Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Hal pertama tentunya sering menekan gas dalam-dalam. Kalau itu dilakukan, begitu juga saat melakukan pengereman, di situ konsumsi bahan bakar akan boros,” ungkapnya kepada kumparan belum lama ini.
Idealnya, pengemudi perlu melakukan injakan pada pedal gas secara bertahap atau perlahan bila membutuhkan akselerasi maksimal. Bila masih bingung, pengemudi bisa melihat indikator putaran mesin atau rpm pada panel meter.
“Kalau memang butuh kecepatan tinggi seperti di jalan tol, putaran mesin dijaga di bawah 3.000 rpm. Kalau kecepatan 70 km/jam sampai 80 km/jam kisarannya ada di 2.500 rpm. Itu akan membuat konsumsi BBM lebih irit,” ujarnya.
“Untuk perkotaan atau sehari-hari, cukup jaga putarannya tak lebih dari 2.000 rpm agar konsumsi BBM lebih hemat,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Indikator rpm punya fungsi untuk menunjukkan perputaran crankshaft mesin dalam satu menit. Mudahnya, angka tersebut menunjukkan seberapa keras kerja mesin kendaraan. Semakin besar angkanya, kinerja mesin jadi makin tinggi.
Gaya mengemudi kedua yang bikin konsumsi bahan bakar menjadi boros adalah pindah gigi saat rpm dalam kondisi tinggi. Ini bisa membuat energi yang dihasilkan oleh mesin terbuang sia-sia.
“Sering juga, pengemudi itu pindah transmisi di angka rpm tinggi baik mobil matik maupun manual. Idealnya, kalau mau pindah gigi di angka 2.000 rpm hingga 2.500 rpm baik mobil matik maupun manual,” jelasnya.
Kemudian ketiga, telat memindahkan persneling hingga mobil terasa ngeden juga meningkatkan konsumsi bahan bakar. Kata Heri, bensin akan cepat terbakar dalam kondisi tersebut.
ADVERTISEMENT
“Itu dikarenakan putaran sudah kencang tapi tertahan jadi ada energi yang terbuang. Kampas kopling juga bisa aus kalau lama-lama dibiarkan,” pungkas Heri.