Hati-hati Disfungsi Seksual, Ini Dampak Buruk Sering Nonton Video Porno

11 Oktober 2021 7:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi nonton video porno. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi nonton video porno. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Sudah sejak lama pornografi ada di tengah kehidupan manusia. Seiring berjalannya waktu, industri pornografi semakin berubah. Tapi dahulu kala, manusia menuangkan dalam bentuk lukisan dinding dan patung yang eksplisit secara seksual dan ini ditemukan di reruntuhan Gunung Vesuvius di Pompeii.
ADVERTISEMENT
Di era modern, sejak munculnya internet, pornografi mulai bisa diakses dalam bentuk CD atau file video, dan orang-orang yang mengakses pornografi meroket tak terkendali. Pornhub misalnya, situs porno gratis terbesar di dunia ini mendapat lebih dari 33,5 miliar kunjungan selama 2018.
Begitupun dengan ilmu pengetahuan yang mulai mengungkap dampak neurologis dari konsumsi film porno secara berlebih. Yang paling bahaya, pornografi bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan kehidupan seksual. Mulai dari depresi hingga disfungsi ereksi, pornografi juga tampaknya mampu membajak jaringan saraf manusia dengan konsekuensi yang mengerikan.
Baru-baru ini, para peneliti mempelajari saraf yang mendasari proses pembelajaran dan memori. Peneliti menyebut bahwa video porno menjadikan pemicu kuat plastisitas, kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi sebagai hasil dari pengalaman. Orang-orang yang kecanduan film porno juga lebih rentan terhadap efek hiper-stimulasinya.
ADVERTISEMENT

Dampak konsumsi pornografi

Dalam jangka panjang, pornografi bisa berdampak pada disfungsi seksual, terutama ketidakmampuan manusia untuk mencapai ereksi atau orgasme dengan pasangan di kehidupan nyata. Kualitas perkawinan dan komitmen terhadap pasangan juga bisa berkurang, atau bahkan dikesampingkan.
Ilusrasi PornHub. Foto: Marco Verch/Flickr
Untuk menjelaskan dampak ini, peneliti telah menyejajarkan menonton pornografi dengan mengonsumsi zat terlarang--narkoba. Melalui desain evolusioner, otak terhubung untuk merespons rangsangan seksual dengan lonjakan dopamin.
Neurotransmitter ini, juga bertindak untuk memprogram ingatan dan informasi ke dalam otak. Artinya ketika tubuh membutuhkan sesuatu, seperti makanan atau seks, otak akan mengingat ke mana kita harus mendapatkan kesenangan sama yang pernah dilakukan sebelumnya.
Alih-alih ke pasangan nyata untuk meraih kepuasan seksual, orang yang kecanduan nonton video porno secara naluri akan lebih memilih ponsel atau laptop untuk nonton video porno. Lebih jauh lagi, orang tersebut akan merasa sangat puas setelah nonton pornografi sehingga menjadi kebiasaan yang kuat dan melekat di otak.
ADVERTISEMENT
Setiap adegan dalam video porno seperti zat adiktif, pemicu hiperstimulasi yang menyebabkan sekresi dopamin tingkat tinggi yang tidak wajar. Ini dapat merusak sistem reward dopamin dan membuatnya tidak responsif terhadap kesenangan alami. Inilah sebabnya mengapa para pecandu pornografi mengalami kesulitan dalam mencapai gairah ketika berhubungan seksual secara langsung dengan pasangan.

Di luar disfungsi seksual

Lebih lanjut, perubahan dalam sistem dopamin ternyata bisa berdampak pada kesehatan mental, bisa depresi dan kecemasan. Dalam studi, para pecandu pornografi melaporkan gejala depresi yang lebih tinggi, kualitas hidup lebih rendah, dan kesehatan mental yang lebih buruk ketimbang mereka yang jarang menonton film porno.
Ilustrasi otak manusia. Foto: pixabay/TheDigitalArtist
Temuan menarik lainnya dalam penelitian ini adalah orang yang ketagihan nonton video porno merasa dirinya menginginkan dan membutuhkan lebih banyak video porno, kendati mereka tidak selalu menyukainya.
ADVERTISEMENT
Sementara dalam penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Max Planck Institute, Berlin, menemukan bahwa penggunaan pornografi berlebih berkorelasi dengan aktivitas otak yang lebih sedikit dalam merespons bentuk pornografi yang biasa-biasa saja. Ini menjelaskan kenapa pengguna cenderung beralih ke bentuk pornografi yang lebih ekstrem.
Analisis Pornhub mengungkapkan bahwa semakin sering orang menonton video porno dengan tema standar, semakin kuat keinginan orang menonton porno dengan tema inces atau kekerasan.
Adanya tema kekerasan seksual yang diangkat dalam video porno ini sangat meresahkan, karena tingkat insiden kekerasan seksual di kehidupan nyata juga mengalami peningkatan. Beberapa ilmuwan mengaitkan hubungan ini dengan mirror neuron--cermin otak.
Sel-sel otak ini dinamai demikian karena mereka akan aktif ketika individu melakukan suatu tindakan tetapi juga mengamati tindakan sama yang dilakukan oleh orang lain. Daerah otak yang aktif ketika seseorang menonton film porno adalah otak yang sama yang aktif saat seseorang berhubungan seks secara langsung.
ADVERTISEMENT
“Mekanisme mirror neuron juga menunjukkan bahwa kita secara otomatis dipengaruhi oleh apa yang kita rasakan, sehingga mengusulkan neurobiologis yang masuk akal, yakni mekanisme penularan perilaku kekerasan,” kata Marco Iacoboni, profesor psikiatri di University of California Los Angeles.
Selain itu, konsumsi pornografi juga telah dikaitkan dengan erosi korteks prefrontal, yakni wilayah otak yang menampung fungsi eksekutif seperti moralitas, kemauan keras, dan kontrol implus. Ini membuat orang berperilaku kompulsif dan membuat keputusan yang buruk. Itulah dampak buruk dari nonton video porno. Jadi masih mau nonton?
* * *
Ikuti survei kumparan Tekno & Sains dan menangi e-voucher senilai total Rp 3 juta. Isi surveinya sekarang di kum.pr/surveiteknosains