Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sekolah Ini Dibangun di Atas Eks Kuburan Berisi Tulang Belulang dan Peti Mati
18 Desember 2024 17:09 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Bukan rahasia lagi bahwa Sekolah Hutchins (sekolah anak laki-laki bergengsi di pinggiran kota Hobart di Sandy Bay, Australia) dibangun di atas eks lokasi pemakaman tua Queenborough. Dulu, lahan pemakaman ini dikosongkan untuk pembangunan sekolah.
ADVERTISEMENT
Pemakaman atau kuburan Queensborough dioperasikan oleh perusahaan swasta dari tahun 1873 hingga 1917. Dewan Kota Hobart mengambil alih lahan itu untuk pembangunan. Namun siapa sangka, masih banyak tulang belulang manusia dan peti mati yang banyak tertinggal.
Alih fungsi lahan merupakan bagian dari kesepakatan penjualan dan pertukaran tanah. Salah satu poin kesepakatan di antaranya memindahkan 1.900 jenazah. Usut punya usut, ternyata selama enam dekade beroperasi, pemakaman itu telah diisi sekitar 9.000 hingga 13.000 jenazah.
Ini artinya masih banyak jenazah yang tertinggal bahkan saat sekolah tersebut saat ini sudah berdiri. Area paling banyak jasad ada di lapangan hoki dan sepak bola.
"Kalau dipikir-pikir lagi, rasanya aneh kalau kami dibilang terkejut atau dikejutkan, tapi saat itu, begitulah yang kami rasakan," ujar salah satu anggota dewan sekolah dan administrasi Sekolah Hutchins, McEwan dilansir ABC.
ADVERTISEMENT
"Kami tidak memiliki pemahaman terperinci tentang di mana penggalian itu dilakukan atau apa yang ada di bawah permukaan."
Singkat cerita, sekolah menghubungi para arkeolog dan tim penggali untuk memindahkan jasad, sekaligus mencari tahu berapa jumlah jenazah yang tertinggal.
Arkeolog sejarah Brad Williams mengakui bahwa fakta sejarah tak mencatat rinci berapa banyak jenazah yang digali pada tahun 1960-an. Di arsip negara, ada banyak berkas penuh dokumen dan korespondensi (sebagian robek, sebagian ditulis tangan) yang berkaitan dengan penggalian tersebut.
William lalu mengumpulkan tim arkeolog, mahasiswa arkeologi, dan kontraktor untuk menggali sisa-sisa jenazah dan mengidentifikasi sebanyak mungkin di antaranya.
Mereka bekerja baris demi baris, ekskavator mekanis akan mengeruk tanah hingga para arkeolog hanya dapat melihat tutup peti mati, dan kemudian mereka akan mengambil alih pekerjaan tersebut dengan peralatan tangan.
ADVERTISEMENT
"Yang tidak kami duga adalah banyaknya tumpukan (di satu liang kubur). Di sana kami temukan terkadang terdiri dari satu hingga enam orang," kata Tn. Williams.
Kerja keras William dan tim berhasil mengidentifikasi hingga 2.000 mayat. Mereka harus bekerja keras untuk mencari tahu identitas jenazah ini sebenarnya termasuk skandal penggalian kubur di awal abad ke-20 yang sarat dengan kontroversi.
Sejarah mencatat, pada tahun 1898, ada sejumlah keluhan tentang kondisi Pemakaman Queenborough yang bobrok. Kondisi ini berlangsung setidaknya hingga tahun 1911 hingga pembangunan Sekolah Hutchins dilaksanakan.
Satu laporan mencatat pernah ada seorang pria bernama Hobart hendak dimakamkan di tanah milik keluarga, tetapi "ketika diketahui bahwa kuburan itu sudah penuh, agar peti jenazah dapat ditempatkan di dalamnya, peti jenazah lain dikeluarkan dan disembunyikan".
ADVERTISEMENT
Laporan itu selanjutnya menjelaskan bahwa peti mati yang lebih tua kemudian dimasukkan kembali ke dalam kuburan, tetapi "terlalu dekat dengan permukaan", sehingga menimbulkan "bau yang tidak sedap".
Pengurus jenazah tersebut kemudian "diam-diam" memindahkan dua peti mati tersebut ke pemakaman Cornelian Bay, suatu tindakan yang kemudian membuatnya didenda.
Setelah sembilan bulan kerja yang teliti, para arkeolog telah mengidentifikasi lebih dari 1.700 orang dan merilis daftar nama mereka ke publik. Ini menjadi sebuah momen yang sangat memuaskan bagi tim yang mengerjakan proyek tersebut.
Sisa-sisa jenazah Hutchins yang digali akan dimakamkan kembali di pemakaman Cornelian Bay di dekatnya, dengan upacara peringatan akan dilaksanakan awal tahun depan.
Proses identifikasi sisa jenazah yang tersisa masih terus diupayakan. William, tim penggali hingga pihak sekolah setidaknya mengetahui bahwa area lapangan yang selama ini dipakai kegiatan belajar dan mengajar memiliki sejarah yang cukup kelam dalam hal pemakaman jenazah manusia.
ADVERTISEMENT