PR Besar Transisi Mobil Listrik: Kompetensi SDM atau Hilangnya Banyak Pekerjaan

26 November 2021 14:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pabrik Toyota Indonesia. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik Toyota Indonesia. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Era elektrifikasi menuntut pabrikan beralih untuk memproduksi mobil listrik atau hybrid terlebih dahulu. Dasarnya adalah isu untuk mengurangi polusi udara.
ADVERTISEMENT
Namun perlu dipahami, ini bukan perkara membalikkan telapak tangan. dan intinya jangan gegabah.
Banyak yang perlu dibenahi, mulai dari teknologinya sendiri, manufaktur, infrastruktur sampai ekosistem. Nah yang tak kalah penting juga adalah nasib SDM-nya yang bekerja di sektor komponen otomotif, maupun mekanik bengkel-bengkel.
Perawatan dan bengkel mobil Nissan Foto: dok. Nissan
Ketua Umum Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM), Hamdhani Dzulkarnaen Salim mengatakan, elektrifikasi menyebabkan 47 persen komponen mengalami disrupsi..
“Ada yang menjadi tidak terpakai, ada yang tetap terpakai, dan tentunya ada yang terpakai tetapi harus menyesuaikan ulang kembali,” jelasnya.

Komponen yang tidak terpakai atau tergantikan

Meskipun memang ada yang terdampak, Hamdhani menegaskan untuk jangan melihat komponen yang digantikan atau tidak terpakai sebagai suatu tantangan atau jebakan, melainkan sebagai kesempatan yang baru.
Pengecasan Hyundai Kona Electric di SPKLU. Foto: Muhammad Ikbal/kumparan
Dengan hilangnya komponen-komponen seperti mesin, transmisi, tangki bensin dan knalpot justru akan menimbulkan komponen baru yang dapat menggantikan komponen sebelumnya. Seperti battery pack, motor, DC/DC converter, dan charger.
ADVERTISEMENT
“Itu semuanya hal-hal baru yang kami anggap sebagai sebuah kesempatan yang baik,” tutur Hamdhani.

Komponen harus menyesuaikan kembali

Sementara itu, ada beberapa komponen yang masih dibutuhkan pada kendaraan listrik tetapi harus menyesuaikan dengan kendaraan listrik. Seperti rem, ECU, AC dan kompresor, serta drive train.
Platform E-GMP yang digunakan pada mobil listrik Hyundai Foto: dok. Muhammad Haldin Fadhila/kumparan
Hamdhani menjelaskan, khusus untuk drive train menyesuaikan dengan kondisi saat ini, yaitu penggunaan mobil Hybrid yang masih menggunakan satu atau dua motor yang masih membutuhkan transmisi untuk menyalurkan tenaganya ke roda.

Komponen dari ICE yang masih digunakan

Sedangkan komponen-komponen penting dari mesin pembakaran internal, seperti roda dan ban, setir, suspensi, dan chasis itu masih aman karena sudah pasti bertahan ketika memasuki era elektrifikasi.
“Pembuat-pembuat komponen seperti pembuat roda atau ban yang notabene sudah pasti ada, mereka masih optimis dan tenang,” tuturnya.
ADVERTISEMENT

Kehilangan pekerjaan

Pabrik Toyota Indonesia. Foto: Istimewa
Kehadiran era elektrifikasi memang mampu menghasilkan kesempatan yang baru, seperti tambahan komponen baru kemudian sebagian komponen dari mesin pembakaran internal tetap bertahan, tetapi mau bagaimanapun akan ada banyak pekerja yang kehilangan pekerjaannya.
Selain itu, pengetahuan mekanik nantinya digeser dengan pengetahuan elektronik dan kimia sebagai pengetahuan dasar, mengingat baterai sebagai komponen utamanya.
“Ke depan elektronik dan kimia itu menjadi sesuatu yang penting, tidak hanya mekanik,” pungkasnya.
Hamdhani mengakui, Indonesia lebih baik melakukan transisi ke era elektrifikasi diawali dengan hybrid atau plug-in hybrid terlebih dahulu, sehingga memiliki waktu banyak untuk membangun kompetensi, mengurangi potensi banyak pekerja yang akan kehilangan pekerjaannya.
“Siap atau tidaknya itu sangat tergantung banyak hal tetapi yang jelas, kami semua akan berusaha, kami sedang berusaha untuk bagaimana mencari partner yang bisa menopang kami secara teknologi dan kompetensi untuk mempersiapkan diri ke era elektrifikasi,” tutupnya.
ADVERTISEMENT