Sungai di Amerika Utara Tercemar Obat Antidepresan - Analgesik, Ancam Ekosistem

8 Februari 2024 10:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sungai St. Lawrence di Amerika Utara. Foto: Pascal Guay/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sungai St. Lawrence di Amerika Utara. Foto: Pascal Guay/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Studi yang terbit di jurnal Science of the Total Environment menemukan air di Sungai St. Lawrence mengalir membawa antidepresan, simulants, analgesik, dan banyak jenis obat lainnya. Ini bisa menjadi kabar buruk buat ekosistem yang hidup di sana.
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan mempelajari pencemaran air di sungai St. Lawrence, Amerika Utara. Mereka menyimpulkan beberapa senyawa berbahaya yang terkandung di dalamnya dapat menyebabkan ancaman bagi organisme akuatik yang hidup di lingkungan tersebut.
Seluruh sistem Sungai St. Lawrence memiliki panjang 3.058 kilometer, dimulai dari Danau Ontario di Kanada melintas ke Quebec dan negara bagian New York di AS. Tim peneliti Université de Montréal mengumpulkan lebih dari 400 sampel air di sepanjang 700 kilometer sungai St. Lawrence antara tahun 2017 dan 2021 untuk penelitiannya.
Hasil riset menunjukkan zat yang paling banyak terdeteksi adalah caffeine, diclofenac (obat penghilang rasa sakit antiinflamasi), dan venlafaxine (antidepresan). Carbamazepine (obat epilepsi) dan acebutolol (obat hipertensi dan aritmia) juga terdeteksi dalam sampel air tersebut. Mereka juga menemukan tingkat obat kemoterapi dan antibiotik dengan kandungan yang lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Tim khawatir dengan konsentrasi empat senyawa caffeine, carbamazepine, diclofenac, dan ibuprofen yang cukup tinggi bisa berdampak pada pertumbuhan serta reproduksi hewan yang hidup di sungai tersebut.
Sungai St. Lawrence di Amerika Utara. Foto: Arne Beruldsen/Shutterstock
“Beberapa konsentrasi melebihi ambang batas toksisitas untuk paparan jangka panjang pada kehidupan akuatik, namun untuk sebagian besar senyawa farmasi, saat ini tidak ada standar lingkungan Kanada,” ujar Marc-Antoine Vaudreuil, penulis utama studi dan mahasiswa doktoral di Université de Montréal, dikutip dari IFLScience.
“Kecuali carbamazepine, sebagian besar senyawa tersebut tidak menyebabkan bahaya langsung, karena terdegradasi dengan cukup cepat. Namun, paparan kronis tampaknya bisa menjadi sangat beracun, terutama bagi organisme dalam tahap awal pertumbuhan, seperti ikan yang baru menetas,” tambahnya.
Banyak dari obat-obatan tersebut masuk ke sungai melalui air limbah yang keluar dari urine manusia. Para peneliti sebelumnya menemukan bagaimana sungai-sungai di dekat festival musik outdoor dipenuhi zat seperti MDMA dan kokain akibat penggunaan narkoba dan buang air kecil di sembarangan.
ADVERTISEMENT
Beberapa senyawa di St. Lawrence kemungkinan besar masuk ke sistem air karena sanitasi yang buruk. Dalam studi baru ini, konsentrasi obat-obatan paling tinggi ditemukan di wilayah hilir Montreal, kota terbesar di provinsi Québec, Kanada, dengan populasi cukup besar. Kontaminasi dari kota meluas hingga Lac Saint-Pierre, sekitar 70 kilometer dari hilir.
“Sungguh menakjubkan masih ada jejak yang ditemukan sejauh ini dari Montreal,” kata Marc-Antoine Vaudreuil.
Kabar baiknya, Montreal berencana akan menambah teknologi ozonasi ke fasilitas pengolahan air limbah, yang akan menghilangkan sekitar 80 persen obat-obatan. Namun, masalah ini tidak hanya terjadi pada satu sungai di Amerika Utara saja. Penelitian lain telah mengidentifikasi masalah serupa di Eropa dan Australia.
Di sungai Suffolk di Inggris bagian timur, para ilmuwan menemukan kadar kokain, ketamin, Valium, Xanax, dan tramadol yang tinggi di tubuh udang air tawar yang menghuni ekosistem tersebut. Sekali lagi, kencing manusia yang mengandung obat-obatan menjadi penyebab utamanya.
ADVERTISEMENT