Polusi Udara Dikaitkan dengan Risiko Kemandulan pada Pria

7 September 2024 16:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deretan gedung bertingkat yang tertutup polusi di Jakarta, Jumat (21/6/2024). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Deretan gedung bertingkat yang tertutup polusi di Jakarta, Jumat (21/6/2024). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Sebuah studi oleh para peneliti Denmark yang diterbitkan di jurnal medis The BMJ pada 4 September 2024, mengungkap hubungan yang mengkhawatirkan antara paparan jangka panjang polusi udara partikulat halus PM2.5 dengan risiko kemandulan yang lebih tinggi pada pria.
ADVERTISEMENT
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa kebisingan lalu lintas jalan raya dikaitkan dengan risiko kemandulan yang lebih tinggi pada wanita berusia di atas 35 tahun.
Temuan ini, jika didukung oleh penelitian berikutnya di masa mendatang, dapat memainkan peran penting dalam membentuk peraturan untuk mengurangi dampak kebisingan dan polusi udara pada masyarakat umum.
Studi ini dengan cermat memilih peserta yang secara aktif berusaha untuk hamil, sehingga mereka lebih mungkin berisiko mengalami infertilitas. Respondennya total ada 526.056 pria dan 377.850 wanita usia 30-45 tahun, memiliki kurang dari dua anak, hidup bersama atau menikah, dan tinggal di Denmark antara tahun 2000 dan 2017. Mereka yang telah didiagnosis infertilitas dan individu yang telah menjalani prosedur pencegahan kehamilan tidak diikutsertakan dalam studi ini.
ADVERTISEMENT
Para peneliti juga menghitung rata-rata tahunan konsentrasi PM2.5 dan tingkat kebisingan lalu lintas jalan di tempat tinggal masing-masing peserta dari tahun 1995 hingga 2017 dan mencatat diagnosis infertilitas dari daftar pasien nasional.
Studi tersebut menemukan bahwa 16.172 pria dan 22.672 wanita didiagnosis infertilitas selama periode tindak lanjut 18 tahun, dengan durasi rata-rata lebih dari empat tahun.
Setelah memperhitungkan berbagai faktor yang berpengaruh seperti pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan, ditemukan bahwa paparan PM2.5 dalam kadar yang lebih tinggi selama lima tahun menyebabkan peningkatan risiko infertilitas sebesar 24 persen pada pria berusia 30-45 tahun. Menariknya, PM2.5 tidak dikaitkan dengan infertilitas pada wanita.
Pemandangan Kopenhagen di Denmark. Foto: Kedardome/Shutterstock

Pengaruh Kebisingan Lalu Lintas pada Kemandulan

Demikian pula, peningkatan rata-rata kebisingan lalu lintas jalan raya sebesar 10,2 desibel selama lima tahun dikaitkan dengan risiko infertilitas sebesar 14 persen lebih tinggi pada wanita berusia di atas 35 tahun.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini tidak ada hubungan antara kebisingan dan infertilitas pada wanita berusia 30-35 tahun.
Pada pria, kebisingan lalu lintas jalan ditemukan terkait dengan risiko infertilitas yang sedikit lebih tinggi pada kelompok usia 37-45 tahun, tetapi tidak pada mereka yang berusia 30-37 tahun.
Studi tersebut menemukan bahwa risiko infertilitas akibat kebisingan pada wanita dan infertilitas akibat PM2.5 pada pria secara konsisten lebih tinggi di berbagai lingkungan tempat tinggal dan status sosial ekonomi. Meskipun ini adalah studi observasional dan tidak dapat membuktikan hubungan sebab akibat, ukuran sampel yang besar dan penggunaan data kesehatan dan tempat tinggal yang andal, beserta model yang tervalidasi untuk menilai tingkat polusi dan kebisingan, menjadikan temuan ini signifikan.
ADVERTISEMENT
Penting dicatat bahwa penelitian ini tidak memiliki informasi tentang faktor gaya hidup dan paparan kebisingan serta polusi udara di tempat kerja dan selama kegiatan rekreasi, dan pasangan yang tidak berusaha untuk hamil mungkin juga diikutsertakan. Meskipun ada keterbatasan ini, para peneliti mampu memperhitungkan berbagai faktor sosial dan ekonomi yang penting.
Jurnal ini terbit di The BMJ pada 4 September 2024, bertajuk "Long term exposure to road traffic noise and air pollution and risk of infertility in men and women: nationwide Danish cohort study."
Selama ini telah banyak penelitian telah mengungkap hubungan yang mengkhawatirkan antara polusi udara partikulat dan kualitas sperma, serta keberhasilan perawatan kesuburan. Namun, dampaknya terhadap kemungkinan pembuahan, yang dikenal sebagai kesuburan, masih belum konsisten.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini masih sedikit penelitian yang menyelidiki dampak kebisingan transportasi terhadap infertilitas pada pria dan wanita.