AI Ini Bikin 40.000 Racun, Ada yang Mirip Buat Bunuh Kim Jong-nam

20 Maret 2022 15:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Papan peringatan ceceran minyak yang beracun Pantai Sedari, Karawang, Jawa Barat. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Papan peringatan ceceran minyak yang beracun Pantai Sedari, Karawang, Jawa Barat. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Ada banyak penggunaan kecerdasan buatan, atau artificial intelligence (AI). Salah satunya adalah merancang atau menciptakan barang baru, dari database yang sudah ada.
ADVERTISEMENT
Salah satu pemanfaatan AI itu digunakan oleh ilmuwan dari AS dan Swiss. Mereka menggunakan AI untuk meracik racun jenis baru. Secara mengejutkan, AI dapat menghasilkan 40.000 lebih racun baru, dan beberapa di antaranya mirip dengan racun paling mematikan di dunia.
AI ini menghasilkan 40.000 molekul racun dalam kurun waktu kurang dari 6 jam. Beberapa dari desain tersebut ada yang mirip dengan VX, salah satu racun paling mematikan di bumi. VX menyerang saraf dan membunuh seseorang hanya dengan beberapa milligram.
AI ini dirancang oleh tim peneliti dari Laboraturium Spiez, bagian dari The Swiss Federal Institute for NBC (nuclear, biological and chemical) Protection, bekerja sama dengan ilmuwan dari Collaborations Pharmaceuticals, AS.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Collaborations Pharmaceuticals sudah menggunakan AI untuk pengembangan obat baru. Uji coba ini adalah bukti bahwa teknologi AI bisa digunakan ke arah sebaliknya, yakni menciptakan racun yang bisa dijadikan senjata.
“Kami samar-samar menyadari masalah keamanan di sekitar pekerjaan dengan patogen atau bahan kimia beracun,” tulis tim peneliti di artikel ilmiah yang dipublikasikan 7 Maret lalu di jurnal Nature Machine Intelligence.
"Pekerjaan kami berakar pada pembuatan model machine learning untuk target terapeutik dan toksik untuk membantu lebih baik dalam merancang molekul baru untuk penemuan obat.”
Fabio Urbina, salah satu penulis penelitian, mengatakan kepada The Verge bahwa dia dan timnya di Collaborations Pharmaceuticals menggunakan AI untuk merancang obat baru. Kebanyakan digunakan untuk menghindari keracunan.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu Urbina dan rekannya dihubungi oleh Spiez Laboratory untuk meneliti potensi penggunaan AI untuk tujuan sebaliknya, yakni mengembangkan racun.
Korban senjata kimia di Suriah. Foto: Reuters
Penelitian ini dipresentasikan di konferensi Spieze Cinvergence Conference, di mana pakar membahas ancaman senjata biologis dan kimiawi.
Menggunakan dataset molekul dan tingkat racun yang sudah ada sebelumnya, dan machine learning, Urbina dan tim berhasil menghasilkan katalog racun, dengan jumlah sampai 40.000, lengkap dengan prediksi seberapa mematikannya racun tersebut.
Machine learning yang digunakan tidak menghasilkan kombinasi molekul secara random. Urbina menjelaskan bahwa AI ini juga mencoba kombinasi struktur kimia, sampai bisa menghasilkan molekul yang benar-benar baru.
“Kita dapat memberikan model generatif banyak sekali struktur yang berbeda, dan model ini belajar bagaimana menyatukan molekul,” ungkap Urbina. “Dan kemudian kita bisa, dalam arti tertentu, memintanya untuk menghasilkan molekul baru.”
ADVERTISEMENT
AI pun mulai menghasilkan molekul racun, dan ada yang mirip dengan VX dan beberapa senjata kimiwawi lain. Bahkan ada yang berkemungkinan lebih mematikan dari VX.
Bagi yang belum familiar dengan senjata racun mematikan ini, VX digunakan untuk membunuh saudara satu ayah dari Kim Jong-un, Kim Jong-nam pada 2017 lalu di Bandara Kuala Lumpur Malaysia.
Petugas sedang membersihkan racun VX di bandara Kuala Lumpur. Foto: Edgar Su/Reuters
VX membunuh dengan mengkontraksi otot, dan membuat korban ttidak bisa bernapas. Hanya dibutuhkan 10 miligram dosis VX untuk kontak kulit, atau 25 sampai 30 miligram dosis dihirup untuk membunuh. VX dilarang sejak ada Chemical Weapons Convention 1993.
Fabio Urbina menjelaskan bahwa mungkin saja hasil buatan AI ini false positive. Artinya, molekulnya disebut punya skor racun tinggi tapi sebenarnya tidak. Namun tidak menutup kemungkinan racun yang baru ditemukan, memang benar-benar mematikan dan berpotensi dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
“Bagi saya, kekhawatirannya adalah betapa mudahnya melakukannya. Banyak hal yang kami gunakan tersedia secara gratis. Anda dapat pergi dan mengunduh dataset toksisitas dari mana saja” tambah Urbina. “ . . . cukup mudah bagi seseorang untuk meniru apa yang kita lakukan.”
Peneliti menutup artikel ilmiah dengan seruan agar kalangan saintifik lebih berhati-hati dengan potensi ‘jahat’ dari AI dan tools teknologi lain.
“Kami berharap bahwa dengan meningkatkan kesadaran akan teknologi ini, kami telah menunjukkan bahwa meskipun AI dapat memiliki aplikasi penting dalam perawatan kesehatan dan industri lainnya, kita juga harus tetap berhati-hati terhadap potensi penggunaan ganda, dengan cara yang sama seperti yang kami lakukan. dengan sumber daya fisik seperti molekul atau biologi” tulis peneliti.
ADVERTISEMENT