Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pekan ini, publik dihebohkan dengan bahaya bakteri Listeria monocytogenes. Kehebohan tersebut muncul setelah Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan (PPKKP), Kementerian Pertanian Indonesia, mengumumkan pemusnahan bahan olahan makanan asal Korea Selatan, jamur enoki, pada Rabu (25/6).
ADVERTISEMENT
Menurut PPKKP, langkah yang mereka ambil didasari atas laporan dari sejumlah negara yang memaparkan bahaya dari bakteri tersebut. PPKKP pun menjelaskan, mereka juga menemukan bahwa jamur enoki terbukti mengandung Listeria, sehingga beberapa stok jamur enoki yang masih tersisa di Indonesia harus dimusnahkan.
“Dua hari yang lalu kami telah memusnahkan jamur enoki. Karena beberapa negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan sejumlah negara lain, telah menginfokan bahwa jamur enoki itu mengandung Listeria dan telah memakan beberapa korban di negara-negara tersebut,” ujar Ir. Yasid Taufik MM, Kepala PPKKP, Rabu (25/6).
Listeria monocytogenes sendiri adalah bakteri yang biasanya ditemukan dalam bahan makanan. Bakteri ini juga bisa ditemukan di air, tanah, dan feses.
Manusia bisa terinfeksi Listeria saat mereka mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi bakteri tersebut. Infeksi dari bakteri Listeria kemudian menjadi penyakit yang disebut Listeriosis.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar orang yang terinfeksi bakteri Listeria tidak menyadarinya. Kamu bisa melihat gejala Listeriosis melalui artikel di bawah ini.
Menurut catatan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat, bakteri Listeria sebenarnya bisa mengkontaminasi berbagai bahan makanan. Saat wabah Listeriosis pada 1990-an, misalnya, Listeria diketahui mengontaminasi irisan potongan daging untuk sandwich (deli meats) dan hot dog.
Para peneliti saat ini juga menemukan bahwa wabah Listeria juga terkait dengan produk dan olahan susu, menurut CDC. Penyelidikan terbaru melacak bahwa Listeria bisa berada di keju lunak, seledri, kecambah, blewah, dan es krim.
1. Susu mentah
Seperti yang disebutkan sebelumnya, produk dan olahan susu jadi tempat potensial bagi kontaminasi bakteri Listeria. Meski demikian, susu yang dimaksud tentu bukan semua susu.
ADVERTISEMENT
Menurut CDC jenis susu yang paling mungkin mengandung Listeria adalah susu mentah (raw milk). Susu mentah sendiri adalah susu dari hewan apa pun yang belum dipasteurisasi untuk membunuh bakteri berbahaya di dalamnya.
Pasteurisasi itu merupakan proses pemanasan makanan dengan tujuan membunuh organisme merugikan, seperti protozoa atau bakteri. Nah, susu mentah, atau susu yang belum disterilkan, dapat membawa berbagai bakteri berbahaya, termasuk Listeria, dan kuman lain yang dapat membuat kamu sakit hingga meninggal.
Menurut CDC, potensi keberadaan Listeria dan bakteri lain juga dapat ditemukan pada olahan susu mentah. Olahan dari susu mentah pun bisa dibuat menjadi berbagai produk, seperti keju lunak, es krim, dan yogurt.
Oleh karena itu, pastikan bahwa produk olahan susu apa pun yang kamu konsumsi dihasilkan dari susu yang dipasteurisasi.
ADVERTISEMENT
CDC merekomendasikan semua orang, terutama orang-orang yang berisiko lebih tinggi seperti bayi, anak kecil, wanita hamil, orang lanjut usia, dan orang dengan kekebalan yang melemah untuk hanya mengkonsumsi susu pasteurisasi dan produk olahan dari susu tersebut.
Untuk mengetahui apakah susu dan produk olahan susu dihasilkan dari susu yang dipasteurisasi, kamu bisa menemukan keterangan "pasteurisasi" pada produk yang kamu beli. CDC juga menganjurkan agar kamu menyimpan susu dan produk olahan susu dalam lemari es pada suhu kurang dari 4,4 derajat Celsius.
2. Kecambah mentah
Kecambah adalah bahan makanan berikutnya yang ideal untuk pertumbuhan bakteri Listeria, serta berbagai bakteri lain seperti Salmonella dan E. coli. Sebab, kecambah tumbuh di kondisi hangat dan lembab, yang mendukung bakteri untuk berkembang.
Kecambah itu sendiri punya jenis yang bermacam-macam, seperti kecambah alfalfa, semanggi, lobak, dan kacang hijau.
ADVERTISEMENT
Tapi, itu bukan berarti kamu tidak boleh makan kecambah. Berdasarkan anjuran CDC, kecambah yang dimasak hingga matang bisa membunuh Listeria dan berbagai bakteri merugikan lainnya.
Oleh karena itu, pastikan kecambah apa pun yang akan kamu konsumsi telah dimasak hingga matang. Kalau kamu mau makan di luar, minta agar makanan kamu dimasak hingga matang. Kalau kamu tetap tidak yakin makanan itu matang atau tidak, ya jangan makan.
Adapun untuk orang yang berisiko lebih tinggi, seperti perempuan hamil, orang lanjut usia, dan orang dengan kekebalan yang lemah, CDC menganjurkan agar mereka tidak makan kecambah mentah atau yang dimasak kurang matang.
CDC mengingatkan, membilas kecambah tidak akan menghilangkan bakteri di dalamnya. Kecambah yang ditanam di rumah juga bisa membuat kamu sakit jika kamu memakannya mentah atau dimasak ringan.
ADVERTISEMENT
3. Daging dan ikan olahan
Daging dan ikan olahan juga berpotensi tinggi mengandung Listeria. Untuk kedua bahan makanan ini, ada beberapa catatan penting dari CDC.
CDC menganjurkan agar orang yang berisiko tinggi untuk menghindari makan hot dog, daging makan siang, dan daging olahan lain kecuali jika dipanaskan sampai suhu internal 73,9 derajat Celsius atau sampai mengepul panas sebelum disajikan.
Selain itu, CDC juga menganjurkan agar kita sebisa mungkin menghindari paparan jus atau cairan daging olahan masuk ke makanan lain, peralatan, dan permukaan persiapan makanan. Kita juga perlu mencuci tangan setelah memegang hot dog, irisan daging, dan daging olahan lain serta menyimpan produk tersebut dengan aman di lemari es.
Adapun untuk produk ikan kalengan, pastikan bahwa produk tersebut punya keterangan bisa disimpan di suhu ruangan. Menurut CDC, orang yang berisiko tinggi boleh makan produk ikan kalengan hanya jika produk tersebut memiliki keterangan bisa disimpan di suhu ruangan atau telah dimasak.
ADVERTISEMENT
4. Melon
Bahan makanan terakhir yang berpotensi terpapar Listeria adalah melon. Tapi, kamu bisa tetap makan melon dengan aman, menurut CDC, selama mengikuti beberapa anjuran berikut.
Pertama, potong melon sebelum dimasukkan ke lemari es. Pastikan kamu menyimpannya di lemari es yang bersuhu kurang dari 5 derajat Celsius. Buang melon di lemari es jika telah disimpan selama 7 hari. Untuk penyimpanan di suhu ruangan, kamu perlu membuang potongan melon tersebut jika telah didiamkan selama 4 jam.