Dokter: Tingkat Kematian Pneumonia Mycoplasma Lebih Rendah daripada COVID-19

7 Desember 2023 10:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang perawat Tiongkok memeriksa kesehata balita di rumah sakit di Hefei, provinsi Anhui, Tiongkok. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang perawat Tiongkok memeriksa kesehata balita di rumah sakit di Hefei, provinsi Anhui, Tiongkok. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Kasus pneumonia misterius diduga dari bakteri mycoplasma telah terdeteksi di Indonesia, tepatnya di Jakarta. Meski kasus ini cukup menghebohkan di China sejak bulan lalu, tingkat kematiannya masih lebih rendah dibandingkan COVID-19.
ADVERTISEMENT
Penyakit pernapasan tersebut menjadi perhatian dan kewaspadaan dunia belakangan ini. Bakteri mycoplasma diduga menyebabkan kasus pneumonia di China utara dan Eropa meningkat, dan mayoritas pasiennya anak-anak.
Namun warga Jakarta, di mana kasus ini sudah muncul, tidak perlu panik. dr. Nastiti Kaswandani, Dokter Spesialis Anak di RS Cipto Mangunkusumo, memastikan tingkat fatalitas dan keparahan pneumonia akibat bakteri mycoplasma lebih rendah dibandingkan tingkat kematian karena COVID-19.
dr. Nastiti menambahkan, kasus peradangan akut pada paru akibat bakteri mycoplasma ini sering disebut sebagai 'walking pneumonia'. Sebab, gejalanya cenderung ringan sehingga pasien cukup menjalani rawat jalan tanpa perlu rawat inap di rumah sakit.
"Anaknya cukup baik kondisi klinisnya sehingga masih bisa beraktivitas seperti biasa, makanya sebagian besar kasusnya bisa dilakukan rawat jalan, pemberian obatnya secara minum, dan anaknya bisa sembuh sendiri," jelas dr. Nastiti dalam siaran pers yang diterima kumparan, Kamis (7/12).
ADVERTISEMENT
Seorang anak menjalani pemeriksaan penyakit Pneumonia di sebuah rumah sakit di Hefei, provinsi Anhui, Tiongkok. Foto: AFP
Di lain pihak, Prof. Erlina Burhan selaku Dokter Spesialis Paru di RSUP Persahabatan mengatakan penyakit akibat bakteri Mycoplasma pneumoniae bukan penyakit baru. Bakteri ini sudah lama ditemukan sejak 1930-an.
Itu mengapa pengobatan untuk pneumonia ini tidak susah, karena dapat ditemukan di Puskesmas dan bisa ditebus dengan BPJS.
Prof. Erlina meminta masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), karena itu kunci utama pencegahan penyakit pneumonia mycoplasma. Warga juga perlu mengikuti prosedur kesehatan yang direkomendasikan WHO dan Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) untuk menurunkan risiko penyakit pernapasan.
Rekomendasi yang dimaksud adalah melakukan vaksinasi terutama pada anak-anak, menjaga jarak dengan orang sakit, tidak bepergian ketika sakit, pergi ke dokter dan mendapatkan perawatan bila dibutuhkan, memakai masker, memastikan kualitas ventilasi baik, dan rutin cuci tangan.
ADVERTISEMENT
“Kita harus waspada dan terapkan PHBS serta jangan panik,” kata Prof. Erlina.