Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Edgar Marvelo, Peraih Medali yang Tak Disangka-sangka
19 Agustus 2018 16:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Tak ada yang menyangka pemuda berusia 19 tahun itu akan menggebrak. Edgar Xavier Marvelo, pada awalnya, sama sekali tidak diprediksi akan mendapat medali. Namun, dia membalikkan semua prediksi itu.
ADVERTISEMENT
Dalam ajang Asian Games 2018 yang berlangsung di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Edgar tampil menggigit. Bertanding di cabang olahraga wushu nomor taolu changquan putra, Edgar sukses menyabet medali perak. Medali yang dia raih ini bahkan menjadi medali pertama Indonesia di ajang Asian Games 2018.
Semua terkejut akan hasil ini. Medali yang disabet Edgar ini merupakan sesuatu yang memang tak diprediksi sebelumnya. Hanya Lindswell Kwok yang ditargetkan untuk meraih emas di cabor wushu. Maka, hasil ini menjadi hasil yang begitu disyukuri. Pelatih kepala tim wushu Indonesia, Novita, adalah salah satu pihak yang terkejut akan hasil yang diraih Edgar ini.
"Kalau masalah target medali, pasti semua atlet mau. Kami sebagai pelatih hanya memberikan yang terbaik. Edgar ini memang di luar ekspektasi, dia tidak kami targetkan meraih medali apa pun," ujar Novita kepada para wartawan di JIExpo Kemayoran, Minggu (19/8/2018).
ADVERTISEMENT
"Untuk dapat tiga besar itu sudah luar biasa untuk kelas Asian Games. Di sini 'kan terbaik semua. Ada China, Hong Kong, dan Makau. Tapi, Singapura pemainnya cedera engkel, Vietnam juga. Ini memang memudahkan Edgar dan ini sekaligus jadi hadiah buat Republik Indonesia," katanya menambahkan.
Senada dengan Novita, pelatih wushu (kategori taolu) Indonesia, Rifai Ahmad, menuturkan hal uang sama. Di mata Rifai, meski baru tampil pertama kali di ajang sebesar Asian Games, Edgar sudah mampu menampilkan mental yang kuat. Meski belum diprioritaskan untuk mendapat medali karena baru naik ke level senior, ternyata setelah lapangan Edgar mampu tampil berapi-api.
"Edgar baru masuk level senior pas SEA Games 2017 tahun lalu di Malaysia. Tapi, ya, kaya gini 'kan kondisinya memang enggak bisa ditebak. Apalagi kalau taolu kan goyang sedikit bisa lewat (nilainya). Memang berdasarkan pengalaman saya melihat atlet, apalagi Edgar anak didik saya sendiri, kalau ketika latihan dan tanding itu biasanya pas tanding akan lebih gila," ujar Rifai.
ADVERTISEMENT
"Kalau latihan biasanya kita pelatih sampai urat kita tegang, tapi kalau tanding, ya, bakal beda. Nah, tadi dia mungkin merasa (main) di negara sendiri, main di depan orang tuanya, ada penonton, teman-temannya, mungkin dia jauh lebih semangat," katanya menambahkan.
Edgar sendiri merupakan produk pembinaan dari sebuah program bernama Prima Pratama. Program ini adalah program yang digagas oleh Menpora, tetapi berhenti jelang SEA Games 2013, salah satunya karena masalah pembiayaan keberangkatan kontingen.
Meski sudah berhenti lama, Prima Pratama ini mampu menelurkan atlet-atlet potensial dewasa ini. Selain Edgar, ada juga nama Thalia Lovita dan Niza Juwita Wasni selaku lulusan program Prima Pratama tersebut. Rifai pun menyebut, bahwa kelak, program-program pembinaan ini harus mendapat dukungan, terutama dari pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Memang harusnya seperti itu. Kalau atletnya punya bakat dan potensi tapi enggak dibina, ya, enggak akan bisa. Nah, makanya itu ada program Prima Pratama itu. Banyak hasilnya dari program tersebut. Kita berharap dari Kemenpora memperhatikan pembinaan macam ini. Dulu saya yang megang ini dan hasilnya lumayan," ujar Rifai.
Saat ini, tim wushu Indonesia masih berpeluang besar menyumbang emas untuk Indonesia. Lindswell Kwok, yang tampil di nomor taolu taijiquan dan taijijian wanita, masih berpotensi menyumbang emas jika pada Senin (20/8) dia mampu tampil apik.