolik yang menggunakan minyak rem pada truk kategori light duty.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT ) pernah mengungkap temuan yang menjadi penyebab truk rem blong. Ada beberapa hal yang menjadi biang keladi truk berjalan tanpa kendali pengereman.
ADVERTISEMENT
Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan bilang, kebanyakan rem blong terjadi di jalan menurun, lalu mengakibatkan kesalahan prosedur yang membuat truk tidak bisa berhenti.
"Saat jalan menurun pengemudi menggunakan gigi tinggi, sehingga melakukan pengereman berulang dan berujung tiga hal, kampas panas yaitu brake fading, minyak rem panas vaporlock atau anginnya tekor," buka Wildan kepada kumparan, Minggu (24/9).
Wildan juga mengemukakan di beberapa kesempatan bahwa saat jalan menurun ada energi potensial. Semakin tinggi gaya dorong dari atas semakin besar, kendaraan didorong semakin kuat energi potensialnya. Saat melakukan pengereman, injakan di pedal rem terjadi perubahan energi panas dan menyebabkan blong.
Panas tersebut sebagai penyebab brake fading. Saat kampas rem melampaui ketahanan panasnya ketika bergesekan dengan tromol, bisa berubah menjadi uap yang disebut sublimasi di antara kampas dan tromol.
ADVERTISEMENT
Jadinya walaupun kampas menempel ke tromol, yang terjadi adalah friksi yang kecil alias licin. Sistem gagal mencegah kendaraan bergerak.
"Pengemudi bisa ngerem, tapi roda berputar itulah brake fading. Jangan lakukan rem berkali-kali ketika menurun, karena risiko brake fading tinggi. Semakin tinggi tempatnya, semakin berat kendaraannya, dan semakin cepat kendaraannya maka semakin besar risiko rem blongnya," urainya.
Dirinya berpesan kepada pengemudi kendaraan besar yang beroperasi di jalan, saat mendapati jalan menurun, gunakan rem pembantu yang fungsinya mengurangi putaran mesin.
Untuk membantu mesin mengendalikan gaya dorong yang besar, pabrikan telah mempersiapkan sistem rem lainnya yang disebut rem pembantu atau auxiliary brake guna mengurangi kecepatan roda tapi tidak menghentikannya, yakni engine brake, exhaust brake, atau retarder.
ADVERTISEMENT
"Jangan sekali-kali pakai rem utama. Gunakan rem pembantu tadi, sehingga yang akan menahan laju bukan lagi rem tapi mesin kendaraan. Aturan main saat di jalan menurun, nggak boleh injak pedal gas, kopling, dan rem berkali-kali," pungkasnya.
Adapun pengemudi yang membiarkan pengereman alami brake fading disebutnya melakukan kesalahan pertama. Lalu melaksanakan kesalahan kedua, yakni menginjak rem berkali-kali guna memastikan kerja pengereman.
Namun hal tersebut justru membuat tekanan anginnya berkurang atau tekor. Ini membuat pedal rem dan kopling keras, sehingga tidak lagi bisa diinjak pengemudi.
"Lalu pengemudi makin panik nggak bisa ngerem melakukan kesalahan ketiga, yakni memindahkan gigi ke rendah. Kopling nggak bekerja, putaran roda tinggi, ketika dipindahkan jelas nggak akan mau, pasti masuk netral. Upaya terakhir handbrake juga nggak bisa karena kampasnya overheat, semua temuan rem blong sama, masuk gigi netral, kedua handbrake ketarik," ujarnya.
Celah kampas rem dan klakson yang sumbernya dari angin
Analisis Wildan tadi juga diperkuat laporan KNKT soal truk rem blong di Simpang Rapak, Balikpapan, Kalimantan Timur pada 21 Januari 2022. Truk meluncur di jalan menurun karena pengemudi tak mampu menghentikan laju.
ADVERTISEMENT
KNKT juga menemukan bahwa celah kampas rem dengan tromol pada truk tersebut terlampau jauh. Ditemukan fakta celahnya lebih dari 2 mm, padahal ambang batasnya di bawah 1 mm. Ini membuat tekanan angin turun cepat hingga 5 bar. Idealnya tekanan angin pada tabung angin harus berada di angka 6-10 bar.
Apabila kurang dari 6 bar, maka sistem rem tidak akan berfungsi karena pneumatic tidak mampu mendorong actuator pengereman, sehingga yang terjadi keluar suara mendesis saat direm tapi roda tetap berputar.
Maka dari itu KNKT juga melarang penggunaan klakson tambahan yang sumbernya dari tabung angin. Tabung angin ini merupakan sistem pneumatic untuk mendukung kerja kopling dan pengereman.
Sumber angin yang didapat berasal dari kompresor yang menyerap udara dari luar, lalu dikompres serta menyalurkan ke tabung. Kompresor bekerja memanfaatkan tenaga mesin, saat putaran mesin tinggi atau pedal gas diinjak, udara akan terserap.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya ketika banyak mengerem dan injak kopling, atau ada tambahan klakson yang kerjanya pakai angin, akan mempercepat penurunan tekanan angin.