Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Lebih dari 400 sekolah di Johor, Malaysia, ditutup untuk sementara waktu pada pekan ini. Kebijakan ini dilakukan setelah kondisi polusi udara di negara bagian tersebut menyebabkan puluhan siswa muntah-muntah.
ADVERTISEMENT
Sejak Senin (24/6), menurut pejabat setempat, sudah ada 104 anak di Johor yang dilaporkan jatuh sakit akibat polusi udara. Sebagian besar kasus ini terjadi di distrik Pasir Gudang.
"Departemen akan terus memantau situasi dan membantu sekolah untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan siswa dalam kondisi terbaik," kata Direktur Departemen Pendidikan Johor, Azman Adnan, dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilansir CNN.
Penutupan lebih dari 400 sekolah di Johor ini telah dimulai pada Selasa (25/6) dan diharapkan sudah selesai pada Kamis (27/6) ini.
Kasus adanya ratusan siswa yang jatuh sakit ini muncul hanya beberapa bulan setelah limbah beracun dibuang secara ilegal di sungai setempat. Pada Maret lalu, buangan limbah beracun ini menyebabkan 4.000 orang jatuh sakit dan lebih dari 100 sekolah di sekitarnya harus ditutup untuk sementara waktu.
ADVERTISEMENT
Pihak berwenang mengatakan kedua kasus ini tidak berhubungan. Namun bagaimanapun, para orang tua siswa tetap khawatir dengan terjadinya insiden saat ini yang mirip dan bahkan lebih parah dibanding insiden pada Maret lalu.
"Tidak hanya kesehatan anak-anak kami yang berisiko, tetapi para siswa ini juga menghadapi lebih banyak kemunduran di sekolah dan kelas mereka," kata Azlina Abd Aziz, ibu berusia 44 tahun yang memiliki tiga anak di distrik Pasir Gudang, dikutip dari CNN.
"Kami tidak yakin bahan kimia apa yang mencemari daerah kami, tapi tindakan cepat harus diambil. Denda saja tidak cukup karena ini telah mengganggu banyak masyarakat di Pasir Gudang."
Azlina mengatakan pada awal pekan ini dua dari tiga putrinya harus dijemput pulang dari sekolah karena polusi . "Saya bergegas ke sekolah anak perempuan saya yang berusia 10 tahun dan sangat khawatir terhadapnya karena dia punya asma kronis," katanya.
ADVERTISEMENT