Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tutut Aman Dikonsumsi Asal Dimasak dengan Tepat
13 Juni 2018 10:16 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Korban keracunan tutut atau keong air tawar di Bogor pada akhir Mei 2018 telah mencapai 108 orang. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Rubaeah, mengatakan sebagian dari ratusan korban yang tersebar di lima RT itu sempat dirawat di enam rumah sakit dan lima puskesmas dan sebagian lainnya menjalani rawat jalan.
ADVERTISEMENT
Rubaeah mengatakan, Pemerintah Kota Bogor telah menetapkan kejadian ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB ). Menurutnya, keracunan massal ini merupakan yang pertama kali terjadi sejak 2011. Sebab, selama ini belum pernah terjadi kasus KLB keracunan makanan yang melibatkan orang banyak dalam satu kawasan, di waktu yang sama, dan akibat sumber makanan yang sama.
Kepala Puskesmas Bogor Utara, dr. Oki Kurniawan, menyebut kesimpulan sementara sumber penyebab keracunan berasal dari makanan tutut. Pasalnya, seluruh korban keracunan makanan ini membeli tutut dari satu tempat yang sama.
Setelah kejadian keracunan massal ini, Puskesmas Bogor Utara mengeluarkan imbauan agar warga tidak dulu mengonsumsi tutut. Menurut Oki, larangan ini bukan berarti tutut menjadi penyebab keracunan, tetapi keracunan bisa jadi karena masakan tutut diolah tidak secara higienis, atau sumber air yang digunakan untuk memasak kurang bagus.
ADVERTISEMENT
Apa yang dikatakan Oki senada dengan penjelasan dari Prof. Nurjanah, Guru Besar Departemen Teknologi Hasil Perairan Institut Pertanian Bogor (IPB). Nurjanah juga tidak menyebut bahwa tutut adalah hewan yang mengandung racun.
“Kalau tutut memiliki racun, sudah dari dulu terjadi keracunan,” kata Nurjanah saat dihubungi kumparanSAINS.
Nurjanah menduga keracunan terjadi karena adanya kesalahan dalam penanganan, pengolahan, dan penyediaan masakan tutut tersebut.
“(Keracunan) bisa terjadi (akibat) rekontaminasi atau (makanan) sudah mengalami kerusakan atau basi. Bisa juga sanitasi yang tidak sesuai, mulai dari penggunaan peralatan, bahan-bahan pencampur atau bumbu yang kurang bersih, termasuk penggunaan air yang terkontaminasi mikroba patogen,” papar Nurjanah.
Untuk memastikan sumber penyebab keracunan pada masakan tutut tersebut, ujar Nurjanah, perlu dilakukan terlebih dulu analisis dari hulu sampai ke hilir proses pengolahan tutut hingga jadi makanan. Ia menegaskan, perlu dilakukan dilakukan analisis menyeluruh terhadap “sumber bahan baku dan bahan tambahan, proses, kemasan, dan cara penyimpanan sampai siap dikonsumsi.”
ADVERTISEMENT
Apa yang disampaikan Nurnajah ini kemudian terkonfirmasi benar. Belakangan, Dinas Kesehatan Bogor telah menyampaikan hasil penelitian mengenai masakan tutut yang menyebabkan keracunan massal di Kota Hujan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Bogor, sebagaimana dikutip dari Antara, masakan tutut yang menyebabkan keracunan itu mengandung tiga kuman atau bakteri, yakni E.coli, Shigella, dan Salmonella.
“Kemungkinan kuman yang ada di dalam keong bersumber dari airnya, karena uji sampel air yang digunakan untuk memasak tutut mengandung E.coli juga,” kata Kepada Dinas Kesehatan Bogor, Rubaeah.
Bakteri-bakteri tersebut, menurut Rubaeah, dapat menimbulkan gejala-gejala keracunan seperti mual, muntah, dan demam. Gejala keracunan seperti inilah yang telah menimpa pada 108 warga RW 07 Kelurahan Tanah Baru, Bogor, yang mengonsumi masakan tutut dengan sumber air yang tak higienis tersebut.
ADVERTISEMENT
Sepekan setelahnya yakni pada Jumat (1/6) Dinkes Kota Bogor mencabut status KLB. Saat itu seluruh korban yang sempat dirawat di rumah sakit sudah pulih dan dapat kembali beraktivitas normal.
Ikuti terus perkembangan informasi tutut dalam topik khusus Tutut Beracun .