Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Dalam percakapan sehari-hari, istilah teknis dari sebuah penyakit seringkali dikaburkan dengan bahasa awam. Salah satu contohnya menyangkut istilah GERD , maag, dan asam lambung.
Di media sosial, istilah GERD kerap disepelekan karena orang menganggap bahwa itu hanya bahasa keren dari sakit maag dan asam lambung. Artinya, jika kamu sepakat demikian, kamu akan berpikir bahwa ketiga istilah tersebut sebenarnya sama saja.
Contoh simplifikasi GERD sebagai bahasa keren dari maag dan asam lambung dapat dilihat dari bagaimana istilah itu menjadi meme di Twitter.
Salah satu meme viral baru-baru ini menggambarkan GERD sebagai istilah yang dipakai oleh seseorang yang formal dengan berpakaian jas. Sebagai pembanding, terdapat orang yang sama dengan pakaian yang lebih kasual dengan tulisan maag. Template meme seperti ini secara implisit hendak menunjukkan kedua istilah tersebut sama saja maknanya —yang menjadi pembeda adalah status sosial orang yang mengucapkannya.
GERD, maag dan asam lambung: funfact bahasa penyakit di masyarakat
Menurut dr. Duddy Mulyawan Djajadisastra, seorang dokter spesialis penyakit dalam di RSAB Harapan Kita, istilah GERD, maag, dan asam lambung, punya makna yang berbeda.
dr. Duddy menjelaskan bahwa maag sebetulnya bukanlah sebuah penyakit. “Maag” adalah istilah dalam bahasa Belanda yang berarti “lambung.” Dan, saking lamanya Indonesia dijajah Belanda, istilah tersebut diadopsi warga lokal untuk merujuk sakit yang berkaitan dengan lambung.
dr. Duddy mengatakan sakit lambung dapat disebabkan beraneka hal. Salah satu di antaranya karena dampak produksi asam lambung yang berlebihan. “Jadi, kita sebut sebagai sakit asam lambung, namanya begitu,” kata dia.
Lantas, apa itu GERD?
GERD merupakan akronim dari gastroesophageal reflux disease. Dalam bahasa Indonesia, artinya penyakit refluks gastroesofagus. Menurut American College of Gastroenterology, GERD adalah kondisi fisik di mana asam lambung naik (refluks) ke esofagus (kerongkongan).
Dari sini, kita dapat memahami bahwa GERD, maag, dan asam lambung, adalah tiga istilah dengan makna yang berbeda. Kendati demikian, istilah-istilah ini diikat oleh masalah yang sama, yakni peningkatan asam lambung yang berlebihan.
Produksi asam lambung berlebihan dapat disebabkan oleh banyak hal, kata dr. Duddy. Utamanya masalah ini muncul berkat makan berlebihan dan obesitas.
“Salah satu faktor risiko lainnya lagi adalah apa yang kita lakukan setelah kita makan. Kalau orang zaman sekarang, akan lebih sering pindah beraktivitas. Nah, kalau misalkan (sehabis makan langsung) lari, bergerak, langsung bekerja, langsung ngeden-ngeden, dorong-dorong, loncat-loncat, asam lambungnya akan naik,” ujar dr. Duddy.
“Orang zaman dulu jarang mereka makan dengan terburu-buru. Mereka tenang, pelan-pelan, santai, sambil ngobrol. Sehingga makanan dikunyah sampai hancur, sehingga produksi asam lambung tidak sebanyak orang yang makannya cepat-cepat,” sambungnya.
Gejala khas GERD
Kendati maknanya berbeda, anggapan awam bahwa GERD dan maag atau asam lambung adalah hal yang sama, dapat dipahami karena gejalanya mirip. Namun, apa gejala khas yang menjadi pembeda keduanya?
Menurut dr. Dewangga Gegap Gempita, Ketua Perhinpunan Dokter Umum Indonesia Komisariat Kota Depok, sakit asam lambung atau maag biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman di bagian perut sebelah kiri atau ulu hati. Penyakit asam lambung atau maag juga menyebabkan rasa mual atau cepet kenyang ketika baru makan — seperti begah.
Di sisi lain, GERD punya gejala yang lebih khas lagi. GERD akan menyebabkan orang merasa heartburn, atau seperti ada rasa terbakar di daerah dada atau rasa panas di daerah dada yang ditimbulkan.
