Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Fahry Septian Tegaskan Pevoli RI Harus Tiru Etos Kerja Pemain Eropa
6 Januari 2024 15:01 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Fahry Septian sedang merasakan kerasnya persaingan voli di Eropa. Penggawa klub Bulgaria, SKV Montana, itu merasa ada hal positif yang bisa ditiru oleh para pevoli Indonesia dari para pemain 'Benua Biru'.
ADVERTISEMENT
Secara postur, orang Asia, termasuk Indonesia, memang kalah dari pevoli Eropa. Fahry yang memiliki tinggi 187 cm saja tergolong pendek dibandingkan para pemain Bulgaria.
Dengan kondisi itu, sulit bagi pevoli Indonesia untuk bisa meniru gaya permainan Eropa karena dari segi fisik saja sudah berbeda. Akan tetapi, Fahry menilai bahwa para pemain Indonesia bisa meniru etos kerja mereka.
Selain itu, Fahry Septian juga mengagumi sistem voli di Bulgaria. Sebab, segalanya telah dirancang dengan sangat mendetail, baik saat fokus berlatih teknik tertentu ataupun persiapan untuk menghadapi lawan. Semua sudah ada datanya, sehingga bisa enak menentukan strategi.
"Dari sistem di sini, saya belajar teknik blok bagaimana, passing bagaimana. Sudah diatur ketika lawan tim ini atau tim itu nanti spike lawannya bagaimana, setter-nya kayak apa, berbeda dengan Indonesia," terang eks penggawa berusia 25 tahun itu.
ADVERTISEMENT
"Jadi sebelum bertanding, kami sudah tahu lawannya kayak bagaimana, enggak buta [dengan peta kekuatan lawan], semua sudah diurutkan A-Z. Jadi, itu yang bikin berbeda," lanjutnya.
Perbedaan lain antara Indonesia dan Bulgaria adalah terkait fokus pada voli itu sendiri. Berbeda dengan Fahry yang dulu sempat menekuni sepak bola di PSIM, pevoli profesional di Bulgaria sudah menekuni voli sejak kecil dan pihak federasi memiliki semacam panduan cara bermain yang diterapkan secara nasional.
"Kalau di Bulgaria, mereka belajar dari SD, dari kecil. [Aleksandar] Nikolov, pemain Bulgaria yang sekarang di klub Italia, dari kecil sudah dididik dan diarahkan ke voli. Kalau di Indonesia kan [anak-anak atau remaja] dari voli bisa pindah sepak bola, kalau di sini fokus di satu dulu, kalau enggak berkembang, baru pindah," bebernya.
ADVERTISEMENT
"Perbedaan lain, sistem di sini ikut sistem Eropa. Mungkin di Indonesia, setiap klub masing-masing punya sistem. Kalau di sini semua hampir sama. Satu buku disebar se-Bulgaria," lanjut pemain yang baru menekuni voli sejak usia 15 tahun itu.
Adapun kalau soal cara bermain, Fahry lebih setuju jika Indonesia belajar dari Jepang karena secara fisik tidak jauh berbeda.
"Kalau saya pribadi, saya memilih Indonesia meniru Jepang karena dari segi fisik berbeda dengan Eropa. Eropa mengandalkan tinggi badan dengan cara spike tinggi, kemungkinan masih ada yang belum bisa diterima sama kita," tutur eks penggawa Lavani itu.
"Karena rata-rata tinggi badan sama, kita benar-benar bisa meniru Jepang. Jepang enggak sembarangan, mereka peringkat 5 dunia. Jadi, mungkin, kalau menurut saya Indonesia harus meniru Jepang dari segala disiplin, teknik, basic," tandas Fahry yang telah dua kali jadi penentu kemenangan di Bulgaria.
ADVERTISEMENT
Fahry Septian akan membela SKV Montana sampai setidaknya April 2024. Perpanjangan kontrak tergantung pada berhasil atau tidaknya Montana masuk playoff 4 besar, yang berarti juga kans bersaing di turnamen se-Eropa. Selain itu, ia pun akan mempertimbangkan tawaran lain yang lebih baik jika ada.