Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Viral Santri Tutup Telinga, Penelitian Ungkap Musik Memang Ganggu Hafalan
15 September 2021 19:40 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Postingan Instagram Diaz Hendropriyono soal sekelompok santri yang menutup telinga saat ada musik menuai polemik. Postingan itu dinilai menyinggung pendidikan para santri.
ADVERTISEMENT
Terlebih unggahan Diaz itu juga menampilkan sekelompok pria berjubah putih atau gamis yang sedang menari diiringi alunan musik. Sementara sekelompok santri itu menutup telingat saat mengantre vaksinasi corona
"Sementara itu... kasian dari kecil sudah diberikan pendidikan yang salah. There's nothing wrong to have a bit of fun!" tulis Diaz dalam postingan di akun Instagramnya.
Jika dilihat versi lain video santri yang menutup telinga tersebut, disebutkan mereka adalah santri penghafal Al-Quran (hafiz). Untuk menjadi hafiz, lazimnya santri akan memilah apa yang mereka dengarkan agar tidak merusak hafalan ayat-ayat suci mereka.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin ikut bersuara terkait polemik postingan Stafsus Presiden Jokowi, Diaz Hendropriyono, yang menyinggung santri menutup telinga saat mendengar musik.
ADVERTISEMENT
"Tetapi bagi anak-anak sekolah santri seperti dalam rekaman itu adalah penting karena anak-anak santri itu, dia tidak boleh terganggu hafalannya, periode (generasi) kami juga seperti itu," kata Ngabalin saat dimintai tanggapan, Rabu (15/9).
Lantas, apakah musik memang memiliki korelasi terhadap hafalan seseorang?
Musik dan Memori
Berdasarkan jurnal European Journal of Social Sciences Education and Research berjudul The Impact of Music in Memory (2017), Arian Musliu dan sejumlah peneliti berusaha menguji hipotesa terkait musik. Mereka penasaran apakah musik lirik dan musik santai memiliki dampak negatif pada memori.
Oleh sebab itu, mereka melakukan tes kepada 74 siswa berumur 17-22 tahun. Sebanyak 57,8 persen di antaranya menyatakan hanya memiliki satu jenis musik yang disukai. Sementara 21,6 persennya menyebut hanya suka musik genre R&B. Dari 74 sampel tersebut, 54 persennya mengaku bahwa mereka mendengarkan musik saat sedang belajar.
Para siswa tersebut disebar ke dalam tiga kelompok. Yakni, kelompok tanpa musik, kelompok dengan musik lirik, dan kelompok dengan musik melodis.
ADVERTISEMENT
Masing-masing kelompok itu kemudian mesti melalui empat tes. Pertama, mereka dites untuk menghafal 50 suku kata tak bermakna (contohnya, snarp atau bluck). Kedua, masih menghafal suku kata tak bermakna. Ketiga, menghafal 50 urutan angka yang berbeda. Keempat, menghafal 12 baris puisi acak.
Masing-masing tes itu punya waktu hafalan selama lima menit. Para siswa kemudian harus menuliskan seberapa banyak yang dapat mereka ingat.
Hasil Eksperimen
Berdasarkan penelitian tersebut, nilai kelompok siswa dengan musik liris, musik melodis, dan tanpa musik cukup berbeda. Nilai kelompok tanpa musik terlihat selalu lebih tinggi dibanding dengan kelompok musik.
Pada tes menghapal puisi, misalnya, kelompok tanpa musik mendapat nilai rata-rata 8,13. Sementara kelompok dengan musik lirik ada di angka 6,2. Selisihnya adalah dua poin.
Anggapan bahwa musik melodis dapat membantu menghafal alias meningkatkan memori juga terbantahkan. Bedasarkan data di atas, nilai kelompok tanpa musik masih lebih tinggi dibandingkan kelompok musik melodis.
ADVERTISEMENT
Para peneliti itu pun menyimpulkan bahwa menghafal sambil mendengarkan musik tidak efektif bila dibandingkan dengan menghafal tanpa musik. Para peneliti itu merekomendasikan untuk tidak mendengarkan musik ketika membaca, apalagi jika tujuannya adalah untuk menghafalkan bacaannya.