“Ini yang kadang-kadang tidak disadari oleh banyak orang. Malah orang lebih menyadari ‘Jangan-jangan saya sakit jantung.’ Karena dada saya rasanya panas, seperti tidak nyaman rasanya. Padahal sebenarnya timbulnya gangguan GERD tadi,” imbuhnya.
dr. Duddy juga mengatakan bahwa GERD umumnya menimbulkan rasa heartburn atau panas di dada. Pengidap GERD umumnya merasa kesulitan tidur, tak bisa tidur dengan berbaring rata, dan napas terasa tidak lega.
GERD muncul ketika asam lambung naik mengalir ke tabung kerongkongan yang menghubungkan mulut dan perut. Naiknya asam lambung ke kerongkongan terjadi karena katup di ujung kerongkongan, yang bernama lower esophageal sphincter (LES), tidak menutup dengan benar.
Pada kondisi normal, katup LES hanya akan terbuka ketika orang sedang menelan dan bersendawa. Gangguan pada katup LES dapat terjadi ketika ia terus-terusan terpapar asam lambung. Dalam hal ini, sakit asam lambung atau maag adalah prakondisi bagi GERD.
Aliran asam lambung ke kerongkongan inilah yang kemudian menyebabkan orang pengidap GERD sering merasa asam di mulutnya.
GERD bisa bikin banyak masalah, apa yang harus dilakukan?
Berbeda dari penyakit asam lambung atau maag, GERD tidak hanya semata-mata menyebabkan luka di lambung. Lebih dari itu, ia juga dapat bikin gigi rusak dan sinusitis.
“Bisa lebih luas. Misalnya, sampai kerusakan gigi. Giginya bisa rusak lho gara-gara GERD itu tadi. Bisa juga sampai gangguan pada sinus, karena sendawa itu tadi asam lambungnya naik ke atas, sampai ke rongga hidung. Bisa mengakibatkan gangguan di titik itu juga,” ungkap dr. Duddy yang menyebut masalah ini “cukup sering dijumpai” pengidap GERD.
dr. Dewangga menambahkan, gangguan asam lambung jangka panjang dapat menyebabkan luka pada kerongkongan.
“Mungkin orang lebih kenal dengan GERD-nya, padahal kalau GERD itu dibiarkan bisa menjadi penyakit lanjutan, namanya LPR (laryngopharyngeal reflux). Jadi, asam lambung tadi naik terus sampai ke tenggorokan, jadi melukai dinding tenggorokan menimbulkan jadi LPR,” kata dia.
GERD pun dapat mengakibatkan tukak lambung (ulkus peptikum).
“Apa itu ulkus peptikum? Jadi di antara lambung dengan saluran ke usus ada satu tempat yang sangat riskan sekali, mudah bocor isitlahnya, jadi jika dibiarkan luka terus menerus, dia bisa timbul luka di dalam lambung sehingga menimbulkan kebocoran,” tutur dr. Dewangga.
“Kalau sudah kebocoran ini urusannya sudah harus dibedah. Ini yang kadang-kadang tidak diperhatikan dengan baik oleh penderita penyakit maag atau sampai GERD.”
Jadi, apa yang perlu dilakukan supaya orang dapat menghindari GERD? Jawabannya sederhana: perubahan gaya hidup.
GERD bisa disembuhkan
GERD merupakan penyakit yang dapat sembuh sepenuhnya. dr. Duddy menganalogikan cara sembuh pengidap GERD seperti anak sekolah yang enggak naik kelas. Kata dia, anak yang enggak naik kelas bisa tetap naik kelas jika mengubah sikapnya — misal, rajin belajar. Begitu pula pengidap GERD, mereka tetap bisa sembuh sepenuhnya jika mengubah gaya hidup.
Perubahan gaya hidup ini meliputi makan secara tidak terburu-buru, dan menghindari konsumsi yang dapat meningkatkan asam lambung seperti makanan berlemak tinggi, makanan pedas, makanan asam, rokok, serta minuman alkohol dan kopi.
Kalau kamu mulai merasa sakit lambung atau heartburn, para ahli menganjurkan kamu supaya segera ke dokter untuk cek kesehatan . dr. Duddy menegaskan bahwa orang jangan sembarangan mengonsumsi obat sendiri.
“Sebenarnya, tidak dianjurkan untuk pengobatan sendiri kalau pengobatan itu berupa bahan yang dikonsumsi langsung dan membutuhkan resep dokter,” kata dia. “Karena sebetulnya dapat menyebabkan efek samping yang berbeda-beda.”