Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Australia ‘Perang’ Lawan Kodok Tebu Raksasa, Siap Bunuh Massal
17 Januari 2024 7:17 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Australia sedang bersiap ‘perang’ melawan kodok tebu, dan berencana akan melakukan pembunuhan massal secara besar-besaran setiap tahunnya. Pembunuhan massal yang disebut Great Cane Toad Bust ini dilakukan untuk mengurangi jumlah hama invasif di sejumlah wilayah di Australia.
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan telah mengusulkan metode membunuh kodok tebu (Rhinella mariana) dengan cara yang lebih baik. Alih-alih memukul kodok menggunakan tongkat golf atau meracuni mereka dengan bahan kimia, ilmuwan menyarankan agar kodok-kodok itu dimasukkan ke dalam kantong lalu menyimpannya di lemari es.
Rick Shine, profesor biologi di Macquarie University di Sydney, Australia , menjelaskan suhu dingin membuat amfibi mati suri dan reseptor rasa sakitnya mati. Kodok tersebut kemudian bisa dipindahkan ke dalam freezer dan membunuhnya di sana.
“Saat kodok mendingin, metabolismenya melambat dan menjadi sangat tidak aktif,” ujar Shine sebagaimana dikutip Live Science.
Shine mengatakan suhu tubuh kodok tebu akan menurun secara alami ketika malam hari, sehingga saat pertama kali dimasukkan ke dalam lemari es, mereka tidak akan mengalami syok.
Dalam sebuah studi yang terbit di jurnal Biology Open pada 2015, Shine dan rekannya menemukan aktivitas otak kodok tebu menurun selama pembekuan dan tidak menghasilkan sinyal rasa sakit. Ia tidak akan merasakan lagi apa pun alias mati suri saat kristal es mulai terbentuk di jaringan kodok.
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan memperkenalkan kodok tebu dari Hawaii, AS, ke Queensland, Australia, pada 1935 untuk memusnahkan kumbang tebu (Dermolepida albohirtum). Kumbang tebu ini kerap merusak tanaman tebu yang baru ditanam.
Namun upaya itu justru menjadi bumerang karena kodok tebu tidak menunjukkan minat pada kumbang. Alih-alih mengatasi masalah, kodok justru berkembang biak sangat cepat dan menambah masalah baru bagi ekosistem.
Kodok tebu dengan kemampuan mengeluarkan racun untuk membunuh hewan yang memakannya ini kemudian menyebar ke pesisir New South Wales, Northern Territory, dan sebagian barat laut Australia. Ke mana pun mereka pergi, mereka memicu berkurangnya jumlah predator asli dan menyebabkan kerusakan bagi ekosistem alami di sana.
Saat ini kodok tebu masih membawa malapetaka, mendorong organisasi nirlaba lingkungan Watergum untuk mengadakan Great Cane Toad Bust, sebuah kampanye tahunan untuk membunuh kodok sebanyak mungkin dalam waktu satu minggu. Pembunuhan massal kodok tahun ini–merupakan aksi ketiga yang digelar secara nasional yang menargetkan kecebong serta katak dewasa– akan berlangsung pada 13 hingga 21 Januari 2024.
Sejauh ini, kampanye tersebut telah berhasil membunuh lebih dari 50.000 kodok tebu di alam liar, dan tahun ini masyarakat hingga organisasi akan memecahkan rekor baru.
ADVERTISEMENT
Menurut Nikki Tomsett, petugas proyek spesies invasif di Watergum, kodok tebu sendiri bisa hidup lebih dari 10 tahun di alam liar. Kodok betina menghasilkan 35.000 telur setiap kali mereka berkembang biak.
“Metode pendinginan dan pembekuan saat ini dianggap sebagai praktik terbaik untuk euthanasia terhadap kodok tebu,” kata Tomsett. “Memukul dengan benda tumpul dan penggunaan bahan kimia dianggap tidak ‘manusiawi’, dan menimbulkan ancaman bagi satwa liar dan hewan peliharaan, karena kodok tebu yang di-euthanasia dengan cara ini biasanya tertinggal di lingkungan dan masih mengandung racun meski telah mati.”
Membunuh kodok dengan cara dipukul juga berisiko terkena kelenjar racun yang dapat menyebabkan kebutaan non-permanen jika terkena mata. Sekarang masyarakat di Australia diminta untuk terus membasmi kodok tebu meski kampanye telah berakhir pada 21 Januari 2024.
ADVERTISEMENT