Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Serunya Menggeber Yamaha WR 155R ke Tanjakan Cimaung Hambalang
15 Desember 2021 9:04 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Undangan mengikuti ‘fun riding competition’ menggunakan Yamaha WR 155R di Bukit Hambalang , Sentul, Bogor tak bisa kami lewatkan.
ADVERTISEMENT
Jam menunjukkan pukul 10.00. Perjalanan dibuka dengan pembekalan safety riding dari instruktur Yamaha Riding Academy (YRA) di area parkir Jungle Land. Tak lupa, kami juga diwajibkan mengenakan perlengkapan keselamatan lengkap.
Penyesuaian dengan motor jadi hal utama. Bisa dibilang, Yamaha WR 155R terbilang tinggi bagi saya yang berpostur 174 cm. Tinggi jok yang mencapai 880 mm membuat pengendara yang berada di bawah 170 cm akan kagok dan sedikit jinjit.
Mencoba memposisikan duduk pada area tengah jok, telapak kaki masih dapat berpijak hampir seluruhnya di atas permukaan tanah. Hal itu juga berkat model joknya yang ramping, sehingga tidak memaksa kaki pengendara untuk terbuka lebar keluar.
Setangnya yang membentang lebar dan posisinya dekat dengan posisi duduk pengemudi, membuat siku kami menekuk cukup dalam, memberikan posisi duduk yang tegap dan sigap.
ADVERTISEMENT
Posisi pijakan kaki pengendara menurut kami juga pas, tidak terlalu mundur tapi juga tidak terlalu maju.
Rute awal dibuka dengan jalan beton dan aspal. Karakter ‘ban tahu’ membuat pengendalian motor agak kurang stabil setiap menikung --maklum memang motor ini habitatnya untuk garuk tanah, apalagi sebelum berangkat salah seorang instruktur YRA sempat mengurangi tekanan angin pada ban.
Tujuannya agar grip lebih baik melalui jalan tanah yang basah. Maklum hujan rutin mengguyur Hambalang belakangan ini.
Mesin WR 155R ini memiliki keunggulan dibanding kompetitornya. Sebut saja pendingin radiator dan teknologi katup variabel VVA Yamaha.
Kemampuan mesin yang masih satu basis dengan V-Ixion di jalan raya tidak perlu ditanya lagi, tenaganya ngisi terus kendati VVA-nya belum sempat aktif karena memang kebetulan tidak bisa dipacu dengan kencang saat itu. Karakter mesinnya di jalan seperti ini memang mirip saudara sport naked-nya itu.
ADVERTISEMENT
Koplingnya juga enteng, setiap shifting gigi bisa dilakukan dengan cepat melalui perseneling satu tuasnya itu. Sistem transmisi 6-percepatannya juga menjadi keunggulan lain dibanding dengan kompetitornya. Rasanya tidak pernah menggunakan gigi paling besar selama perjalanan.
Feel tuas rem cakramnya juga empuk, dengan travel tarikan tuas yang tidak terlalu dalam. Meski kami sempat kagok karena pakai safety boot yang tebal sehingga agak susah meraba pedal rem belakangnya, untungnya setiap tidak sengaja menginjak pedal rem dengan kencang, rem belakang tidak serta mengunci ban belakangnya.
Beraksi di jalur offroad
Beberapa ratus meter selepas take off, kami diarahkan ke sebuah gang kecil dan sempit, ternyata jalur ini merupakan 'gerbang' menuju trek offroad dan tanjakan Cimaung.
ADVERTISEMENT
Ketangkasan kami melewati jalan setapak diuji di sini. Belum jauh, kami sudah disambut dengan jalanan beton menurun, tidak sulit kelihatannya, namun karena habis diguyur hujan jalannya menjadi licin.
Tibalah saatnya giliran kami, awalnya mulus, tapi hampir sampai di ujung tikungan, ban belakang WR 155R kami selip, nyaris terjatuh.
Sukses melewati rintangan pertama, kami diajak melewati anak sungai dengan arus air yang cukup deras. Kondisi dasar sungai yang tidak dapat dilihat dengan jelas, mau tak mau harus pintar-pintar meraba jalan.
Ada momen dimana motor sempat kena dasar sungai yang agak dalam, untungnya suspensi upside down depannya mampu meredam kejut dengan baik.
