Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kabar pernikahan sedarah yang diduga dilakukan Ansar Bin Mustamin (32), warga asal Dusun Lembang, Desa Salemba, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, dengan perempuan yang merupakan adik kandungnya sendiri telah membuat heboh. Banyak orang menganggap apa yang kakak-beradik itu lakukan adalah hal yang tidak pantas dan terlarang. Lantas, kenapa pernikahan sedarah itu ditentang oleh begitu banyak orang dan dilarang di hampir setiap negara?
ADVERTISEMENT
Inses atau pernikahan sedarah merupakan perkawinan yang dilakukan oleh dua orang yang masih terikat erat secara genetik atau memiliki ikatan keluarga. Praktik inses sebenarnya pernah dilakukan oleh para bangsawan zaman dulu untuk mempertahankan takhta sekaligus melindungi aset kerajaan. National Geographic mencatat, praktis inses ini antara lain pernah dilakukan oleh para bangsawan di peradaban Mesir Kuno dan Inca Peru.
Namun kini, perkawinan antara dua saudara kandung atau antara orang tua dan anak adalah hal yang dianggap tabu di hampir semua negara dan kebudayaan di dunia, dan bahkan dianggap sebagai sesuatu yang menjijikkan. Psikolog Jonathan Haidt, sebagaimana dilansir Psychology Today, menemukan bahwa hampir setiap orang di dunia saat ini menolak keras prospek hubungan seksual antara kakak dan adik, bahkan dalam situasi yang memungkinkan tidak terjadi kehamilan.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya mengapa manusia menghindari perkawinan sedarah? Adakah dampak tertentu yang bisa ditimbulkan dari pernikahan sedarah?
Perkawinan sedarah dianggap bisa menimbulkan masalah besar, terutama adanya kemungkinan yang sangat tinggi bahwa anak dari hasil hubungan inses akan dilahirkan dalam kondisi cacat lahir yang serius.
Menurut psikolog evolusi dari University of Hawaii, Debra Lieberman, perkawinan sedarah dinilai bisa meningkatkan kemungkinan seseorang mendapatkan dua gen “jahat” yang merugikan. Pernikahan antara “kerabat yang dekat secara genetik menimbulkan risiko memiliki keturunan yang memiliki peluang lebih kecil untuk bertahan hidup," kata Lieberman, sebagaimana dikutip dari Live Science.
Untuk memahaminya, perlu diketahui lebih dulu bahwa setiap orang memiliki dua set 23 kromosom dengan total 46. Satu set 23 kromosom berasal dari ayah, sementara yang lainnya berasal dari ibu.
ADVERTISEMENT
"Katakanlah Anda mendapatkan gen buruk, yang oleh para ilmuwan disebut merusak, dari ibumu. Tapi salinan ayahmu dari gen yang sama berfungsi secara normal," kata Lieberman. "Versi yang baik bertindak seperti cadangan, secara efektif mencegah penyakit yang mungkin disebabkan oleh gen jahat."
Tapi, pernikahan sedarah atau inses bakal meningkatkan secara drastis kemungkinan seseorang akan mendapatkan dua salinan gen yang rusak. “Inses memungkinkan seseorang akan memiliki salinan gen jahat. Jadi ada kemungkinan orang itu tidak akan mendapatkan salinan normal untuk mencegah penyakit yang mungkin disebabkan oleh gen jahat,” ujar Lieberman.
Psychology Today melansir, sebuah studi yang meneliti anak-anak hasil hubungan inses di Cekoslowakia menunjukkan bahwa hanya kurang dari setengah anak-anak hasil inses itu yang benar-benar sehat. Sebanyak 42 persen dari mereka dilahirkan dengan cacat lahir yang parah atau menderita kematian dini, dan 11 persen lainnya mengalami gangguan mental.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, anak-anak yang dihasilkan dari pernikahan sedarah atau inses memiliki risiko kelainan resesif autosom, kelainan fisik bawaan, atau penurunan fungsi intelektual yang parah. Kemungkinan timbulnya kelainan fisik dan mental ini akan semakin meningkat jika dari keturunan selanjutnya jika anak-anak yang merupakan hasil inses juga melakukan perkawinan sedarah.