Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
“Merokok itu merusak sel dinding di sepanjang saluran napas. Ini akan memudahkan terjadi infeksi,” kata dr. Achmad Yurianto, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan sekaligus Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Kasus Corona.
Hal serupa juga diutarakan dokter spesialis paru dr. Jaka Pradipta Sp.P. Ia menyatakan, merokok akan memperberat gejala corona, sehingga meningkatkan risiko kematian bila perokok tersebut terinfeksi corona.
Lewat akun Twitter-nya, dokter Jaka membeberkan fakta yang termuat dalam laman Tobacco Induced Diseases bahwa 16,9 persen pasien corona bergejala berat dan 25,5 persen yang masuk ICU serta meninggal di China, adalah perokok .
Perokok mempunyai risiko 1,4 kali lipat mendapat gejala lebih berat, dan 2,4 kali lipat masuk ruang ICU serta meninggal dunia jika dibandingkan dengan yang tidak merokok.
Jaka menjelaskan, asap rokok, termasuk dari rokok elektrik atau vape, bisa merusak silia—semacam bulu-bulu halus di dalam paru-paru yang berfungsi untuk menangkap dan membawa mikroorganisme dan debu di saluran pernapasan.
Debu, kotoran, dan kuman akan dibawa silia dalam bentuk dahak ke arah atas untuk kemudian dikeluarkan (lewat batuk) atau ditelan ke dalam lambung.
Jika seorang perokok terus merokok, asapnya akan mengiritasi saluran napas dan merusak silia sehingga ia jadi sulit mengeluarkan dahak. Akibatnya, perlindungan tubuhnya berkurang.
Jadi, apa yang harus dilakukan perokok untuk meminimalisasi risiko terkena corona ?
“Stop merokok,” kata Jaka.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )
****