Suspensi depannya menggunakan jenis teleskopik berdiameter 41 mm di bagian depan dan belakangnya menggunakan monoshock link mono-cross yang pengaturan preload-nya dapat disesuaikan kebutuhan pengendara.
ADVERTISEMENT
Lanjut, kami membelah perkampungan kembali melalui jalan beton seadanya yang sempit dan menanjak, tidak ada masalah berarti saat menanjak di jalan beton ini, sampai pada akhirnya jalan beton tersebut berakhir dan berganti menjadi permukaan tanah yang cukup gembur.
Seperti tidak cukup, kami harus melewati jalan tanah tersebut dengan posisi nanjak pula. Agar ban belakang tidak selip saat merangkak naik, triknya adalah mengatur irama bukaan gas secara gradual tanpa menahan tuas kopling, artinya bagaimana menjaga ban belakang tetap mendapatkan traksi.
Nah pada momen seperti ini, keunggulan rasio gigi WR 155R yang sudah disesuaikan ulang bisa langsung dirasakan. Nafas gigi satunya yang lumayan panjang, membuat kami tak harus sering-sering berpindah ke gigi atasnya ketika bertemu kontur jalan nanjak-mendatar-nanjak secara bergantian.
ADVERTISEMENT
Setelah mendaki jalan menanjak yang sudut kemiringan cukup tajam, akhirnya kami dapat melihat tanjakan Cimaung yang dimaksud. Belum sempat mencoba naik tanjakan selanjutnya yang lebih ekstrim tersebut, para peserta memutuskan untuk beristirahat.
Perjalanan offroad yang sejatinya tidak begitu panjang ini ternyata cukup menguras banyak energi bagi sebagian awak media, termasuk kami.
Sambil beristirahat, teman-teman komunitas pengguna WR 155R menunjukkan aksi trabasnya pada trek tanjakan Cimaung tersebut.
Hasilnya, kebanyakan hanya berhasil sampai di tengah tanjakan akibat sudut di atasnya semakin miring dan kontur tanah yang gembur dan licin.
Sebenarnya kami dan awak media lain berencana untuk ikut mencoba tanjakan Cimaung tersebut, tetapi atas pertimbangan keselamatan dan faktor cuaca, akhirnya tim memutuskan untuk kembali ke pos keberangkatan awal.
ADVERTISEMENT
Perjalanan balik ini bukan tanpa halangan, mayoritas menyusuri jalan menurun memberikan tantangan tersendiri. Di sini teknik menjadi penting. Terlalu dominan menggunakan rem bisa membuat motor terpeleset. Bukan cuma harus pintar mengatur laju --memainkan rem hingga posisi gigi yang pas, posisi badan juga sesekali mundur ke belakang untuk menjaga keseimbangan.
Kesimpulan
Tak terasa, kami sudah berada di akhir perjalanan. Yamaha WR 155R cocok untuk Anda yang ingin mencari referensi motor trail kelas 150 cc, dengan dimensi terbilang cukup kompak dan bobotnya sekitar 134 kg, membuat WR 155R ini mudah dikuasai.
Penggunaan sasis semi double cradle-nya turut membantu memaksimalkan handling motor baik di medan offroad maupun onroad sekalipun.
Belum lagi fitur yang ditawarkan jika dibandingkan dengan kompetitornya, misalnya dari sektor mesin ada teknologi katup variabel VVA yang menjaga pasokan tenaga pada setiap putaran mesin, dipadukan dengan transmisi manual 6-percepatan yang halus sehingga tak perlu khawatir kehabisan 'napas' saat melewati jalanan yang panjang.
Selain itu sampai saat ini WR 155R jadi satu-satunya motor trail kelas 150 cc yang pakai sistem pendingin radiator, menjaga suhu mesin tetap optimal. Fitur lainnya pada meter klaster terdapat tachometer dan indikator persneling yang memudahkan pengendara mengetahui posisi gigi ketika berkendara.
ADVERTISEMENT
Kekurangan yang kami rasakan adalah posisi standar samping yang menurut kami terlalu mundur ke belakang, membuat kami sering kali kesulitan merilis standar samping ketika masih di atas motor, apalagi saat menggunakan safety shoes lengkap. Namun sebuah pengalaman yang menyenangkan geber Yamaha WR155R di Bukit Hambalang.