Test Ride Motor Sultan BMW S1000XR untuk Harian, Seberapa Nyaman?

2 Januari 2021 17:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Test ride BMW S1000XR Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Test ride BMW S1000XR Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
ADVERTISEMENT
BMW Motorrad memiliki GS series yang dihadirkan sebagai moge serba bisa untuk urusan adventure. Namun, untuk menyasar konsumen yang gemar motor berperforma tinggi tapi bisa diajak berpetualang mereka juga menghadirkan BMW S1000XR.
ADVERTISEMENT
Seperti seri yang diusung, motor ini memang diturunkan langsung dari superbike eksotisnya BMW S1000RR. Platformnya dibuat mirip, mulai dari rangka dan dapur pacu yang mengemas mesin 999 cc 4-silinder segaris.
Jadi jangan heran, meski perawakannya sebuah motor touring, urusan performa motor ini sanggup mendebarkan jantung Anda.
Tampilan depan BMW S1000XR. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparam
Unit yang kumparan coba ini adalah generasi paling baru yang diboyong BMW Motorrad Indonesia pada April 2020 lalu. Dijual dengan banderol Rp 719 juta seberapa nyaman motor ini digunakan untuk harian?
Kurang lebih saya sudah mencobanya selama 5 hari untuk penggunaan harian dan juga mencicipi performanya untuk touring ke Sukabumi, Cianjur, dan Puncak, Jawa Barat.

Desain

Test ride BMW S1000XR. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Seperti biasa kita awali singkat dari desainnya. Motor ini memang mempresentasikan sebuah motor adventure premium, di mana bagian headlamp-nya punya kemiripan dengan S1000RR tapi punya identitas sendiri.
ADVERTISEMENT
Headlamp-nya dipisahkan oleh lampu DRL dan sekarang sudah bermodel simetris alias lampu utama kiri dan kanannya sudah sama. Nah, buat memperkuat DNA sebagai motor touring disematkan sebuah moncong kecil di bawah headlamp.
Dari samping, modelnya terlihat berotot berkat side panel body bermodel floating. Desainnya sengaja dibuat bertumpuk dan terlihat jauh lebih sporty.
Tampilan belakang BMW S1000XR. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparam
Bagian belakang juga tak kalah menarik, stoplamp-nya kini terintegrasi langsung dengan lampu sein. Jadi, di model baru ini tak ada lagi mika khusus untuk stoplamp.
Secara keseluruhan, bisa dibilang tampilannya paket lengkap. Kekar sebagi motor touring namun tetap sporty berkat desain bodynya yang mirip S1000RR.

Posisi berkendara

Posisi berkendara BMW S1000XR. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Harus diakui jok nya memang tinggi sekitar 840 mm tanpa pengaturan settingan jok. Alhasil untuk saya yang punya tinggi 172 cm harus rela jinjit.
ADVERTISEMENT
Setangnya berjenis fatbar, lebar dan tinggi dikombinasikan dengan footpegs yang sedikit mundur layaknya motor sport membuat posisi berkendara tegak dan lebih sigap.
Ketika digunakan untuk harian dengan kondisi jalanan yang bervariasi dari lenggang, ramai , hingga macet motor ini punya gaya berkendara yang nyaman.
Area telapak tangan, lengan, dan bahu seperti tidak merasakan pegal. Hanya saja memang perlu adaptasi saat posisi macet, karena terkadang kagok dengan posisi kaki yang harus jinjit, apalagi motor ini terbilang cukup berat.

Fitur berlimpah serba elektronik

Tampilan panel instrumen dan setang BMW S1000XR. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Sebelum masuk ke pembahasan mesin yang jadi nilai jualnya, sektor fitur juga dibuat maksimal oleh BMW. Hampir semua pengaturan fitur di BMW S1000XR sudah menganut sistem elektrik alias tinggal tekan tombol.
ADVERTISEMENT
Paling pertama, mata tertuju pada bagian panel instrumen TFT-nya. Punya bentang layar 6,5 inci di sini banyak sekali informasi yang bisa kita dapat.
Tak cuma informasi penting menyoal motor, kita juga bisa mengatur settingan kendaraan mulai dari mesin, suspensi, dan masih banyak lagi.
Controler dan saklar kiri di BMW S1000XR. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparam
Untuk mengaturnya hanya tinggal menekan tombol-tombol di saklar kiri melalui controller khas BMW-nya. Saat berkendara pun untuk melakukan ubahan tak terlalu sulit, karena memang interface-nya dibuat sederhana dan mudah untuk digunakan.
Masih di area setang, ada heater grip dengan 3 step pengaturan panas yang bisa dipilih. Di sini, mungkin akan terpakai ketika touring ke pegunungan atau ketika berkendara saat hujan.
Tampilan panel instrumen BMW S1000XR. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparam
Modus berkendara atau power modes di BMW S1000XR adalah 4 pilihan yakni rain, road, dynamic, dan dynamic pro. Kita bisa atur di tombol saklar sebelah kanan. Tak cuma itu ada pula ASC (Automatic Stability Control), DTC (Dynamic Traction Control), ABS/ABS Cornering(Antilock Brake System), Quickshifter, dan adaptive cornering lamp.
ADVERTISEMENT
Bagian yang tak kalah menarik adalah suspensinya, peredam kejut baik di depan dan belakang bisa diatur secara elektronik.
Mengubahnya ada semacam kontrol di panel kiri setang, ada 2 pilihan yakni road dengan karakter lembut untuk jalan bergelombang dan dynamic untuk karakter yang lebih keras.
Secara keseluruhan suspensinya sangat nyaman ketika digunakan. Anda tinggal menyesuaikan settingan berdasarkan kondisi jalan dengan hanya menekan tombol.

