Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Dua orang ilmuwan pernah melakukan penelitian terhadap kerangka pria berusia 17 tahun pada 1976. Setelah diteliti, kerangka remaja tersebut kemungkinan adalah korban hiu tertua di dunia.
ADVERTISEMENT
Peneliti yang melakukan penggalian kerangka tersebut adalah bioarkeolog Robert Benfer dari Universitas Missouri Columbia Amerika Serikat dan arkeolog antropologi Jeffrey Quilter. Kerangka yang diriset memiliki tanda gigitan hiu yang berakibat fatal, seperti kaki kiri hilang beserta tulang pinggul kanan dan lengan bawah kanannya yang menunjukkan bekas gigitan yang dalam.
“Gigitan hiu yang berhasil biasanya melibatkan merobek anggota tubuh, seringkali kaki, dan menelannya,” kata Benfer, seperti dikutip Science News. Upaya yang gagal untuk menangkal hiu mungkin mengakibatkan cedera lengan anak itu.
Berdasarkan penanggalan radiokarbon, ditemukan bahwa bahwa remaja ini meninggal sekitar 6.000 tahun yang lalu dikuburkan, yang artinya remaja itu bisa jadi korban serangan hiu tertua yang diketahui sejauh ini. Jenazah ini sendiri ditemukan di sebuah situs desa di Peru bernama Paloma.
ADVERTISEMENT
Hasil temuan kemudian mengarahkan Benfer untuk menyelidiki kerangka ini lebih jauh, dengan durasi 14 tahun, dari 1976 hingga 1990, dengan tiga lokasi berbeda.
Dari 201 kuburan manusia yang digali di Paloma, mayoritas digali di bawah atau di luar gubuk alang-alang. Tetapi, remaja dengan kaki yang hilang itu terkubur dalam lubang oval panjang yang digali di area terbuka dan dibiarkan kosong.
Penggali menemukan sisa kisi-kisi tongkat yang telah diikat menjadi satu dan ditutup dengan beberapa anyaman tikar untuk membentuk penutup atau atap di atas tubuh. Ditemukan juga barang-barang yang ditempatkan di kuburan, seperti kerang laut, batu besar yang rata dan beberapa tali -- satu dengan simpul yang rumit dan rumbai di salah satu ujungnya.
ADVERTISEMENT
Tempat ditemukannya kerangka ini, Paloma, terletak di perbukitan sekitar 3,5 kilometer dari pantai Pasifik Peru. Kelompok-kelompok kecil pernah tinggal di sana sebentar di gubuk buluh bundar antara sekitar 7.800 dan 4.000 tahun yang lalu.
Penduduk Paloma biasanya memancing, atau menyelam mencari kerang untuk makanan sehari-hari. Mereka juga mengumpulkan tanaman yang dapat dimakan.
Berebut status penemuan kerangka korban hiu tertua
Sebelumnya, sebagian kerangka manusia ditemukan di pemakaman desa dekat Laut Pedalaman Seto Jepang, yang digali sekitar seabad yang lalu. Menurut arkeolog J. Alyssa White dari Universitas Oxford, individu yang berasal dari budaya Jōmon kuno Jepang (10.500 - 300 SM) ini diklaim sebagai korban manusia tertua dari serangan hiu.
White dan tim penelitinya mendokumentasikan setidaknya 790 luka bergigi, tusukan dan jenis kerusakan gigitan lainnya, terutama pada lengan, kaki, panggul, dan tulang rusuk pria Jōmon ini. Berdasarkan model 3D cederanya menunjukkan bahwa korban pertama kali kehilangan tangan kirinya saat mencoba menangkis hiu, lalu gigitan berikutnya memutuskan arteri kaki utama dan dengan cepat menyebabkan kematian.
ADVERTISEMENT
Para peneliti memperkirakan, setelah tubuh pria itu ditemukan, kaki kirinya yang dimutilasi mungkin terlepas dan diletakkan di dadanya saat dia dimakamkan. Banyak gigi hiu juga yang ditemukan di beberapa situs Jōmon yang menunjukkan bahwa hiu diburu dengan menarik perhatian mereka lewat darah saat memancing di laut.
“Tetapi serangan hiu yang tidak beralasan akan sangat jarang terjadi karena hiu tidak cenderung menargetkan manusia sebagai mangsanya,” jelas White.
Dalam Journal of Archaeological Science: Reports, tim peneliti melaporkan penanggalan radiokarbon menempatkan kematiannya dari 3.391 hingga 3.031 tahun yang lalu, diduga sebagai korban gigitan hiu tertua yang diketahui.
Penemuan ini kemudian menarik perhatian Benfer dan Quilter, yang mengeklaim kerangka yang ditelitinya pada 1976 adalah korban gigitan hiu tertua di dunia. Quilter bahkan menggambarkan cedera tersebut dalam dua paragraf di bukunya yang rilis pada 1989, Life and Death at Paloma.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, kedua ilmuwan tersebut tidak pernah mempublikasikan hasil risetnya dalam jurnal akademis. Benfer dan Quilter sendiri mengirim email kutipan tersebut kepada peneliti Jōmon pada 26 Juli 2021.
"Kami tidak mengetahui klaim mereka sampai sekarang, tetapi ingin berbicara dengan mereka tentang hal itu secara lebih rinci," tanggapan White.