Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tingkat kanker di seluruh dunia terus meningkat dengan 18,1 juta kasus kanker baru dan 9,6 juta kematian akibat kanker pada 2018. Di Eropa, kanker payudara dan kanker prostat mendominasi masalah kesehatan dengan masing-masing 13,5 persen dan 12,6 persen kasus baru terdiagnosis. Hal serupa juga terjadi di Spanyol, dengan 32.536 kasus kanker payudara baru dan 34.394 kasus kanker prostat pada 2019.
Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Kanker prostat berada di urutan kelima sebagai jenis kanker yang paling umum terjadi pada pria di Indonesia. Menurut data International Agency for Research on Cancer dari World Health Organization, tercatat ada 13.563 kasus baru kanker prostat sepanjang 2020 lalu. pada tahun 2020.
Kanker yang menyerang kelenjar prostat sebagai penghasil cairan mani ini umumnya menyerang pria berusia 60 tahun ke atas. Beberapa faktor risiko kanker yang terkait dengan hormon ini berkaitan dengan gaya hidup, seperti pola makan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, obesitas, konsumsi alkohol, polusi, dan kurangnya aktivitas fisik.
Selain itu, ada penelitian terbaru yang ternyata menemukan adanya kaitan erat antara Bisfenol A (BPA) dengan risiko kanker prostat. Kesimpulan ini ditarik dari sebuah penelitian terbaru di Spanyol yang mendalami potensi hubungan antara kadar BPA dan risiko terjadinya kanker prostat.
Metode penelitian ini melibatkan empat pusat sub-kohort (grup dengan karakteristik yang sama) dari European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition/EPIC-Spanyol. Penelitian ini juga memakan waktu pemantauan rata-rata 16,9 tahun, dan diikuti oleh 4.812 partisipan yang terdiri dari 547 orang dengan kasus kanker payudara, 575 orang penderita kanker prostat, serta 3.690 peserta sub-kohort.
“Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan, terjadi peningkatan risiko kanker prostat yang lebih tinggi dengan peningkatan kadar BPA dalam serum. Namun kami masih perlu melakukan investigasi lebih lanjut untuk lebih memahami pengaruh BPA terhadap risiko kanker prostat,” papar tim peneliti, seperti dikutip dari jurnal Environmental Health.
“Dalam hal ini, Bisphenol A (BPA) dianggap sebagai zat pengganggu endokrin,” tambah tim tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam publikasi hasil penelitian yang berjudul Bisphenol-A exposure and risk of breast and prostate cancer in the Spanish European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition Study (2021).
Ancaman BPA meningkatkan risiko gangguan kesehatan manusia
BPA diproduksi secara luas untuk pembuatan plastik polisulfon dan polikarbonat, polimer dan resin epoksi, serta kertas termal. Ini adalah salah satu bahan kimia dengan volume produksi tertinggi di dunia hingga 5 juta ton/per tahun secara global.
Oleh karena itu, keberadaannya dianggap merata di lingkungan dan paparan terhadap manusia terjadi terus-menerus. Akibatnya, saat ini BPA telah terdeteksi dalam urin hampir 90 persen orang dewasa dan anak-anak, serta dalam serum populasi umum, wanita hamil, plasenta, ASI, hingga cairan ketuban pada wanita hamil.
Manusia terpapar BPA melalui beberapa jalur, di antaranya; makanan (melalui mulut); pekerjaan (inhalasi); dan kontak dengan bahan, jenis plastik, dan alat medis (melalui kulit).
“Namun, jalur utama paparan BPA adalah melalui makanan, karena banyak kemasan makanan seperti kaleng, kotak plastik, dan lain-lain yang mengandung BPA, dan bahan ini dapat bermigrasi ke dalam makanan,” jelas tim peneliti.
Saat ini, penelitian lain pun terus berlangsung untuk menyelidiki kaitan antara paparan BPA dan kanker prostat. Salah satunya, penelitian terbaru pada 2023 yang menganalisis paparan konsentrasi rendah Bisfenol A, S, dan F pada sel kanker prostat.
Penelitian yang dipublikasikan di International Journal of Molecular Sciences dengan judul Transcriptome-Wide Analysis of Low-Concentration Exposure to Bisphenol A, S, and F in Prostate Cancer Cells ini menemukan bahwa paparan BPA dapat meningkatkan kanker prostat. Hasilnya menunjukkan bahwa efek paparan Bisphenol A pada kanker prostat dimediasi oleh jalur sinyal reseptor androgen.
Senada dengan penelitian dua penelitian di atas, beberapa waktu lalu, pakar kesehatan mаѕуаrаkаt dаrі Fаkultаѕ Kеѕеhаtаn Mаѕуаrаkаt Unіvеrѕіtаѕ Sumatera Utara (USU) Dr. Ir. Evi Mutia, M. Kеѕ., juga menyebutkan kаndungаn BPA dalam plastik tak hanya dapat mеmісu gangguan reproduksi, tapi juga gangguan kanker prostat pada pria.
“Dаmраk negatif BPA bіѕа mengganggu ѕіѕtеm reproduksi раdа рrіа maupun wаnіtа, mеmеngаruhі fеrtіlіtаѕ hingga bеrіѕіkо tеrhаdар kanker prostat раdа рrіа,” kata Evі dalam acara bertajuk Uрауа Perlindungan Kеѕеhаtаn Mаѕуаrаkаt Melalui Rеgulаѕі Pеlаbеlаn Bіѕfеnоl A (BPA) раdа AMDK уаng dіgеlаr USU bеrѕаmа Bаlаі Bеѕаr Pеngаwаѕаn Obаt dаn Mаkаnаn (BPOM) Mеdаn.
"Pаrа реnеlіtі dаn раkаr іntеrnаѕіоnаl mеngіngаtkаn bаhwа rіѕіkо kesehatan уаng dіtіmbulkаn оlеh рараrаn BPA сukuр bаnуаk. Sehingga реrlu kеѕеrіuѕаn mеngаtаѕіnуа," kаtа реngаjаr Fаkultаѕ Kеѕеhаtаn Mаѕуаrаkаt Unіvеrѕіtаѕ Sumatera Utara (USU) іnі.
Dilansir dari laman Info Sehat Fakultas Kedokteran UI, Prof. Dr. dr. Soehartati Argadikosoema Gondhowiardjo, pun mengatakan bahwa sebelumnya kanker prostat kebanyakan terjadi pada pria usia 60 tahun ke atas. Namun beberapa waktu belakangan, telah terjadi peningkatan terhadap kasus kanker prostat yang terjadi lebih cepat pada pria usia 15–40 tahun.
Sayangnya, terlepas dari tingginya angka kasus kanker prostat pada pria di Indonesia, 70 persen pria yang terdiagnosis dengan kanker prostat baru mencari pengobatan medis ketika sudah mencapai tahap lanjutan. Hal ini dikarenakan kanker prostat tidak menunjukkan gejala-gejala awal yang khas, sehingga sering kali terdeteksi pada stadium yang lebih lanjut.
Oleh karena itu, pemeriksaan dini kanker prostat sangatlah penting dilakukan. Adapun deteksi dini kanker prostat dapat dilakukan saat pria memasuki usia 40 tahun. Pemeriksaan ini meliputi tanya jawab, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.