Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cula Badak Menyusut Seabad Terakhir, Ini Dugaan Penyebabnya
3 November 2022 9:05 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Sebuah riset terbaru soal badak menunjukkan bahwa culanya kian menyusut dalam seabad terakhir. Ini adalah implikasi langsung dari perburuan, dengan pemburu memilih badak bercula panjang, sehingga badak yang memiliki cula lebih pendek bertahan dan punya keturunan.
ADVERTISEMENT
Peneliti dari Cambridge University menganalisis gambar dan foto dari 140 tahun terakhir, termasuk spesies badak putih, badak hitam, badak India, badak Jawa dan badak Sumatera . Mereka juga mengukur panjang badan dan rasio cula dengan ukuran badan dan anggota tubuh yang lain.
Mereka menemukan bahwa panjang cula rata-rata semakin memendek dalam seabad terakhir. Tren pengecilan cula ini terjadi di kelima spesies, baik badak putih (yang punya cula terpanjang) hingga badak Sumatera (yang punya cula terpendek).
Penyebabnya terindikasi kuat implikasi langsung dari perburuan badak.
Pemburu badak —yang masih ada hingga sekarang— mengejar culanya. Beberapa tempat seperti China dan Vietnam masih memanfaatkan cula badak sebagai bahan pengobatan tradisional. Ada juga yang membeli sebagai koleksi sebagai simbol status dan kekayaan.
ADVERTISEMENT
Pemburu memilih badak dengan cula yang panjang. Preferensi dan pilihan ini membuat badak cula pendek punya probabilitas bertahan hidup lebih tinggi. Sehingga kemudian gen cula pendek terwariskan ke generasi selanjutnya dan mengisi populasi.
“Mereka mungkin salah satu hal yang paling sulit untuk dikerjakan dalam sejarah alam karena masalah keamanan,” tambahnya, seperti dikutip DailyMail.
Peneliti mengumpulkan gambar dari badak sejak 1886 hingga yang terbaru, total ada 80 foto. Salah satu gambar dari 1911 ketika Presiden AS Theodore Roosevelt berdiri di sisi badak hitam yang baru ia bunuh dengan senapan.
Sementara 65 badak yang difoto berada di penangkaran, Wilson mencatat bahwa mayoritas datang langsung dari alam liar, atau lahir dari badak yang sebelumnya hidup di alam liar. Itu menunjukkan penurunan panjang tanduk kemungkinan mencerminkan tekanan seleksi yang dihadapi hewan di habitat alami mereka, meskipun para peneliti sekarang melakukan pekerjaan lebih lanjut dengan populasi liar untuk mengeksplorasi apakah tren yang sama terlihat.
ADVERTISEMENT
Wilson, yang sekarang berbasis di University of Helsinki di Finlandia, menambahkan: "Badak berevolusi tanduk mereka karena suatu alasan - spesies yang berbeda menggunakannya dengan cara yang berbeda seperti membantu untuk menangkap makanan atau untuk bertahan melawan predator - jadi kami berpikir bahwa memiliki tanduk yang lebih kecil akan merusak kelangsungan hidup mereka."
Riset Wilson dan rekan penelitinya ini terbit di jurnal People and Nature pada 3 September 2022.