Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Jika Teori Evolusi Darwin soal Manusia Benar, Kenapa Sekarang Masih Ada Kera?
13 Juli 2023 11:47 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Sebuah teori terkenal tentang evolusi manusia pernah diungkapkan oleh seorang naturalis dan ahli geologi Inggris, Charles Robert Darwin. Dia menyebut bahwa semua makhluk hidup di Bumi termasuk hewan dan tumbuhan berasal dari suatu spesies yang sama.
ADVERTISEMENT
Dilansir Encyclopedia Britannica, dalam buku berjudul "On the Origin of Spesies" yang terbit pada 1859, Darwin menulis, spesies yang sama itu mengalami perubahan fisik dari waktu ke waktu dikarenakan seleksi alam. Ini terjadi dalam proses yang sangat panjang hingga akhirnya lahir spesies modern yang membentuk pohon keluarga.
Teori evolusi Darwin ini memicu anggapan bahwa manusia berasal dari kera. Padahal, Darwin tidak pernah menyebut secara langsung bahwa manusia berasal dari kera yang telah berevolusi.
Dari teori Darwin ini, muncul banyak pertanyaan lain tentang: Jika manusia berevolusi dari kera , mengapa masih ada kera di zaman modern? Kenapa sekarang tidak ada makhluk setengah simpanse, setengah manusia yang menunjukkan transisi evolusi dari kera primitif ke Homo sapiens?
ADVERTISEMENT
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus memperbaiki dulu pemahaman kita soal evolusi. Kuncinya adalah, evolusi itu tidak linier. Kita mungkin pernah melihat gambar terkenal evolusi manusia dari waktu ke waktu: mulai dari kera bungkuk, makhluk setengah tegak, hingga jadi manusia.
Faktanya, gambar tersebut bisa menyesatkan kita dalam melihat teori evolusi Darwin. Sebab, cara terbaik untuk melihat teori ini sebenarnya: manusia bukan keturunan langsung dari kera, melainkan sepupu atau kerabat dekat simpanse dan kera besar lainnya.
Dilansir IFL Science, dalam Tree of Life (Pohon Kehidupan), cabang manusia telah dipisahkan dari simpanse selama jutaan tahun. Artinya, manusia tidak berevolusi langsung dari simpanse atau kera besar dan monyet yang hidup hari ini.
Sebaliknya, manusia dan simpanse berevolusi dari nenek moyang yang sama yang hidup sekitar 6 hingga 7 juta tahun lalu. Leluhur yang sekarang sudah punah ini perlahan-lahan berevolusi dari waktu ke waktu sebagai respons terhadap tekanan berbeda hingga muncullah dua spesies yang sekarang didefinisikan sebagai Homo sapiens dan kera, termasuk simpanse, gorila, bonobo, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, sisa-sisa fisik leluhur manusia dan kera ini tidak pernah ditemukan. Namun, kita tahu itu ada karena manusia dan simpanse berbagai 98,8 persen DNA mereka. Kedua cabang ini–manusia dan simpanse– lebih seperti cabang pembantu yang keduanya terhubung ke cabang lainnya, termasuk kera besar alias hominid, seperti bonobo, gorila, dan orangutan Sumatera.
Perpecahan antara kera besar dan monyet bahkan bercabang lebih jauh ke belakang, sekitar 25 juta hingga 30 juta tahun lalu. Selama jutaan tahun, nenek moyang manusia, kera, dan monyet yang telah punah yang berada di dasar cabang Pohon Kehidupan berevolusi untuk menciptakan spesies berbeda.
“Tidaklah benar bahwa manusia berasal dari kera dan bahwa kera berasal dari monyet, ini ibarat kamu berasal dari saudaramu dan saudaramu berasal dari sepupumu,” tulis William Eric Meikle dan Eugenie C. Scott dalam makalah tahun 2010 yang diterbitkan dalam jurnal Evolution: Education and Outreach.
ADVERTISEMENT
“(Dengan begitu) Tidak ada yang akan bertanya, 'Jika kamu berevolusi dari sepupumu, mengapa sepupumu masih ada di sini?' Pertanyaan 'kalau manusia berevolusi dari monyet, kenapa masih ada monyet?' sama absurdnya bagi ahli biologi evolusi,” tulis Eric.
Namun, percaya atau tidaknya manusia telah berevolusi selama jutaan tahun, itu akan kembali padamu. Sebab, teori evolusi masih bersifat dugaan yang berpijak pada hasil kajian ilmiah.