Masker N95 Paling Efektif Lawan Polusi Udara Jakarta, Masker Medis Bagaimana?

15 Agustus 2023 15:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Orang Pakai Masker. Foto: Reuters/Soe Zeya Tun
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Orang Pakai Masker. Foto: Reuters/Soe Zeya Tun
ADVERTISEMENT
Setelah pandemi COVID-19 usai, masker nyatanya masih diperlukan oleh masyarakat yang tinggal di kota besar seperti Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan beberapa kota lain di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Musababnya, partikel kecil berbahaya masih mengancam kesehatan manusia. Partikel itu bukan virus corona, melainkan polusi udara yang juga bisa menggerogoti paru-paru.
Polusi udara di wilayah Jabodetabek memang mengalami peningkatan dalam dua bulan terakhir. Pantauan kumparan per Selasa (15/8) menunjukkan langit Jakarta tampak kelabu dari pagi hingga menjelang siang hari. Menurut KLHK, kabut asap ini berasal dari berbagai sumber, utamanya dari industri dan kendaraan bermotor.
Banyak netizen mulai mengeluh sakit tenggorokan karena paparan polusi udara ini. Beberapa orang bahkan menyebut wajahnya mulai jerawatan gara-gara polusi. Untuk melindungi diri dan mengurangi efek dari paparan polusi udara, masyarakat dianjurkan untuk menggunakan masker.

Jenis masker untuk lindungi diri dari polusi

Menurut Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K)., dokter spesialis paru yang juga guru besar pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), memakai masker saat kondisi polusi tinggi sangat berpengaruh dalam menjaga kesehatan.
Perbandingan efektivitas masker kain, bedah, dan N95. Foto: Dok. IDI
dr. Agus menjelaskan, pada prinsipnya masker tidak bisa memproteksi diri dari paparan gas atau polutan aerosol minyak dengan ukuran di bawah 0,3 mikron. Dia hanya bisa melindungi kita dari partikel di udara seperti PM2.5, PM10, dan partikel lainnya.
ADVERTISEMENT
Masker atau respirator yang paling dianjurkan adalah jenis masker N95. Studi menunjukkan bahwa masker N95 lebih efektif dalam mencegah paparan polusi masuk ke dalam tubuh ketimbang masker bedah dan masker katup.
Masker ini dapat mengurangi 95 persen partikel polusi udara berukuran lebih dari 0,3 mikron. N95 memiliki lebih dari satu lapisan filtrasi. Memiliki katup untuk mengeluarkan udara yang dihembuskan. Hal ini diperlukan untuk mencegah kelembapan terperangkap di dalam masker.
Beberapa masker N95 juga dilengkapi dengan lapisan karbon aktif tambahan. Masker 3M N95, misalnya, memiliki komponen elektrostatik canggih agar pengguna bisa berespirasi dengan lebih mudah.
Lantas, bagaimana dengan masker bedah? dr. Agus bilang, kita masih bisa menggunakan masker bedah karena dampaknya cukup bagus untuk memproteksi diri dari polusi udara. Meski proteksi yang diberikan tidak sebaik N95.
Ilustrasi orang memakai masker N95. Foto: Shutter Stock
“N95 bisa mengurangi partikel paparan polusi udara yang terhirup hingga di bawah ambang batas. Tapi kalau enggak, bisa pakai masker bedah karena masker bedah ini minimal 50 persen efektivitasnya. Kalau masker kain itu enggak bagus, masih banyak yang bisa masuk ke dalam tubuh,” ujar dr. Agus dalam laporan IDI berjudul 'Potensi Penyakit Akibat Polusi Udara' keluaran 2023.
ADVERTISEMENT
Bagaimanapun, kata dr. Agus, menggunakan masker sangat penting dalam kondisi saat ini daripada tidak sama sekali. Sebab, banyak risiko kesehatan yang bisa ditimbulkan jika kita terus terpapar polusi.
Dalam jangka pendek, polusi udara dapat menyebabkan berbagai gejala pada saluran pernapasan dan beberapa organ lain, seperti mata merah dan berair; hidung berair, gatal, mampet, dan tersumbat; sakit tenggorokan dan batuk-batuk; sesak napas hingga batuk berdahak.
Dalam jangka panjang polusi bisa menyebabkan risiko kesehatan berbahaya, seperti penyakit jantung, ISPA, asma, kanker kulit, kanker paru-paru, pneumonia, kelahiran prematur, penyumbatan darah, hingga kematian.