Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, Bupati Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Maluku Utara, Usman Sidik, dikabarkan meninggal dunia di tengah lapangan saat bermain sepak bola bersama wartawan dalam rangka pembukaan Piala Bupati Cup II, Minggu (5/11).
ADVERTISEMENT
Usman tiba-tiba terjatuh di tengah lapangan dan tidak sadarkan diri. Dia langsung dibawa ke RSU Marabose Kabupaten Halsel dan dinyatakan meninggal dunia di usia 50 tahun. Dia meninggal dunia diduga akibat serangan jantung.
Contoh lain dialami oleh pemian sepak bola Arne Espeel. Dia meninggal saat pertandingan Winkel Sport B vs Westrozebeke dalam second provincial division of West Brabant di Belgia, pada 11 Februari 2023 lalu.
Espeel melakukan selebrasi setelah berhasil tepis penalti, namun sesaat kemudian kolaps di lapangan. Tim medis bergegas menangani Espeel dengan defibrillator, tapi kemudian dinyatakan meninggal setelah dibawa ke rumah sakit.
Lantas, benarkah olahraga berat bisa sebabkan serangan jantung?
Menurut dr. Dicky Armein Hanafy, Sp.JP (K) FIHA, FAsCC., dokter spesialis jantung di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, ada salah persepsi di masyarakat ihwal pemahaman bahwa olahraga bisa bikin meninggal. Sejatinya, yang bikin meninggal bukan olahraganya, melainkan penyakitnya.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa faktor kenapa orang bisa meninggal saat olahraga. Pertama, orang tidak tahu bahwa dirinya sakit atau punya penyakit, termasuk penyakit jantung. Saat seseorang berolahraga berat dengan kondisi jantung tidak sehat, ini akan meningkatkan dia terkena serangan jantung.
Orang dengan penyakit jantung pada dasarnya tidak disarankan untuk melakukan kompetitif sport seperti sepak bola, basket, volly dan olahraga lainnya. Sebaliknya, mereka dianjurkan untuk melakukan endurance sport seperti jogging, bersepeda, atau berenang.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan medical check up minimal 2 tahun sekali untuk mereka berusia 30 tahun dan tidak memiliki riwayat penyakit apa pun, serta 1 tahun sekali bagi yang berusia 40 tahun ke atas.
Kedua, kurangnya bergerak dan olahraga membuat orang tidak mengenal tubuhnya. dr. Dikcy mencotohkan, umumnya orang-orang yang sudah memiliki jabatan jarang bergerak dan olahraga, termasuk bupati dan pemilik perusahaan. Sebab, semua kebutuhan yang dimiliki sudah terpenuhi oleh ajudan atau asisten. Semakin jarang bergerak orang bergerak dan olahraga, semakin tinggi risiko penyakit yang dialami.
ADVERTISEMENT
dr. Dicky mengatakan, dengan berolahraga rutin kita akan tahu perubahan kemampuan fisik yang kita alami.
“Bagaimana kamu mengetahui tubuh anda berubah kalau anda tidak pernah melakukan sesuatu rutinitas yang memacu tubuh anda. Kalau anda hanya di depan laptop, anda tidak akan tahu tiba-tiba ada penyakit di tubuhmu. Tetapi kalau anda melakukan olahraga yang reguler, anda juga akan mengerti kondisi tubuh anda,” ujar dr. Dicky.
Ketiga, ketidaktahuan riwayat penyakit keluarga. Sebagaimana diketahui, penyakit bisa diturunkan dari orang tua ke anak. Diabetes dan jantung misalnya, anak dengan orang tua memiliki riwayat penyakit diabetes dan jantung lebih rentan terkena penyakit yang sama.
“Tidak tahu mengenai kondisi riwayat penyakit keluarga. Mengenai silsilah penyakit keluarga ini jarang ada orang yang mau tahu. Padahal itu sama pentingnya,” ujar dr. Dicky saat dihubungi kumparanSAINS, Sabtu (18/11).
ADVERTISEMENT
dr. Dicky bilang, mengetahui riwayat penyakit keluarga bisa membuat kita meminimalisir risiko-risiko penyakit yang diderita. Oleh karena, penting bagi masyarakat untuk mengetahui penyakit yang saat ini diderita agar tidak dialami oleh cucu dan keturunannya.
Faktor-faktor inilah yang membuat orang meninggal saat olahraga. Tidak terdeteksinya penyakit bisa menyebabkan malapetaka.
“Susahnya kalau sudah jadi bos, dalam hal ini bupati, bos-bos itu males gerak. Naik mobil turun saja di depan pintu. Dia enggak tau kalau ada penyakit, dia gak pernah mengerti tubuhnya, saat main bola tiba-tiba mau tunjukan dirinya bahwa dia masih kuat masih jagoan, padahal dia punya penyakit, punya penyakit jantung yang tidak diketahui, lari lah dia kejar-kejaran bola, jantungnya karena enggak pernah dilatih, kedua karena ada penyakitnya, ya udah give up, meninggal lah dia,” kata dr. Dicky.
ADVERTISEMENT
dr. Dicky menekankan, hal yang paling fatal ketika seseorang mengalami henti jantung adalah ketidaktahuan orang di sekitar untuk melakukan bantuan dasar hidup atau pertolongan pertama.
Bantuan dasar hidup adalah cara untuk menolong seseorang yang terindikasi dalam kondisi tidak bisa bernapas karena tersumbatnya jalan napas, tidak ditemukan adanya napas, dan atau tidak adanya denyut nadi. Bantuan dasar hidup bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Dengan menerapkan tindakan ini, pasien yang mengalami henti jantung mungkin masih bisa diselamatkan.