Cerita TN Pandit, Antropolog yang Pernah Mengunjungi Suku Sentinel

28 November 2018 7:29 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suku Sentinel india. (Foto: Facebook/Straight Up Amazing Photos)
zoom-in-whitePerbesar
Suku Sentinel india. (Foto: Facebook/Straight Up Amazing Photos)
ADVERTISEMENT
Suku Sentinel menjadi sorotan atas kematian seorang misionaris asal Amerika Serikat, John Allen Chau, di Pulau Sentinel Utara, India. Chau dilaporkan tewas dipanah oleh anggota suku tersebut.
ADVERTISEMENT
Selama ini orang-orang Sentinel memang dikenal sebagai salah satu suku yang paling terasing di dunia. Mereka hidup dengan cara memburu meramu dan menghindari kontak dengan manusia dari luar tempat tinggal mereka yang masuk dalam wilayah Kepulauan Andaman dan Nicobar, India.
Orang-orang Sentinel memilih untuk tidak melakukan kontak dengan dunia luar. Oleh karena itu, pemerintah India juga memutuskan untuk melakukan patroli di sekeliling pulau Sentinel Utara untuk mencegah ada orang asing yang masuk ke wilayah mereka.
Sedikit sekali orang yang pada akhirnya berhasil untuk menjalin kontak dengan orang-orang Sentinel. Salah satu dari mereka yang berhasil adalah antropolog asal India bernama TN Pandit. Pandit pertama kali mengunjungi Pulau Sentinel Utara pada 1967.
TN Pandit (kiri) memberikan buah kelapa kepada salah seorang suku Sentinel. (Foto: TN Pandit)
zoom-in-whitePerbesar
TN Pandit (kiri) memberikan buah kelapa kepada salah seorang suku Sentinel. (Foto: TN Pandit)
Awalnya, anggota suku Sentinel mencoba untuk bersembunyi dan kemudian menembakkan panah ke arah para antropolog yang mengunjungi mereka. “Kami membawa hadiah berupa panci dan penggorengan, kelapa dalam jumlah banyak, alat-alat dari besi seperti palu dan pisau panjang. Kami juga membawa orang Onge (dari suku lain) untuk membantu kami memahami bahasa dan perilaku orang Sentinel,” kata Pandit dikutip dari BBC.
ADVERTISEMENT
“Tapi pejuang Sentinel menghadapi kami dengan marah dan mereka dipersenjatai dengan busur panjang dan panah, mereka siap menjaga tanah mereka.”
Selama beberapa saat Pandit dan timnya meninggalkan hadiah dan berusaha untuk membangun hubungan baik dengan orang-orang Sentinel. Hingga akhirnya pada tahun 1991, orang-orang Sentinel keluar dan menghampiri mereka dengan damai di lautan.
Para antropolog mencoba untuk berkomunikasi dengan bahasa isyarat, tapi saat itu orang-orang Sentinel justru sibuk membawa hadiah dari mereka.
Suatu waktu, Pandit terpisah dari dari kelompoknya dan ia berjalan terlalu dekat ke pesisir Pulau Sentinel. Saat itulah seorang Sentinel muda memperingatkan dengan membuat tanda seperti akan memotong kepala Pandit.
“Isyarat anak itu jelas. Aku tidak diundang.”
Suku Sentinel india. (Foto: Facebook/Future Career Guidance & Counselling India)
zoom-in-whitePerbesar
Suku Sentinel india. (Foto: Facebook/Future Career Guidance & Counselling India)
Upaya mendekati suku Sentinel dengan cara memberi hadiah akhirnya diakhiri oleh pemerintah India dan orang asing dilarang masuk ke pulau mereka. Hal ini dikarenakan tubuh orang-orang Sentinel mungkin saja tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit-penyakit yang dibawa oleh orang dari luar pulau, sehingga kontak dengan orang asing akan berbahaya bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Menanggapi peristiwa yang terjadi pada Chau, Pandit tetap berpendapat bahwa orang-orang Sentinel sebenarnya adalah orang-orang yang cinta damai.
“Ini adalah cara yang salah untuk melihat masalah ini. Kitalah yang mengganggu mereka,” kata Pandit kepada Indian Express. “Kita yang mencoba untuk masuk ke wilayah mereka.”
Ia mengatakan, orang-orang Sentinel tidak pernah sengaja menyerang orang lain atau menyerang wilayah sekitar mereka. “Kita harus menghormati keinginan mereka untuk tidak diganggu,” pungkasnya.