Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Saat ini, masyarakat dan pemerintah Mauritius tengah berusaha menghentikan tumpahan minyak yang terjadi di sebuah pulau di perairan setempat yang dulunya berwarna biru jernih. Tumpahan minyak itu disebut-sebut bisa menimbulkan bencana ekologis.
ADVERTISEMENT
Dari sekian banyak upaya yang dilakukan untuk menghentikan kebocoran minyak, ada cara unik yang ditunjukkan masyarakat Mauritius, yakni dengan mencukur dan menyumbang rambutnya secara massal.
Pemerintah Mauritius mengumumkan keadaan darurat setelah sebuah kapal Jepang MV Wakashio menabrak terumbu karang hingga menumpahkan minyak di lepas pantai pulau Samudera Hindia pada 25 Juli 2020. Diperkirakan, 1.000 ton minyak bocor ke perairan setempat. Saat ini, masih ada 2.500 ton minyak di kapal tersebut yang berpotensi alami kebocoran.
Sementara pemerintah Mauritius meminta bantuan internasional, penduduk setempat mengambil tindakan cepat dengan mengumpulkan jerami, daun tebu, dan memotong rambut mereka, kemudian dimasukkan ke dalam karung atau dibungkus dengan celana bekas.
“Penduduk sedang membangun floating boom untuk menahan laju tumpahan minyak , dan kami telah membuatnya menggunakan daun tebu dan rambut manusia karena rambut adalah penyerap minyak yang cukup bagus,” kata anggota parlemen Mauritius, Joanna Berenger, yang juga telah memotong rambutnya, seperti dikutip BBC.
ADVERTISEMENT
Rambut Serap Minyak
Pada dasarnya, rambut manusia memang menjadi alat sempurna untuk membersihkan minyak. Rambut manusia bersifat lipofilik, artinya ia menolak air tapi menyerap apa pun yang terbuat dari minyak. Rambut adalah alat paling berguna untuk memisahkan minyak dan air. Satu kilogram rambut setidaknya bisa menyerap 8 liter minyak, kata Berenger.
Faktanya, selama bertahun-tahun ilmuwan juga telah merekomendasikan penggunaan rambut manusia ataupun hewan untuk menyerap tumpahan minyak. Praktik macam ini pertama kali dilakukan pada 1978 ketika kapal tanker Amoco Cadiz, kandas di lepas pantai Brittany, Prancis. Kala itu, kapal menumpahkan sekitar 220.880 ton minyak ke lautan.
Penggunaan rambut juga pernah dilakukan dalam tragedi tumpahan minyak di Teluk Meksiko tahun 2004, yang saat ini masih berlangsung dan menjadikannya sebagai tumpahan minyak paling lama terjadi.
ADVERTISEMENT
Studi yang dilakukan National Aeronautics And Space Administration (NASA) pada 1990-an menemukan, 11.340 kilogram rambut mampu menyerap 170.000 ribu galon minyak yang tumpah, yang satu galon dapat diserap dalam kurun waktu kurang dari 2 menit.
Baru-baru ini, sebuah studi di jurnal Environments mengungkapkan bahwa rambut anjing dan manusia sama baiknya dengan kain sintetis seperti polypropylene yang sering digunakan untuk menyerap tumpahan minyak mentah.
Sekarang, pemerintah Mauritius mendorong penduduknya untuk memotong rambut guna menghentikan tumpahan minyak di negaranya. Tukang pangkas rambut di sana juga menawarkan potong rambut gratis bagi siapa saja yang berminat menyumbangkan rambutnya. Prancis, yang pernah menjadi penguasa kolonial di Mauritius juga telah bergabung dan menyumbangkan 20 ton rambut.
ADVERTISEMENT
Mauritius sendiri adalah negara kecil di Afrika Timur, yang sangat bergantung pada sektor pariwisata karena memiliki pantai dan laut yang indah dengan satwa liar di dalamnya. Tumpahan minyak dilaporkan sudah mendekati Taman Laut Blue Bay, mengancam karang, ikan, dan lahan basah di wilayah setempat.