Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kasus positif virus corona pertama telah dikonfirmasi masuk Indonesia pada Senin (2/3) lalu. Dua warga Depok dinyatakan positif terjangkit penyakit COVID-19 yang disebabkan virus corona SARS-CoV-2 usai kontak dengan seorang warga negara Jepang.
ADVERTISEMENT
Dalam dua hari terakhir sejak pengumuman tersebut, analis media sosial dari Drone Emprit and Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, mengungkap jika tren penyebutan kata kunci ‘Sutopo’ di jagat media sosial Twitter meningkat. Sutopo yang dimaksud di sini adalah mendiang Sutopo Purwo Nugroho , yang semasa hidupnya menjabat sebagai Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Sutopo dikenal aktif dan sigap dalam menginformasikan seputar bencana yang terjadi di Indonesia. Namun, sejak Sutopo berpulang pada Juli 2019 lalu, tidak lagi sosok yang aktif mengabarkan informasi terkini soal bencana di Tanah Air.
Menurut Ismail, naiknya tren penyebutan Sutopo di kala mewabahnya virus corona merupakan sinyal dari publik tentang persepsi mereka terhadap bagaimana pemerintah mengelola krisis dalam menghadapi ancaman COVID-19.
ADVERTISEMENT
Hal itu dipaparkan dalam serangkaian utas yang diunggah pada Rabu (4/3). Ismail memaparkan bahwa sesaat setelah pengumuman virus corona terkonfirmasi masuk Indonesia, sejumlah netizen merespons dengan menyebut-nyebut nama mendiang Sutopo di Twitter.
Masih ada sejumlah cuitan bernada sama yang juga menyampaikan kerinduan kepada almarhum Pak Sutopo, termasuk aktivis Ananda Badudu. Ia merespons cuitan @risyiana dengan kalimat “Kita semua kangen alm Sutopo”.
Pemilik akun @risyana mengaku, ungkapan rasa kangennya ditujukan untuk mengomentari crisis management speech dari Menteri Kesehatan Terawan. Menurutnya, mendiang Pak Sutopo sangat baik dalam penyampaian krisis dengan cara yang selalu runut dan jelas.
“Yang disayangkan oleh publik adalah 'crisis management speech' dari pak Menteri Terawan. Apa yang disampaikan oleh beliau benar, namun cara penyampaiannya yang kurang bisa meyakinkan publik,” tulis Ismail Fahmi, dalam cuitannya pada Rabu (4/3).
ADVERTISEMENT
Saat dikonfirmasi mengenai unggahannya tersebut, Ismail mengatakan kenaikan grafik penyebutan ‘Sutopo’ dalam kurun waktu 2-4 Maret menandakan memang bahwa ada ketidakpuasan dengan cara komunikasi pemerintah dalam menyampaikan situasi COVID-19 di Tanah Air.
“Bahwa itu, ada ketidakpuasan dengan cara komunikasinya,” ujar Ismail, saat dihubungi kumparanSAINS, Jumat (6/3).
“Mereka mengharapkan ada sesuatu yang clear, yang jelas dari pemerintah, itu kan udah lewat. Itu kan diterusin ada analisis berikutnya, tentang juru bicara yang baru kan. Nah juru bicara yang baru ini kan bagus gitu. Mengapresiasi karena clear, jelas penyampaiannya,” lanjut Ismail.
Adapun analisis lanjutan yang dimaksud adalah mengenai jubir yang ditunjuk Presiden Jokowi untuk penanganan virus corona SARS-CoV-2 di Indonesia, yakni Achmad Yurianto, Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan.
ADVERTISEMENT
Tren penyebutan ‘Achmad Yurianto’ juga naik pada 3 Maret, di hari penunjukannya sebagai juru bicara penanganan COVID-19. Awal percakapan mengenai Achmad Yurianto tinggi di media online, baru kemudian merembet ke Twitter.
Respons netizen disebut sangat positif. Beberapa di antaranya menyuarakan dukungan atas penunjukkan Achmad Yurianto sebagai jubir penanganan COVID-19 , dan meminta pejabat lain tidak berkomentar.
Kendati begitu, seperti yang dapat dilihat pada grafik, kenaikan tersebut, penyebutan nama Achmad yang semula tinggi di media online juga tak lepas dari kritikan. Ismail menyebut, tren ini menunjukkan publik baru tahu mengenai kabar penunjukan Achmad melalui media online.
“Dan karena belum/tidak ada akun media sosial dari Pak Achmad Yurianto, akan ada delay komunikasi,” tulis Ismail, dalam unggahan Twitter-nya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa hal tersebut berbeda dengan Malaysia, di mana Dzulkefly Ahmad selaku pejabat Kementerian Kesehatan Malaysia termasuk aktif di Twitter lewat akun @DrDzul. Akun representasi jubir di media sosial ini sangat penting sebagai jembatan komunikasi antara pemerintah dan rakyat yang bisa dijangkau hampir semua orang.
“Analisis singkat ini semoga bermanfaat sebagai masukan bagi @KemenkesRI dan jajaran kesehatan. Goal kita, agar publik mendapat informasi yang valid, akurat dari sumber yang terpercaya,” pungkas Ismail, menutup utasnya.