Mesin yang buas

Layout mesin BMW S1000XR. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Oh iya, karena diposisikan sebagai motor touring, output-nya dibedakan dengan BMW S1000XR. Mesin 999 cc nya mampu menghempaskan tenaga maksimal hingga 165 dk pada 11.000 rpm dan torsi puncak 114 Nm di 9.250 rpm.
Buat berkendara harian dengan karakter riding santai, cukup bermain di 3.000 sampai 4.000 rpm saja, tenaga dan torsi yang dikeluarkan sudah sangat memadai.
ADVERTISEMENT
Tapi jika ingin 'nakal' sedikit, motor ini sangat-sangat mudah untuk meraih kecepatan 100 km/jam. Tapi harus ekstra hati-hati karena tenaga dan torsinya begitu cepat keluar.
Test ride BMW S1000XR Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Jujur, untuk berkendara harian dengan kondisi jalan yang bervariasi paling cocok dan ideal adalah pengaturan power modes road. Ya, di settingan ini output mesin masih dijaga agar tak terlalu ganas ketika tuas gas dipuntir.
Nah tapi jika ingin karakter lebih kalem lagi, Anda bisa memilih modus berkendara rain. Terbukti, saat dijajal ke Sukabumi dari Jakarta dengan kondisi hujan dari awal perjalanan motor terasa lebih nyaman digunakan.
Ya, karena tenaga dan torsi diatur lebih smooth. Namun, bukan berarti motor tak bisa ngebut, sensasi tenaga sportnya masih tetap disediakan.
Test ride BMW S1000XR Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Jika ingin lebih buas power modes bisa Anda pindah ke Dynamic atau Dynamic Pro. Jangan kaget, ketika tuas gas diputar mendadak ban depan wheelie tapi secara cepat akan turun karena ada fitur anti-wheelie.
ADVERTISEMENT
Kenyamanan berkendara makin premium karena sistem perpindahan gigi manual 6-percepatannya sudah mengusung teknologi quick shifter dan auto blipping. Jadi Anda tak perlu lagi tekan tuas kopling ketika ingin turun atau menaikkan gigi.
Lalu bagaimana untuk berkendara ketika macet? Suhu mesinnya memang mengular cepat utamanya pada bagian kaki hingga betis pengendara. Tapi, ketika motor diajak ngebut sedikit, hawa panas terasa hilang. Karakter panasnya masih bisa ditolerir, ya layaknya moge-moge pada umumnya.

Handling mirip motor sport

Test ride BMW S1000XR Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Menyoal handling, BMW S1000XR menawarkan sensasi yang mengasyikkan. Karakternya sangat stabil dan nurut ketika diajak keluar dan masuk tikungan. Berkendara cukup cepat di jalanan lurus juga terasa riding.
Ini berkat penggunaan suspensi upside down berdiameter 45 mm dengan travel 150 mm yang dikombinasikan dengan suspensi tunggal di belakang.
ADVERTISEMENT
Diajak cornering hingga kemiringan sudut 28 derajat rasanya masih percaya diri saja. Apalagi traksi makin rigid berkat penggunaan ban besar 195/55 di belakang dan 120/70 di depan.
Oh iya, di generasi terbaru ini juga sudah menggunakan sasis baru flex frame dan swing anyar yang diklaim lebih ringan tapi lebih luwes untuk dikendarai.

Kesimpulan

Test ride BMW S1000XR. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Berakhir di kesimpulan, BMW S1000XR memang mewarisi DNA dari superbike S1000RR. Dia punya karakter mesin yang buas dan pengendalian handling yang nyaman.
Bagi Anda yang gemar membawa moge untuk harian, motor ini bisa jadi jawaban. Ya, karena posisi riding yang tak mengintimidasi dan juga karakter mesinnya yang sangat cocok untuk stop and go.
Tapi karena di mesinnya yang cukup besar, perlu ekstra hati-hati ketika bermanuver di kemacetan. Dan tentunya Anda juga harus terbiasa dengan hawa panas dari dalam mesin.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT