Jurnal Ilmiah Hapus Studi yang Klaim Manusia Bangun Situs Gunung Padang

22 Maret 2024 14:16 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Situs Megalitikum Gunung Padang Foto: Instagram @mhusni.maulana
zoom-in-whitePerbesar
Situs Megalitikum Gunung Padang Foto: Instagram @mhusni.maulana
ADVERTISEMENT
The Journal Archaeological Prospection telah menghapus studi kontroversial yang mengeklaim bahwa manusia telah membangun “piramida” raksasa di Indonesia sejak 25.000 tahun lalu. Piramida yang dimaksud adalah Gunung Padang, di Desa Karyamukti, Kabupaten Cianjur.
ADVERTISEMENT
Pada November 2023, studi soal Gunung Padang yang dilakukan oleh Prof. Dr. Danny Hilman Natawidjaja, pakar paleotsunami dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), telah menarik banyak perhatian arkeolog dan media internasional. Studi itu mengklaim bahwa gunung padang merupakan piramida tertua yang dibangun oleh manusia. Namun, sejak penelitian dipublikasikan di jurnal ilmiah, tak sedikit arkeolog yang skeptis pada temuan tersebut.
Dalam studi yang dipimpin oleh Prof. Danny disebutkan bahwa Gunung Padang tidak terbentuk secara alami, tetapi dipahat dengan sangat teliti sehingga membentuk piramida. Konstruksi ini pertama kali dibangun pada 25.000 hingga 14.000 tahun lalu.
Jika ini benar, maka usia piramida Gunung Padang jauh lebih tua dari Piramida Giza di Mesir. Peneliti juga menyebut bahwa Gunung Padang menjadi bukti praktik konstruksi yang canggih sudah ada ketika pertanian belum ditemukan.
Lokasi arkeologi Situs Gunung Padang. Foto: Archaeological Prospection / Natawidjaja
Lokasi arkeologi Situs Gunung Padang. Foto: Archaeological Prospection/Natawidjaja
Klaim lainnya adalah adanya rongga hampa atau ruangan tersembunyi di dalam perut Gunung Padang, dan situs ini tampaknya telah dikubur beberapa kali untuk menyembunyikan identitas asli demi tujuan pelestarian. Klaim ini tentu saja menggemparkan dunia arkeologi, sebab temuan Prof. Danny mengubah sedikit sejarah perkembangan manusia.
ADVERTISEMENT
Keraguan Gunung Padang buatan manusia pernah disampaikan oleh Lutfi Yondri, arkeolog dari BRIN di Bandung. Mengatakan kepada Nature, bukti arkeologi yang ditemukan di sekitar situs menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di wilayah Gunung Padang antara 12.000 hingga 6.000 tahun lalu hidup di dalam gua.
Mereka tidak meninggalkan bukti punya keterampilan memahat batu yang konon dimiliki orang yang tinggal di daerah yang sama ribuan tahun sebelum membangun piramida.
Lantas, bagaimana mungkin orang yang hidup di situs Gunung Padang pada 25.000 hingga 14.000 tahun lalu punya kemampuan memahat batu yang luar biasa, sedangkan mereka yang hidup 12.000 hingga 6.000 tahun lalu tidak memiliki keterampilan tersebut? Inilah yang menjadi pertanyaan besar.
Sementara menurut Flint Dibble, arkeolog di Cardiff University, Inggris, makalah yang ditulis Prof. Danny dan tim pada dasarnya menggunakan data yang sah, tapi membuat simpulan yang keliru. Misalnya, tim menggunakan penanggalan karbon dan mengeklaim bahwa penanggalan tanah organik dari struktur mengungkap beberapa tahap konstruksi sejak ribuan SM, dengan fase awal berasal dari era Palaeolitik.
Lokasi arkeologi Situs Gunung Padang. Foto: Archaeological Prospection / Natawidjaja
Menurut tim, sampel tanah di sekitar gundukan yang mereka anggap sebagai bagian tertua dari konstruksi berasal dari 27.000 tahun lalu. Meski hal ini mungkin benar, para arkeolog mengatakan kepada Nature bahwa sampel tanah ini–seperti pecahan tulang atau arang– tidak menunjukkan tanda-tanda adanya aktivitas manusia. Intinya, tanpa adanya tanda-tanda aktivitas manusia, bukti tersebut tak lebih dari sekadar tanah tua biasa.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran inilah yang membuat studi berjudul "Geoarchaeological Prospecting of Gunung Padang Buried Pre-Historic Pyramid in West Java, Indonesia" yang dimuat di jurnal Archaeological Prospection dicabut.
“Penerbit dan Pemimpin Redaksi telah menyelidiki kekhawatiran ini dan menyimpulkan bahwa studi tersebut mengandung kesalahan besar,” jelas The Journal Archaeological Prospection sebagaimana dikutip IFLScience.
“Kesalahan ini tidak teridentifikasi selama tinjauan sejawat, adalah bahwa penanggalan radiokarbon diterapkan pada sampel tanah yang tidak terkait dengan artefak atau fitur apa pun yang dapat ditafsirkan sebagai antropogenik atau buatan manusia. Oleh karena itu, penafsiran bahwa situs Gunung Padang adalah piramida kuno yang dibangun 9.000 tahun lalu atau lebih tua dari itu adalah tidak benar, dan artikel ini harus ditarik kembali.”
ADVERTISEMENT
Menanggapi pencabutan ini, Prof. Danny mengatakan bahwa keputusan tersebut tidak adil. Menurutnya, sudah sangat jelas Gunung Padang adalah sebuah konstruksi buatan manusia atau fitur arkeologi, bukan formasi geologi alami.
“Lapisan ini disertai dengan banyak artefak kecil yang dapat dibawa, memberikan bukti nyata asal usul antropogeniknya,” tulis Prof. Danny dalam sebuah postingan di akun Facebook-nya.