Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Toyota: Mobil Hybrid Juga Bantu Capai NZE Karena Mampu Pangkas Karbon
27 September 2024 6:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Deputi Manajer Umum Perencanaan Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM), Resha Kusuma Atmaja tetap berharap kepada pemerintah untuk menaruh perhatian ke mobil hybrid . Sebab, jenis kendaraan elektrifikasi itu diyakininya turut mampu memenuhi target Net Zero Emission (NZE) 2060.
ADVERTISEMENT
"Kan belum ada insentif untuk mobil hybrid ya dari pemerintah. Kami harapkan adalah begini, melihat ke belakang bahwa kami ingin mengurangi emisi karbon dengan berbagai cara. Karena itu kami berharap pemerintah juga bisa mendukung net zero emission ini," ujar Resha ditemui saat sela kumparan Green Initiative Conference 2024, di Jakarta.
Dirinya turut menyinggung kebijakan insentif mobil hybrid seperti di Thailand di tengah permintaannya yang juga meningkat. Resha bilang, skemanya adalah melihat dari besaran emisi gas buang yang dikeluarkan atau tereduksi.
"Mereka sudah canangkan untuk 2025, jadi yang dilihat adalah emisi karbonnya berapa yang dihasilkan dan berapa pajak yang harus dibayarkan. Itu menstimulasi atau menunjang pemerintah untuk menuju net zero emision, itu menurut kami di Toyota," jelasnya.
Resha menilai jika ingin mencapai target NZE lebih cepat, mobil hybrid saat ini paling cocok di Indonesia. Karena selain penyerapannya lumayan tinggi, proses adaptasi untuk berpindah ke kendaraan elektrifikasi jenis itu disebutnya tidak begitu susah.
ADVERTISEMENT
"Kembali lagi, Toyota itu ingin bagaimana semua orang bisa berkontribusi makanya ada tagline It's Time for Everyone, jadi bukan untuk orang segmen tertentu," katanya.
Berdasarkan pemaparannya, ada tiga kategori konsumen yaitu first buyer, additional, dan replacement. Untuk mobil hybrid, kata Resha sudah mampu menyasar segmen pembeli pertama, sedangkan mobil listrik (BEV) sejauh ini masih merupakan mobil tambahan.
"First buyer rata-rata dipakai untuk main car. Sebagai mobil utama berarti masyarakat harus percaya dulu atau confidence soal infrastruktur pada saat mereka menggunakan kendaraan itu aman dan tenang. Paling pas saat ini adalah hybrid car," imbuhnya.
"Karena mobil hybrid itu tidak terbatas atau terpaku dengan masalah pengecasan dan masih isi bensin. Kenapa hybrid dulu, seperti teori chicken and egg kami tidak mau menunggu dahulu infrastrukturnya atau yang mana dahulu. Kami inginnya jalan berbarengan," ujar Resha.
ADVERTISEMENT
Lanjut Resha, Toyota secara global berkomitmen menyediakan berbagai solusi mobilitas lewat pilihan teknologi elektrifikasi tak terkecuali mobil listrik murni atau BEV guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda.
"Kami arahnya tetap ke multi-pathway, jadi ada hybrid, flexy fuel, PHEV, bahkan sampai BEV pun kita ada. Jalannya berbarengan," pungkasnya.
Sebelumnya, Menko Airlangga Hartato sudah memberi kisi-kisi untuk tidak memberikan insentif kepada mobil hybrid, meskipun secara teknis dan teknologi juga mampu mengurangi emisi karbon, serta efisiensi bahan bakar.
Pasalnya tanpa insentif, penyerapan jenis kendaraan ini sudah terbilang baik. Mengacu data wholesales (distribusi dari pabrik ke diler) Gaikindo, kontribusi mobil hybrid mencapai 25.850 unit pada semester 1 2024.
Capaian tersebut menyumbang market share sebesar 6,3 persen dari total penjualan kendaraan roda empat dan lebih secara nasional. Adapun mobil listrik murni atau BEV pada kurun waktu yang sama telah terjual 13.562 unit dengan kontribusi 3,3 persen.
ADVERTISEMENT
"Selama ini tanpa insentif juga penjualannya cukup baik. Dipastikan penjualan (tanpa insentif) naik," kata Airlangga saat pembukaan kumparan Green Initiative Conference 2024 di Jakarta Pusat belum lama ini.
***