Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Cerita Tukang Sampah Jadi Legenda NBA Berkat Pertolongan Pelatih Basket Kampus
9 September 2021 16:54 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Pecinta basket seharusnya tak asing dengan nama Larry Bird. Eks pemain Boston Celtics yang telah menorehkan segudang prestasi, termasuk 3 kali juara NBA . Namun siapa sangka, ia terlahir dalam keluarga miskin dan jadi tukang sampah pada awal kariernya.
ADVERTISEMENT
Larry Bird dibesarkan di French Lick, Indiana, yang merupakan salah satu kota termiskin di negara bagian di AS. Ibunya, Georgia, adalah seorang pelayan dan melakukan banyak pekerjaan untuk membiayai Bird dan lima saudara kandungnya.
Di sisi lain, ayahnya, Joe, adalah seorang peminum berat. Orang tuanya lantas bercerai ketika dia masih duduk di sekolah menengah (SMA) dan sang ayah membuat ancaman untuk bunuh diri setelah itu. Benar saja, Joe bunuh diri ketika Bird masih berusia 18 tahun.
Mengutip laporan Sportscasting, Bird menggunakan bola basket sebagai pelarian dari kehidupan nyata. Ia memang berbakat dalam urusan bermain basket. Saat masih SMA, Bird rata-rata mencetak 30,6 poin dan 20 rebound setiap gim.
Dia pun dilirik oleh beberapa kampus, tetapi akhirnya memutuskan untuk tinggal di negara bagian dan bermain dengan Bobby Knight di Universitas Indiana. Sayang, ia hanya bertahan selama 24 hari sebelum kembali ke French Lick.
ADVERTISEMENT
Pada waktu yang sama, Bird terlibat dalam pernikahan yang tidak bahagia. Memutuskan menikah muda, ia harus mengurus seorang putri usai pernikahannya bubar. Di tengah kendala finansial, ia memutuskan untuk meninggalkan kuliah dan bekerja untuk menghidupi diri dan putrinya.
Dia pun bekerja sebagai tukang sampah. Ia mengendarai truk sampah setiap harinya. Namun, baginya ini adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan.
“Saya menyukai pekerjaan itu [tukang sampah],” katanya kepada Sports Illustrated.
Baginya, pekerjaan tersebut membuatnya dapat bermanfaat untuk lingkungan sekitar. Ia bisa terjun langsung dan membenahi apa yang tidak seharusnya.
“Itu di luar ruangan, Anda berada di sekitar teman-teman Anda. Mengambil sikat, membersihkannya. Saya merasa seperti saya benar-benar mencapai sesuatu. Berapa kali Anda berkendara di sekitar kota dan berkata pada diri sendiri, 'Mengapa mereka tidak memperbaikinya? Mengapa mereka tidak membersihkan jalan?'," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Saat-saat itulah Bird menyerah dengan karier basketnya di perguruan tinggi. Akan tetapi, datang seorang pria bernama Bill Hodges yang menyelamatkan hidupnya.
Bill Hodges adalah pelatih basket di Universitas Negeri Indiana, kampus yang jauh lebih kecil di Terre Haute, dan dia berjuang keras untuk membuat Larry Bird bermain bola basket di kampusnya.
“Saya bangun dan pergi [ke rumah Bird]. Ini seperti menjadi seorang salesman. Anda tahu kapan melakukan penjualan. Saya baru saja pergi dan membiarkan dia [Bird] memikirkan banyak hal," ucap Hodges ketika mengingat momen mendatangi rumah Bird.
“Ketika saya kembali dua hari kemudian, dia mengambil keputusan. Semua surat-surat sudah saya siapkan, yang harus dia lakukan hanyalah menandatangani dan memasukkannya ke dalam surat. Saya sudah menempelkan stempel di atasnya. Tentu saja, memberi stempel pada anak mungkin ilegal hari ini,’’ tambahnya.
ADVERTISEMENT
Larry Bird pun resmi menjadi mahasiwa di Universitas Negeri Indiana pada 1975. Ia bermain untuk tim bola basket kampus itu, Sycamores, dan menggunakan nomor punggung 33.
Selama tiga tahun kariernya di bangku kuliah, Bird rata-rata mencetak 30,3 poin, 13,3 rebound, dan 4,6 assist setiap gim dan memimpin Sycamores ke rekor kemenangan 81-13. Ia pun dinobatkan sebagai pemain basket terbaik tingkat perguruan tinggi pada 1979.
Ia lulus dari kampusnya pada 1979 dengan gelar sarjana sains di bidang pendidikan jasmani. Bahkan, nomor 33 sampai dipensiunkan oleh tim Sycamores.
Sementara untuk kiprahnya di ajang profesional, 'The Hick from French Lick' itu terpilih oleh Boston Celtics pada 1978. Ia menempati urutan draft keenam pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Namun, pada saat itu Bird belum lulus kuliah dan tak langsung menandatangani kontrak dengan Celtics. Sampai pada akhirnya ia meneken kontrak 5 tahun senilai USD 3,25 juta (setara Rp 46 miliar dengan kurs saat ini) dan menjadikannya sebagai rookie dengan bayaran termahal saat itu.
Uniknya, ada perubahan NBA draft setelah tingkahnya itu. Aturan yang dikenal dengan nama Bird Collegiate Rule, tujuannya untuk mencegah tim melakukan drafting pemain sebelum mereka siap untuk menandatangani kontrak.
Sisanya sebagai diketahui banyak orang, Larry Bird adalah seorang legenda NBA. Sepanjang 13 tahun kariernya di Celtics, Bird mampu memenangkan segudang prestasi, seperti 3 kali juara NBA (1981, 1984, 1986), 3 kali MVP NBA (1984-1986), 12 kali NBA All-Star, dan masih banyak lagi. Nomor 33 miliknya pun dipensiunkan.
ADVERTISEMENT
Ia juga pernah menyabet 3 medali emas saat mewakili Tim Basket AS. Selain itu, namanya juga masuk dalam Hall of Fame, baik sebagai pemain di perguruan tinggi dan di ajang NBA.
Setelah pensiun sebagai pemain, Bird sempat menjalani karier indah sebagai pelatih di Indiana Pacers pada 1997-2000. Ia tercatat pernah meraih penghargaan sebagai pelatih NBA terbaik pada 1998.